Jajang Nurjaman, Koordinator Center for Budget Analysis (CBA)

“Jadi, aksi ini adalah bentuk perjuangan untuk menjamin masa depan yang lebih baik dan melawan lahirnya aturan yang dianggap tidak adil.”

Oleh Jajang Nurjaman

MENURUT saya pribadi, ada yang aneh dalam pernyataan ibu Megawati Soekarnoputri, soal generasi milenial. Dikhawatirkan cara berpikir tokoh besar ini sedang tidak jernih dan didorong nafsu dan kepentingan. Mudah-mudahan saja, saya keliru.

Secara garis besar beliau mempertanyakan sumbangsih generasi milenial, terlebih ditekankan lagi dengan mempertanyakan generasi milenial, yang katanya kerjaannya hanya demo saja. Ini jelas pernyataan berbahaya, seolah-olah generasi milenial yang melakukan aksi atau demo dalam menyikapi berbagai kebijakan pemerintah dianggap malas, tidak ada kerjaan dan stigma negatif lainnya.

Sebagai tokoh besar dari generasi yang lebih tua dari generasi milenial, Ibu Megawati seharusnya semakin arif dan bijaksana dalam melihat persoalan bangsa termasuk generasi milenial.

Alih-alih mempertanyakan apa sumbangsihnya generasi milenial, coba ditanyakan dan direnungkan terlebih dahulu apakah generasi milenial sudah mendapatkan haknya sebagai warga negara sebagai anak muda penerus bangsa.

Bagaimana dengan pendidikan-nya, kesehatan-nya, dan aspek penting lainnya yang kalau tidak salah, Saudari Puan Maharani yang pernah jadi Menko PMK sempat menjalankan program revolusi mental dengan anggaran ratusan miliar lebih, tapi apa hasilnya?

Ibu Megawati pasti tahu, segala sesuatu itu, selalu ada sebab dan akibat. Generasi milenial yang melakukan aksi dan terjadi kerusuhan termasuk pengrusakan fasilitas umum bukan tanpa sebab, mereka dengan tegas dan keras menolak Omnibus Law UU Ciptaker yang dianggap tidak berpihak pada rakyat kecil, dan bisa merugikan orang susah termasuk generasi milenial yang melakukan aksi.

Jadi, aksi ini adalah bentuk perjuangan untuk menjamin masa depan yang lebih baik dan melawan lahirnya aturan yang dianggap tidak adil.

Bukankan apa yang dilakukan generasi milenial (aksi tolak Omnibus Law) itu sebagian dari hak berdemokrasi yang selalu digaungkan partai Ibu Megawati? Tapi kenapa ibu Megawati malah mempertanyakan dan nyinyir terhadap generasi milenial yang melek politik perduli dengan persoalan bangsa, serta kritis?

Terakhir, daripada Ibu Megawati ikut-ikutan nyinyir, seperti emak-emak sebelah rumah yang kerjaannya cuma ngegosip, lebih baik renungkan, jawab pertanyaan ini. Generasi mana yang paling banyak korupsinya? Sudah bereskah kerja pemerintah saat ini karena banyak anak muda (generasi milenial turun ke jalan) aksi mengkritisi pemerintah mirip-mirip di tahun 98? Dan apa hasilnya dari program revolusi mental yang dikomandoi putri tercinta ibu? Terima kasih.

*Jajang Nurjaman, Generasi Milenial, Koordinator Center for Budget Analysis (CBA)

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry