Sejumlah massa aksi menggelar unjuk rasa di depan pintu masuk Kilang Minyak GRR Tuban.

TUBAN | duta.co – Sejumlah warga 6 desa ring satu Kilang Minyak Grass Root Refinery (GRR) Tuban menggelar aksi demonstrasi di depan pintu perusahaan, Senin (24/1/2022). Mereka menuntut janji perusahaan, salah satunya lebih memprioritaskan warga lokal untuk bekerja.

Warga juga mengingatkan perusahaan tentang janji dan tanggung jawab terhadap para pekerja dengan memberikan jaminan sosial BPJS Ketenagakerjaan, dimana hal tersebut merupakan tanggung jawab perusahaan.

“Ada salah satu pekerja di PT BAS, perusahaan di bawah pertamina, mengalami kecelakaan kerja. Kebetulan saat itu saya ikut mengantarkan ke RSUD dr Koesma Tuban, tapi ternyata tidak bisa diklaim BPJS, setelah dicek, perkerja yang mengalami kecelakaan kerja tersebut tidak didaftakan ke jaminan sosial,” ungkap korlap aksi, Suwarno.

Lebih lanjut, pihaknya juga mengatakan, apa yang dilakukan perusahaan tidak fair. Dijelaskannya, terkait adanya pembatasan persyaratan usia, yakni usia diatas 50 tahun tidak diperbolehkan mendaftar atau bekerja, padahal saat melakukan penggusuran, perusahaan tidak melihat usia semua tergusur.

“Padahal ini pekerja kasar, kenapa tidak diperbolehkan, kalau memang ada syarat batas usia kenapa ada pekerja diluar ring yang usianya diatas batas usia yang ditentukan, terus ini bagaimana,” ujarnya.

Aksi demonstransi sempat memanas, hal ini karena perwakilan pertamina yang bertugas di lokasi  kilang minyak sempat tidak mau menemui massa, usai mediasi dengan perwakilan pemuda enam desa dan warga terdampak relokasi.

Kapala Desa, Wadung, Sasmito, bahkan sempat emosi, karena warga tidak kunjung ditemui. Menurutnya cara komunikasi pegawai pertamina yang bertugas di Kilang Minyak Tuban sangat buruk.

“Cara komunikasi pegawai pertamina kami rasa tidak becus. Saya akan laporkan ke Pak Ahok. Saya akan katakan kalau pegawai di Tuban tidak cakap berkomunikasi dengan warga sekitar kilang,” ucap Kades yang akrab disapa Mbah Mito ini.

Saat itu, kata dia, pegawai pertamina yang ada di kantor langsung dilobi Kades, Wadung dan disusul Kades Beji, Rawasan, Sumurgeneng, Mentoso, dan Keliuntu, masih tidak mau keluar. Lobi juga dilakukan Forkopimca Jenu mulai Camat, Kapolsek, dan Danramil.

Perwakilan pertamina baru keluar dan menemui massa setelah dijamin keamanannya dari amuk massa oleh para kepala desa dan Fokopimcam Jenu. Sasmito juga meminta kepada para pegawai Pertamina di kilang minyak untuk memperbaiki koordinasi dengan pemerintah desa dan masyarakat. Khususnya dalam rekrutmen security untuk diprioritaskan warga lokal di enam desa.

Kades Wadung ini juga menegaskan pihaknya selaku warga Indonesia berkomitmen menyukseskan Program Strategis Nasional (PSN) Kilang GRR PT. Pertamina Rosneft Pengolahan dan Petrokimia (PRPP) sebagai wujud dukungan terhadap pemerintah.

“Untuk itu kami meminta program strategis nasional ini  jangan dirusak dengan komunikasi yang buruk, selama iki para kades ring satu telah menjadi bamper, karena terkesan diadu domba ketika ada lowongan pekerjaan,” katanya.

Kepala Desa Beji, Arifin menyampaikan kepada perusahaan, ketika perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang bisa dikerjakan oleh warga lokal, sebisa mungkin para kades diajak berkomunikasi, sebelum disosialisasikan kepada warga. Hal ini, kata dia, agar tidak ada miskomunikasi terkait tata cara tes, agar kades tidak menjadi sasaran serta kecurigaan warga terkait rekrutmen pekerja.

“Seperti tes security ada yang tanda tangan dan ada yang tidak. Bagi peserta yang tidak tanda tangan langsung mencurigai kalau pesanan kades,” terang Arifin.

Kades Arifin mengakui selama ini tertekan karena banyaknya tuntutan dan terus berusaha mendamaikan warga. Misalnya di PBAS yang mempekerjakan kurang lebih 300 orang tapi diduga tidak dijamin BPJS Ketenagakerjaan.

Sebagai pemangku kepentingan desa, ia berpikir positif harapannya ada perbaikan kedepannya. Akan tetapi, kata dia, hingga pekerjaan hampir selesai tidak ada itikad baik untuk komunikasi dengan desa.

“Perwakilan Kilang GRR hari ini punya dua pilihan, menyampaikan ke pimpinan di Jakarta atau memutuskan di hadapan 120 pemuda dari enam desa,” katanya.

Perwakilan pegawai Kilang GRR Tuban, Solikin mengaku dirinya merupakan orang baru yang ditempatkan di Tuban. Sebagai pejabat baru dirinya tidak bisa memutuskan, dirinya telah mencatat semua aspirasi dari pemuda enam desa dan nantinya akan disampaikan dengan manajemen di Jakarta.

“Kami belum bisa memutuskan, kami masih melakukn koordinasi dengan pimpinan yang ada di pusat,” pungkas Solikin. (sad)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry