Dosen Ubaya, Dr. Werner Ria Murhadi, S.E., M.M., CSA. DUTA/dok

SURABAYA | duta.co –  Merebaknya pandemi COVID-19 telah melumpuhkan berbagai sektor dalam masyarakat. Pemutusan hubungan kerja (PHK), karyawan dirumahkan, pemotongan gaji, hingga THR (Tunjangan Hari Raya) yang terancam tidak diberikan membuat masyarakat menjadi resah dan kesulitan mengelola keuangan keluarga.

Lantas, bagaimana cara mengelola keuangan keluarga yang baik untuk bertahan hidup selama masa pandemi? Tantangan ini dijawab oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Surabaya (LPPM Ubaya) melalui Webinar (web seminar) Seri Edukasi Masyarakat dengan tema “Pengelolaan Keuangan Keluarga di Tengah Pandemi COVID-19” yang diselenggarakan Rabu (13/5/2020).

Seminar online ini diikuti oleh 93 peserta yang berasal dari berbagai perguruan tinggi dan masyarakat umum. Narasumber yang hadir sebagai pembicara dalam webinar adalah Dr. Werner , S.E., M.M., CSA selaku Ketua Program Studi Magister Manajemen Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya. Kegiatan dibuka dengan sambutan dari Prof. Suyanto, S.E., M.Ec.Dev., Ph.D. selaku Ketua LPPM Ubaya.

“Hari ini kita diajak untuk memahami kondisi masyarakat dari sisi keuangan. Melalui webinar yang diselenggarakan, harapannya inspirasi dari narasumber bisa membantu kita menghadapi kondisi keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19. Semua terkena dampaknya, kita tidak tahu kapan akan berakhir. Namun, kita perlu memiliki strategi keuangan yang baik untuk bertahan dalam kondisi pandemi,” jelas Suyanto.

Pada kesempatan ini, Dr. Werner Ria Murhadi, S.E., M.M., CSA memaparkan dampak COVID-19 yang terjadi di masyarakat, antisipasi pemerintah, dan cara mengelola keuangan di masa pandemi. Dosen FBE Ubaya ini memberikan pengantar terkait sejarah krisis ekonomi Indonesia dan tindakan yang dilakukan sehingga dapat bertahan di kondisi tersebut. Hal ini nantinya membantu masyarakat untuk mengetahui cara mengelola keuangan yang baik.

 “Pada tahun 2020 ini, krisis dimulai dari sektor kesehatan dengan munculnya COVID-19 dan berimbas pada ekonomi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) jatuh 35%, kurs rupiah melemah, adanya PSBB dan berujung pada terhentinya produksi. Saat ini benteng pertahanan masyarakat adalah pemerintah dengan kebijakan counter cyclical-nya. Oleh karena itu, kita harus tahu kebijakan apa saja yang dilakukan pemerintah karena nantinya akan berdampak pada keuangan keluarga,” ucap Werner.

Werner melanjutkan jika dampak COVID-19 dirasakan oleh masyarakat seluruh dunia. Wabah COVID-19 membuat berbagai negara mengalami lockdown, social distancing, hingga PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Selain itu, ekonomi dunia mengalami penurunan secara drastis.

Berhentinya produksi di masyarakat membuat banyak orang dirumahkan dan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK). Hal ini mengakibatkan meningkatnya pengangguran dan kelangkaan bahan pangan di masyarakat. Apakah Indonesia mengalami great depression?

Mengambil kutipan pemenang Nobel bidang ekonomi yaitu Robert Shiller mengatakan jika kondisi pandemi tidak akan bertahan selama 10 tahun, berbeda dengan depresi besar tahun 1930. Kondisi ini akan berakhir dalam satu atau dua tahun dan bisa dihindari melalui kebijakan fiskal dan moneter di semua negara.

 “Ada empat sektor yang tertekan akibat COVID-19 yaitu rumah tangga, UMKM, korporasi, dan keuangan. Berdasarkan data kementerian ketenagakerjaan, lebih dari 1,5 juta orang telah kehilangan pekerjaan akibat pandemi COVID-19. Sedangkan sebanyak 10,6% diantaranya atau sekitar 160 ribu orang kehilangan pekerjaannya karena PHK dan 89,4% lainnya dirumahkan. Namun, jika situasi masyarakat terus seperti ini dengan gaji yang mengalami penurunan, PHK besar-besaran, tidak ada THR dan aktivitas masyarakat berhenti total maka daya beli akan menurun dan berdampak pada ekonomi Indonesia,” ungkapnya.

Saat ini yang dapat menopang kondisi ekonomi Indonesia adalah pemerintah melalui kebijakan yang dibuat untuk meringankan beban masyarakat. Ada berbagai program pemerintah yang dapat digunakan masyarakat seperti program jaring pengaman sosial berupa kartu pra kerja, kartu sembako, program keluarga harapan, padat karya tunai perdesaan, dan bantuan langsung tunai. Program yang diberikan pemerintah merupakan salah satu cara yang bisa digunakan dalam mengelola keuangan keluarga di tengah pandemi COVID-19.

Ada tujuh cara yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengelola keuangan di masa pandemi. Pertama, lakukan financial checkup dengan melihat kondisi kesehatan keuangan dari pendapatan dan pengeluaran yang ada saat ini.

Kedua, buat prioritas keuangan dan pangkas kebutuhan yang dirasa tidak perlu. Keluarga dapat mencari produk substitusi atau mengganti produk yang lebih murah namun memiliki fungsi yang sama dalam menghemat pengeluaran. Ketiga, jika memiliki hutang bank atau Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) lakukan restrukturisasi selama satu tahun.

Keempat, atur pola hidup keluarga agar lebih efisien selama masa pandemi. Kelima, pahami yang menjadi hak masyarakat seperti adanya potongan subsidi bagi keluarga yang menggunakan listrik 900 Watt, minta kartu prakerja, dan yang lain. Tips keenam adalah cari penghasilan alternatif atau membuka peluang bisnis baru.

“Saat ini kita dimudahkan dengan adanya handphone dan internet, mulai dari situ bisa dimanfaatkan untuk berjualan online atau menawarkan jasa. Bagi yang memiliki sedikit dana bisa investasi di saham atau reksadana. Tips ketujuh adalah selalu berpikiran positif karena sumber utama melemahnya imunitas adalah dari pikiran. Kesehatan itu penting, jadi ikuti anjuran pemerintah untuk stay at home dan ubah gaya hidup lebih hemat,” tutup Werner. wik

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry