SURABAYA | duta.co – Universitas Surabaya (UBAYA) menggelar Rapat Terbuka Senat Universitas Surabaya dengan Acara Tunggal Pengukuhan Profesor kepada Prof. Ir. Markus Hartono, S.T., M.Sc., Ph.D., CHFP, IPM, ASEAN Eng. dan Prof. Restu Kartiko Widi, S.Si., M.Si., Ph.D. Keduanya berasal dari Fakultas Teknik UBAYA. Dua profesor menyampaikan orasi ilmiahnya di Gedung Perpustakaan Lantai 5, Kampus Ubaya Tenggilis, Selasa (21/12/2021).

Hari ini merupakan pengukuhan Profesor UBAYA yang ke-11 dan 12. Pengukuhan diikuti oleh seluruh anggota Senat dan dihadiri perwakilan Yayasan UBAYA, perwakilan Pimpinan Fakultas UBAYA, serta perwakilan dari LLDIKTI Wilayah VII Jawa Timur. Hadir pula sejumlah keluarga terdekat para profesor dan kolega.

Rektor UBAYA, Dr. Ir. Benny Lianto, MMBAT dalam sambutannya mengucapkan selamat kepada kedua Guru Besar UBAYA yang telah dikukuhkan. Benny Lianto mengungkapkan jika komitmen UBAYA sangat tinggi untuk melakukan lompatan dalam bidang sumber daya manusia (SDM). Hal tersebut diwujudkan dengan dukungan UBAYA yang mendorong dan mempercepat serta memfasilitasi para dosen dalam mencapai level profesionalitas tertingginya.

“Bertambahnya Guru Besar tentu akan semakin memperkokoh komitmen mutu dan reputasi akademik UBAYA. Gelar sebagai profesor hendaknya tidak membuat jati diri berubah. Tetap rendah hati dan tetap terus berkarya serta bermanfaat bagi masyarakat,” pesan Benny Lianto.

Pada kesempatan ini, Prof. Ir. Markus Hartono, S.T., M.Sc., Ph.D.,CHFP.,IPM.,ASEAN Eng. sebagai Guru Besar bidang ilmu Teknik Industri menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Rekayasa Faktor Manusia Berbasis Kepuasan Afektif (Kansei) dalam Desain Industri Layanan – Sebuah Pendekatan Kontemporer Integratif dan Tantangan ke Depan”. Prof. Markus mengatakan bahwa rekayasa faktor manusia (human factors engineering/HFE) menitikberatkan pada human-centered design. Tujuan utamanya untuk mencapai kepuasan total bagi pengguna atau pelanggan agar lebih efisien, nyaman, aman, sehat dan efektif (ENASE).

Hal tersebut memiliki keterkaitan dengan adanya rekayasa berbasis kebutuhan emosional pengguna yang disebut rekayasa Kansei atau Kansei engineering (KE). Kansei engineering didefinisikan sebagai sebuah metodologi di bidang ergonomi yang berorientasi pada pelanggan untuk pengembangan produk terutama yang berfokus pada perasaan atau kebutuhan emosional pelanggan. Perasaan yang dimaksud berupa kesan elegan, mewah, kuat, atau cantik mengenai fitur produk atau atribut layanan.

Orang yang kaya akan Kansei adalah mereka yang penuh emosi, pengetahuan, gairah dan kemampuan untuk bereaksi secara sensitif terhadap perubahan lingkungan. Jika perancang produk atau layanan mampu menangkap peluang dan memanjakan pengguna, maka akan tercipta kepuasan emosional yang mengarah pada loyalitas dan delight.

“Esensi dari Kansei yaitu menginterpretasikan apa yang sebenarnya diinginkan pengguna atau konsumen. Jadi jika pengguna atau konsumen meluapkan kesan positif atas tampilan serta manfaat sebuah produk, kemudian mereka tergerak untuk membeli maka Kansei telah berhasil dicapai,” papar profesor yang kini menjabat sebagai Dekan Fakultas Industri Kreatif (FIK) UBAYA.

Profesor berusia 43 tahun tersebut menjelaskan bahwa dalam beberapa kasus sangat sulit untuk memahami dan menafsirkan Kansei pelanggan karena faktor bahasa atau budaya yang berbeda (diverse cultural backgrounds). Dirinya berharap insinyur maupun desainer dapat terus melakukan update dan penyesuaian. Supaya nantinya produk atau layanan yang dihasilkan bisa sesuai dengan segala macam keterbatasan, kemampuan serta kapabilitas pengguna. Hal ini dikenal dengan sebutan fitting the jobs (including tasks and products) to the men.

“Hasil penelitian bidang ini menjadi tantangan sekaligus kesempatan bagi insinyur atau desainer agar senantiasa menangkap, memahami, memenuhi dan memuaskan Kansei dengan segala macam dinamikanya,” ujar Prof. Markus.

Orasi ilmiah kedua disampaikan oleh Prof. Restu Kartiko Widi, S.Si., M.Si., Ph.D. selaku Guru Besar dalam bidang ilmu Teknik Kimia dengan judul “Pemanfaatan Material Anorganik Untuk Mendukung Penerapan Konsep Kimia Hijau”. Ketua Departemen MIPA UBAYA ini memaparkan hasil kajian risetnya yang dikembangkan di Laboratorium Prodi Teknik Kimia UBAYA mengenai material dan pemanfaatannya dalam mendukung proses kimia hijau demi terwujudnya lingkungan yang bersih.

Prof. Restu mengungkapkan jika masalah lingkungan disadari dampaknya sekitar satu abad setelah lahirnya revolusi industri. Sejak saat itu dikembangkan konsep Kimia Hijau (Green Chemistry) atau Kimia Berkelanjutan untuk mengatasi atau mengurangi dampak buruk terhadap lingkungan. Caranya dengan meminimalisir penggunaan atau penciptaan senyawa-senyawa berbahaya dalam penelitian dan rekayasa teknik kimia mulai dari desain produk hingga prosesnya.

“Kajian riset saya menerapkan konsep Kimia Hijau. Saya berfokus pada prinsip penerapan proses kimia aman serta pengembangan material hijau yang dapat diaplikasikan pada katalisis dan pengurangan limbah,” jelas profesor yang pernah menempuh pendidikan S3 di University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia.

Pada kajian risetnya, Prof. Restu menggunakan bahan material alam berupa polimer anorganik (clay) dalam beberapa bentuk seperti zeolit dan bentonit. Dengan melakukan beberapa modifikasi pada ukuran pori dan kestabilannya, maka material tersebut dapat diterapkan sebagai adsorben, katalis dan bahan pengimobilisasi enzim.

“Tahapan proses desain material mulai dari pengolahan bahan dasar, proses aktifasi, hingga teknologi penerapan katalisis masih merupakan topik penelitian yang terbuka luas dan menjadi tantangan bagi para peneliti. Pengembangan material dan teknologi hijau ini penting bagi Indonesia demi kemajuan industri yang ramah lingkungan,” tutup Prof. Restu. wik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry