Ketua Fraksi PKS DPRD Propinsi Jawa Timur, Dwi Hari Cahyono saat memberi sambutan. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur, Kamis, 2 Desember 2021 tumplek blek di Museum NU Surabaya. Mereka ikut serta menyaksikan jalannya Lomba Baca Kitab Kuning (LBKK) yang menjadi khasanah khas pondok pesantren.

Hari ini, memasuki ‘Semi Final’ LBKK. Ketua Fraksi PKS DPRD Propinsi Jawa Timur, Dwi Hari Cahyono dalam sambutannya menyebut kegiatan ini dalam rangka untuk menjaga aqidah ahlussunah wal jamaah (Aswaja) dan NKRI.

Demikian Pak Dwi, panggilan akrabnya, dalam sambutannya di depan 33 peserta yang mengikuti Semi Final LBKK PKS Jawa TImur ini. “PKS adalah partai yang cikal bakalnya tumbuh dan berkembang di kalangan dari kampus ke kampus dari pesantren ke pesantren. PKS berkomitmen serius untuk menjaga aqidah ahlussunah wal jama’ah. Salah satunya melalui lomba baca kitab kuning ini,” jelas Dwi Hari.

Bahagia dan Bangga

Ia menyampaikan, melalui lomba baca kitab kuning ini, keluarga besar DPW PKS Jatim ingin mengajak generasi bangsa mengkaji kitab-kitab klasik dari ulama yang muktabar dan kompeten. Hal ini, lanjutnya, karena PKS adalah partai yang berasakan Islam yang lahir dari kampus dan pesantren.

“Kita berharap, ini langkah awal untuk melestarikan mengkaji kitab-kitab klasik yang merupakan kitab rujukan kita. Baik untuk dipraktekkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dan utamanya praktek praktek ibadah kita dalam kehidupan sehari-hari dan yang tidak kalah pentingnya,” tegasnya.

Dengan mengkaji kitab kitabnya ini, ia melanjutkan, diharapkan akan menumbuhkan perasaan cinta untuk mencintai dan memuliakan ulama dengan seluruh ilmu dan kemuliaannya hadir di masyarakat sehingga mewarnai wajah kebangsaan kita yang kaya dengan nilai-nilai agama dan religiusitas.

Selain itu, ia menyampaikan bahwa LBKK ini bertujuan untuk kembali menghidupkan tradisi keilmuan di kalangan masyarakat Muslim di Indonesia dan mendorong generasi muda untuk memahami nilai ajaran Islam dari sumber asli yang disusun oleh para ulama salafus shalih.

“Ada Istilah dengan Ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah dan dengan agama hidup menjadi terarah. Dan saya tambah, dengan toleransi hidup nyaman menjalankan ibadah. Saya kira istilah ini sangat relevan dalam situasi dan kondisi kita saat ini,” tandasnya.

Di akhir pidatonya, Dwi mengaku bahagia dan bangga dengan antusiasme generasi muda yang mengikuti kegiatan ini. “Bahagia sekali berkumpul dengan generasi muda yang alim yang masih mempunyai minat baca yang luar biasa. Apalagi kita berada di tengah gempuran game online yang begitu besar meneita waktu generasi muda kita. Mereka ini harapan bangsa,” pungkasnya. (zi)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry