SURABAYA | duta.co – Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) akan memulai kuliah tatap muka. Ini dilakukan karena melihat kondisi Kota Surabaya dan sekitarnya sudah mulai kondusif dan aman, apalagi sudah masuk dalam zona kuning dan PPKM Level 1.
Kondisi itu dirasa sangat aman untuk melakukan kuliah tatap muka, apalagi juga ada imbauan dari Menteri Pendidikan, Kebudayaan dan Riset Teknologi (Mendibukdristek) Nadiem Anwar Makarim untuk tidak takut membuka kuliah tatap muka.
Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa
Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie mengatakan kuliah tatap muka memang harus dilakukan. Apalagi, bagi mahasiswa kesehatan yang harus praktikum di laboratorium. “Praktikum itu tidak bisa digantikan dengan online, tetap harus tatap muka. Karenanya kita harus lakukan itu. Tapi, kami sudah tetapkan di tengah semester gasal depan,” ujar Prof Jazidie.
Untuk kuliah tatap muka, Unusa sudah memiliki aturan sendiri. Karena protokol kesehatan (prokes) harus ditetapkan secara ketat. “Maksimal yang masuk di kelas 30 persen dari jumlah mahasiswa. Sisanya mengikuti kuliah dari rumah. Selanjutnya bergilir antar mahasiswa yang satu dengan yang lainnya,” tutur Prof Jazidie.
Agar mahasiswa yang mengikuti kuliah online bisa menikmati mata kuliah dengan nyaman layaknya di dalam kelas, maka Unusa sudah menyiapkan perangkat–perangkat teknologi yang bisa mendukung dan memberikan kenyamanan.
“Faslitas di dalam ruang kuliah harus dilengkapi. Kami sedang melengkapi itu semua sehingga antara yang online dan offline bisa tetap kuliah dengan nyaman,” tandasnya.
Dengan kuliah hybrid seperti ini, Prof Jazidie berharap nantinya akan ada kebijakan-kebijakan yang mendukung tersebut dari Kemendikbudristek yang relevan dengan kondisi saat ini. “Karena semuanya berubah. Tidak sama lagi dengan yang dulu,” ungkapnya.
Kebijakan–kebijakan itu mulai dari rasio dosen dan mahasiswa, tentang akreditasi lembaga dan program studi dan sebagainya, “Jadi nantinya semua ada aturan yang up to date yang sesuai dengan kondisi saat ini. Dan kita juga memiliki aturan baru yang jelas untuk diikuti,” tukas Prof Jazidie. end
