Rektor Unusa Prof Dr Ir Achmad Jazidie, MEng. DUTA/dok

SURABAYA l duta.co – Pandemi Covid-19 telah ‘memaksa’ dunia pendidikan untuk bisa memanfaatkan TI dengan segera. Tidak terkecuali di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).

Walau sudah menyadari pemanfaatan TI sangat penting bagi lembaga pendidikan sejak 2017 lalu, namun saat ini pemanfaatan itu sakin diperkuat, diperluas di seluruh aspek tridharma perguruan tinggi.

Dari yang semula belum secara masif dan berjalan sebagaimana perencanaan semula, yaitu setahap demi setahap, namun dengan pandemi ini mau tidak mau harus “tancap gas”, harus ada percepatan untuk memanfaatkan TI  dalam merealisasikan tri dharma perguruan tinggi.

“Dengan adanya pandemi Covid-19 ini kita dipaksa untuk lebih memperkuat, memperluas dan mempercepat pemanfaatan TI ini. Ini sebuah keniscayaan,” tandas Rektor Unusa, Prof Dr Ir Achmad Jazidie, MEng.

Dikatakan Prof Jazidie, penguatan dan percepatan pemanfaatan TI ini akan dilakukan di semua lini. Seluruh aspek Tri Dharma Perguruan Tinggi, mulai dari pengajaran, penelitian sampai pengabdian masyarakat, semuanya dijalankan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi semaksimal mungkin.

Dalam hal proses pembelajaran (dharma ke-1), misalnya, Unusa sudah memulai sejak 2017 dengan memperkenalkan apa yang disebut E-Sorogan, yang saat itu dimulai di Fakultas Kedokteran kemudian secara bertahap dijalankan di prodi-prodi yang lain, maka sekarang ini pemanfaatan Teknologi Informasi untuk proses pembelajaran dilakukan secara serempak (tidak lagi bertahap) di seluruh prodi dan untuk semua mata kuliah.

Begitu juga dengan Pengabdian Masyarakat dan Penelitian kata Prof Jazidie. Di aspek penelitian, secara umum bisa dikatakan bahwa dengan pemanfaatan TI,  kolaborasi penelitian dengan kampus-kampus lain, termasuk, dan terutama, dengan kampus-kampus luar negeri.

“Penelitian yang banyak memanfaatkan laboratorium untuk eksperimen, bisa dilakukan di masing-masing kampus untuk aspek2 eksperimen tertentu yang telah disepakati, kemudian diskusi analisis hasil eksperimen dilakukan dengan memanfaatkan TI,” tukasnya.

Karenanya, untuk menuju arah sana, dengan memanfaatkan momentum Civud-19 ini, Unusa melakukan penguatan dan percepatan dalam pemanfaatan TI.

Secara teknis, saat ini Unusa sedang melakukan pemetaan dari seluruh mata kuliah yang ada, untuk memilah milah mata kuliah mana yang kontennya bisa di “deliver” secara online dan mana yang tidak bisa.

Rule of thumb-nya adalah semua mata kuliah akan di “deliver” secara online, tapi tidak seluruh materi mata kuliah-mata kuliah itu dapat di “deliver” secara online. Tujuan pemetaan ini utk mengetahui berapa prosen materi mata kuliah yang bisa di “deliver” secara online, dan berapa proaen ya g tidak bisa.

Faktanya, di Unusa banyak program studi (prodi) bidang kesehatan yang sebagian  aktivitasnya tidak bisa digantikan secara online,  dikarenakan harus melakukan praktik di rumah sakit, laboratorium dan sebagainya.

“Program vokasi, profesi tidak semua materi kuliah bisa dilaksanakan online. Mereka harus praktik juga. Karenanya saat ini kami sedang melakukan pemetaan,” tandasnya.

Kembangkan SDM

Diakui Prof Jazidie, pandemi ini memang telah memaksa semua unsur untuk berteman dengan teknologi.

Pembelajaran online yang semula berjalan landai, bertahap, kini semua dipaksa untuk menjalankan model pembelajaran online, baik dosen maupun mahasiswanya. Sehingga jika dirasakan ada terjadi semacam kegagapan dalam praktek di lapangan, maka itu wajar saja. Ketidaksempurnaan pengajaran juga dimaklumi.

Namun Unusa tidak tinggal diam dengan semua itu. Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) terus ditingkatkan agar kualitas pembelajaran  daring bisa tetap terjaga, sukur-sukur malah bisa ditingkatkan (karena memang memungkinkan, walaupin tidak mudah). Sehingga dampaknya diharapkan akan meningkatkan kualitas lulusannya.

Walaupun Prof Jazidie menyadari bahwa sebenarnya para dosen akan merasa lebih lelah ketika mengajar secara online dibandingkan dengan offline, namun perubahan zaman ini harus terus diadaptasi.

“Mengajar di kelas itu bagi para dosen menumbuhkan energi balik positig. Ada feedback dari bahasa tubuh  mahasiswa yang membuat kita yang mengajar itu bergairah dan senang berada di dalamnya. Tapi kalau belajar secara online, energi balik positif itu tidak diperoleh sehingga membuat dosen, pengajar itu, agak sedikit lelah,” tukasnya.

Namun karena pengajaran online harus digencarkan, Unusa pun berupaya untuk membuat dosen dan mahasiswa tetap senang dengan sistem pembelajaran online.

Unusa berupaya untuk melatih para dosen dengan workshop-workshop agar memiliki keterampilan menyusun materi-materi perkuliahan yang akan diberikan kepada mahasiswanya secara online.

Ini, kata Prof Jazidie, bukan pekerjaan mudah. Karena dosen dituntut untuk memiliki kreativitas lebih, sehingga materi pembelajaran dapat mudah dipahami mahasiswa. “Apalagi model pembelajaran online itu tidak boleh melupakan prinsip dasar, yaitu harus murah. Sehingga dosen dalam men “deliver” materi kuliah secara online itu tidak harus realtime,” ungkapnya.

Dosen pertama-tama harus membuat hand-out atau modul/diktat kuliah disamping memberitahu kepada mahasiswa textbook dan buku referensi yang dipakai.

Kemudian Dosen juga perlu  membuat bahan ajar (sebutlah audii-visual power point) yang materinya mudah dipahami mahasiswa.

Audio-visual Power Point ini tidak harus di deliver ke mahasiswa secara realtime, tapi bisa dikirim lewat email atau WA sebelumnya. Inilah yang dimaksud dengan pembelajaran online non realtime.

Materi kuliah bisa dipelajari mahasiswa berulang-ulang dengan nyaman dan kapan saja dapat didiskusikan dengan dosennya dengan lebih murah.

Dan untuk menuju ke arah sana, bukan pekerjaan yang ringan. Karenanya Unusa mulai memikirkan untuk  membuat sebuah studio yang berfungsi sebagai production house (PH).

Di studio itu para dosen bisa mempersiapkan materi pembelajaran dengan nyaman dan semua kebutuhan bahan ajar bisa terfasilitasi dengan baik. “PH itu nanti juga dapat difungsikan sebagai laboratorium micro teachingnya teman2 FKIP,” ungkapnya.

Tentu saja, semua keinginan itu, tidak akan berhasil jika tidak didukung dengan SDM yang handal dan mumpuni. SDM, terutama para dosen, harus memiliki semangat dan derap langkah yang sama demi kemajuan Unusa.

Selain memperdalam pengetahuan tentang TI, Unusa juga berupaya untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan para dosen. Sehingga nantinya jenjang pendidikan dosen-dosen UNUSA lebih merata dan meningkat.

Unusa akan semakin banyak memiliki dosen bergelar Doktor. Dan untuk itu, dosen pun tidak harus menunggu mendapatkan beasiswa dari luar untuk bisa kuliah S3, tapi ada ylaya sengaja dari Unusa dengan menyiapkan dana khusus untuk mengirim dosen menempuh pendidikan hingga S3.

“Bersamaan dengan itu semua, Unusa juga saat ini menjalankan suatu progran yang disebut dengan  program percepatan peningkatan jabatan fungsional akademik. Misalnya,  ditargetkan ada empat sampai lima guru besar di UNUSA (baik itu dosen DPK atau dosen tetap Unusa) pada tahun 2022,” tandasnya.

Selain itu, Unusa berupaya untuk mendorong dosen melakukan penelitian yang lebih berkualitas. Karena para dosen sudah tidak bisa lagi mendapatkan dana hibah penelitian untuk dosen pemula. Karena klaster Unusa di bidang penelitian sudah mengalami peningkatan.

“Konsekuensinya dosen UNUSA harus meningkatkan kemampuan dan kualitas penelitiannya. Kegairahan untuk meneliti harus ditingkatkan. Dan itu menjadi prioritas Unusa dalam waktu dekat dan seterusnya yang akan menjadi salah satu long term strategy Unusa ke depan,” tuturnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry