Rektor Unusa, Nurhasan (kanan) bersama para perwakilan anggota MRPTNI saat tanda tangan MoU untuk proyek kemanusiaan anak-anak pekerja migran Indonesia. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co —Universitas Negeri Surabaya (Unesa) dan 15 perguruan tinggi negeri anggota Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTNI) bersama INTI International University bakal menggarap proyek kemanusiaan berupa bantuan dan akses pendidikan bagi anak-anak pekerja migran Indonesia (PMI) di Malaysia.

Komitmen mereka ditandai dengan penandatangan MoU antara 16 PTN anggota MRPTNI, KBRI Malaysia dan Inti International University Malaysia di Auditorium, Lantai 11, Rektorat, Kampus Lidah Wetan, Surabaya pada Senin (15/5/2023) lalu.

Wakil Duta Besar Indonesia untuk Kuala Lumpur, Rossy Verona mengatakan ada sejumlah tantangan yang dihadapi di lapangan dan itu menuntut peran perguruan tinggi. Dia menekankan proyek ini bisa memberikan bantuan dan akses pendidikan misalnya bagi anak-anak PMI di Malaysia.

“Kerja sama ini harus bisa diimplementasikan, bisa dalam bentuk kita (Indonesia, red) mengirim tenaga pengajar maupun mahasiswa ke sana (Malaysia, red). Kami berharap MoU ini jadi starting point sinergi untuk melahirkan outcomes yang bagus. Rektor harus memastikan kolaborasi ini konkret,” ujarnya.

Sementara itu, Rektor Unesa Prof Nurhasan mengatakan proyek yang akan segera digarap ini dimaksudkan untuk membuka akses dan bantuan fasilitas afirmatif, bagi anak-anak atau putra-putri warga PMI, khususnya bagi mereka yang bermasalah dalam status kewarganegaraan untuk memperoleh dan mengakses pendidikan yang layak baik level dasar maupun menengah.

“Kami dari Unesa siap dukung dan menggarapnya. Ini program keren dan harus betul-betul kita realisasikan,” tegas Cak Hasan, panggilan akrab Prof Nurhasan.

Dia melanjutkan, kampus-kampus anggota MRPTNI menyoroti atau menawarkan empat program dalam proyek kemanusiaan tersebut adalah bantuan afirmasi pendidikan tinggi, kampus mengajar internasional, pertukaran mahasiswa Indonesia-Malaysia dan pengabdian masyarakat internasional.

Cak Hasan menambahkan, ada sejumlah alasan sebenarnya mengapa program ini penting dilakukan di antaranya karena jumlah anak-anak TKI semakin banyak. Masalahnya lagi mereka tanpa dokumen legal dan akses pendidikannya pun sulit. “Tantangan itulah yang menggerakkan kami dari anggota MRPTNI untuk merealisasikan kerja sama ini,” ucapnya.

<span;>Dia menambahkan, sementara ini, selain Unesa juga terdapat 15 PTN lain yang terlibat seperti Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Negeri Malang, Universitas Negeri Makassar, Universitas Mulawarman Samarinda, Universitas Maritim Raja Ali Haji Riau, Universitas Malikussaleh Aceh, Universitas Haluoleo Kendari, hingga ISI Denpasar.

<span;>”Tadi juga ada saran menarik. Program ini juga bisa melahirkan kajian tentang permasalahan pendidikan anak pekerja migran Indonesia sebagai landasan penerbitan Perpres atau kebijakan resmi pemerintah agar bisa menyelesaikan permasalahan secara permanen. Program ini dikemas dengan MBKM di tiap kampus dan mudahan ini nantinya bisa menjadi program nasional,” harap Cak Hasan.

Dr Joseph Lee, Vice Chancellor INTI International University, Malaysia menyambut baik kerja sama tersebut dan menegaskan bahwa kerja sama ini luar biasa, karena berangkat dari permasalahan yang dipikirkan bersama di lapangan. Menurutnya, sudah waktunya perguruan tinggi mengambil peran untuk menyelesaikan sejumlah tantangan di lapangan.

“Sinergi dengan Indonesia baik itu dalam pertukaran pelajar, dosen dan sebagainya sudah kami lakukan jauh-jauh sebelumnya. Bahkan dengan kampus negara-negara lain. Namun, kali ini terasa spesial, karena menyangkut hak atau akses pendidikan anak pekerja migran yang jarang dipikirkan selama ini. Kami siap dan mengapresiasi sinergi ini luar biasa,  apalagi ini di-support pemerintah,” ucapnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry