KULIAH UMUM : Prof Dr H Nasarudin  Umar MA saat memberikan kuliah umumnya di Unisma (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co – Guna pengembangan kelembagaan dan kualitas akademik Universitas  Islam Malang (Unisma) mengundang Prof Dr H Nasarudin Umar MA yang juga sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta. Ia pun memberi kuliah tamu di Pascasarjana Unisma mengenai Pendidikan Agama Islam Multikultural.

Menurut Direktur Pascasarjana Unisma, Prof Mas’ud Said, bahwa Pascasarjana Unisma merupakan satu-satunya program doktor di Jawa Timur (Jatim) juga di Indonesia yang sedang giat mengembangkan spirit multikultural dan membuat laboratorium atau pusat studi multi kultular.

“Tentunya dengan kehadiran Prof KH Nasaruddin Umar memiliki urgensi tinggi bagi kampus kebanggaan Nahdliyin ini. Karena beliau tokoh NU yg bisa menjelaskan berbagai hal pokok tentang Aswaja dalam konteks modern,” ungkap Prof Mas’ud, Rabu (15/01/2020).

Lebih lanjut Direktur Pascasarjana Unisma ini menjelaskan pula, bahwa sosok Prof Dr H Nasarudin  Umar MA merupakan tokoh nasional yg juga mantan Wakil Menteri Agama (Wamenag). Diharapkan akan membahas hal  krusial tentang Tasawwuf dalam Aswaja dan metodologi memahami Al Quran secara utuh.

“Kehadiran beliau yang juga Imam Besar Masjid Istiqlal ini merupakan suntikan pengetahuan bagi Pascasarjana Unisma. Apalagi saat ini kampus ini lagi membuat laboratorium atau pusat studi multi kultural yang butuh pengayaan perspektif tentang hal itu untuk menopang Academic Standing,” urai Prof Mas’ud.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Dr H Nasarudin  Umar MA membahas mengenai multikultural. Menurutnya, keberagaman merupakan keniscayaan sebab Allah SWT menciptakan manusia dalam kondisi bersuku suku dan berbangsa bangsa.

Menurutnya sekiranya Allah SWT mau menjadikan manusia ini sama semua bisa saja, namun Allah menciptakannya dlm kondisi bersuku suku dan beda agama agar saling mengenal satu diantaranya. Jadi kalau ada ummat Islam dalam tataran kemanusiaan tak mau menerima manusia lain dg mengatakan bahwa dialah yg paling benar maka itu melawan sunnatullah.

“Inti multikulturalime adalah sikap terbuka atas perbedaan. Namun begitu tetap menjaga keimanan dan agama masing masing – Lakum Diinukum Waliyadin,” tuturnya.

Multikultural juga merupakan pengakuan bahwa orang lain berhak hidup dan memiliki hak publik yang sama di dalam konteks kemasyarakatan dan ke-Indonesiaan. Bahkan dalam kehidupan sosial ekonomi. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry