Duet Paling Ideal (FT/pkb.id)

JAKARTA | duta.co – Belum terdengar suara Presiden Jokowi soal penundaan Pemilu lewat ‘permainan’ Muhaimin Iskandar (Cak Imin), lalu mendapat dorongan Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan dan dukungan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto. Apakah masih seperti dulu, menolak perpanjangan jabatan, atau ini bagian dari manuvernya?

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr H Hidayat Nur Wahid atau HNW, saat melakukan dialog kebangsaaan “Menuju Indonesia Tertib Konstitusi” secara daring dengan Pimpinan Pusat Parkindo  (Partisipasi Kristen Indonesia), Selasa 1 Maret 2022, menegaskan, bahwa, Presiden Jokowi perlu melakukan klarifikasi sekaligus menghentikan spekulasi tersebut.

Menurut HNW, Presiden Jokowi yang pernah menolak amandemen untuk memperpanjang masa jabatan presiden, sudah tepat. Tetapi karena manuver masih saja berjalan, kali ini dengan alibi pengunduran Pemilu, maka, seharusnya sikap penolakan Presiden itu juga ia perbaharui untuk klarifikasi sekaligus menghentikan spekulasi.

“Sikap menolak Presiden Jokowi karena beliau ingin taat Konstitusi dan UU yang berlaku dan beliau adalah produk reformasi, adalah sikap yang benar dan sudah semestinya. Maka akan sangat masuk akal, bila beliau juga meminta kepada 3 Pimpinan Partai yang terlanjur mengusulkan pengunduran Pemilu atau memperpanjang masa jabatan Presiden, untuk menarik usulan mereka. Itulah makna dan manfaat pentingnya tertib berkonstitusi sebagaimana juga harapan Parkindo,” demikian HNW.

Berbanding Balik

Sementara, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Azyumardi Azra, mengaku sejak awal skeptis bahwa penetapan hari pemungutan suara Pemilu 2024 yang disepakati oleh pemerintah dan DPR, bakal mengakhiri spekulasi soal penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden.

Mengapa? Azra mengungkapkan, bahwa, di berbagai kesempatan ia selalu mengatakan kepada publik agar jangan begitu yakin dengan penetapan pemungutan suara Pemilu 2024. Sebab, menurut dia, perkataan Presiden Joko Widodo kerap berbanding terbalik dengan tindakannya.

“Banyak orang bilang bahwa tidak ada lagi wacana mengenai perpanjangan masa jabatan presiden periode ketiga. Tapi, saya juga terbuka mengemukakan di media, saya kira jangan jangan, apalagi yakin, karena saya melihat gejalanya perkataan Presiden Jokowi itu selalu berlawanan dengan apa yang ia lakukan,” ujar Azra dalam diskusi daring Paramadina Democracy Forum, Rabu (2/3/2022) sebagaimana terunggah kompas.com.

Azra mencotohkan, Jokowi pernah berjanji akan memperkuat lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi. Namun, di era Jokowi pula ada revisi UU KPK yang justru memperlemah lembaga antirasuah tersebut.

Kemudian, Jokowi pernah mengatakan akan melindungi para buruh, tapi membuat omnibus law UU Cipta Kerja. “Kan tidak ada yang konsisten ya. Jadi tidak bisa kita pegang menurut saya, jangan percaya dulu,” ucapnya.

Selalu Berlawanan

Menurut Azra, usul penundaan Pemilu 2024 sarat dengan kepentingan politik. Padahal, saat Pilkada 2020, pemerintah berkukuh menyelenggarakannya di tengah pandemi. Dia pun menduga hal tersebut karena anak dan menantu Jokowi, Gibran Rakabuming Raka dan Bobby Nasution, menjadi calon kepala daerah di Pilkada 2020.

“Nah, sekarang kenapa kemudian mau mereka ubah malah perpanjangan, pemilunya mereka (usulkan) tunda? Kalau dulu sih dipaksakan diselenggarakan, kalau ini enggak. Bahkan mau dipaksakan ditunda. Nah, itu karena kepentingan itu,” tuturnya.

Azra pun mengingatkan masyarakat sipil tetap waspada. Ia mengatakan, penundaan pemilu harus kita tolak. Selain itu, Azra meminta elite politik tidak bermain-main dengan usul penundaan Pemilu 2024. Azra mengatakan, para elite politik mesti mematuhi konstitusi dan peka dengan situasi publik yang saat ini berhadapan dengan beragam masalah.

“Kami berharap elite politik jangan main-main. Mematuhi konstitusi dan mempertimbangkan sensitivitas publik dengan berbagai masalah yang mereka hadapi,” kata dia dalam warta bertajuk “Soal Wacana Penundaan Pemilu, Azyumardi: Saya Melihat Gejalanya, Perkataan Jokowi Selalu Berlawanan dengan Tindakan“. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry