DIDIK NAPI : Rektor Prof Dr Achmad Rofi'uddin (depan kiri) duduk bersama Kalapas Kelas 1 Lowokwaru Malang, didampingi para Wakil Rektor UM. (duta.co/dedik ahmad)

MALANG | duta.co – Universitas Negeri Malang sebagai lembaga pencetak pendidik tergerak hati untuk ikut membina napi. Kampus ini akan memberikan pendidikan dan juga ketrampilan yang kepada 3 ribu lebih penghuni Lapas Kelas 1 Lowokwaru Malang.

Hal tersebut disampaikan Rektor UM Prof Achmad Rofi’udin bahwa kegiatan tersebut perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi, universitas ini akan memberikan pengabdian kepada masyarakat. Tak terkecuali kepada narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Lowokwaru Malang.

“Dari informasi, hampir semua Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia mengalami Problem Over Capasity. Fakta tersebut yang harus dicarikan solusi. Warga binaan harus mendapat hak kesejahtraan mental,” ungkap Prof Rofi’udin, Rabu (22/01/2020).

Rektor UM ini juga menyampaikan, bahwa saat ini perguruan tinggi ini memiliki 35 ribu mahasiswa, dengan 1.100 dosen yang siap untuk mengajar, meneliti, dan mengabdi. Tidak terkecuali pengabdian tersebut diberikan pula pada Lapas Lowokwaru yang diikat langsung penandatangan kerjasama antar kedua belah pihak.

Tahap awal kerjasama ini, berkaitan dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) Universitas Negeri Malang. Terutama mengenai pendidikan, penelitian, pengabdian masy dan pengembangan Sumber Daya Manusia di Lapas Lowokwaru.

Dalam kesempatan yang sama, Kalapas Lowokwaru Malang, Agung Krisna menyampaikan, harapannya dengan kerjasama ini, warga binaan saat bebas tidak hanya membawa surat bebas. Namun juga membawa  sertifikat ketrampilan.

“Dari pada napi itu berpuluh tahun cuma menghabiskan waktu, ngobrol dan merokok. Diharapkan mereka akan menjadi mantan napi yang jadi ustad. Maka pembekalan mental, dengan skill yang tentunya dapat menghidupi keluarganya disaat mereka keluar,” tutur Agung Krisna.

Diakuinya, pihaknya tidak punya tenaga pendidik. Lapas hanya punya tenaga pengawas, pengamanan, dan adminitrasi. Maka dirangkulah kampus sebagai institusi akademis untuk berperan mendidik dan memberikan ketrampilan kepada warga binaan.

“Saat ini LP Lowokwaru telah memiliki Lapas terbuka. Dimana hunian ini untuk para terpidana yang sudah terseleksi ketat. Di dalamnya dibuka industri pertanian dan peternakan yang hasil produksinya bisa untuk konsumsi 3.100 napi Lowokwaru,” terang Agung Krisna.

Napi yang terpilih dalam Lapas Terbuka ini harus lolos seleksi tahap pembinaan, tidak melakukan pelanggaran selama masa tahanan, juga sudah berubah prilakunya, dan sudah pernah mengikuti pelatihan. Program ini untuk memberdayakan mereka serta juga untuk mengenalkan mereka langsung dengan masyarakat. dah