Tempe wedok yang sudah jadi  sangat disukai masyarakat sekitar. DUTA/lukman

LUMAJANG l duta.co – Di tengah pandemi Covid-19, masyarakat harus produktif terutama di desa. Potensi desa harus dimunculkan. Seperti halnya potensi di Desa Labruk Kidul, Sumbersuko, Lumajang.

Desa ini dikenal sebagai produsen tempe yang unik, namanya tempe wedok. Produksi tempe ini mampu menopang ekonomi warga desa. Hanya pemasaran tempe wedok belum maksimal karena sebagian besar masih berada di desa tersebut.

Ketua Karta Bhakti Yudha Pertiwi Desa Labruk Kidul, yang tergabung dalam Heppiii Community Lumajang mengatakan, potensi ekonomi dari tempe wedok cukup tinggi. Karena itu Karta Heppiii Community ini mulai gencar mempromosikan ke berbagai pihak termasuk ke media sosial seperti facebook dan Instagram agar pasarnya makin luas.

Selama ini promosi yang dilakukan di media sosial cukup efektif, terbukti ada pesanan dari luar Lumajang, seperti Surabaya bahkan Sulawesi.

Lalu apa sebenarnya tempe wedok itu? “Jadi tempe wedok ini bungkusnya dari pelepah pisang, nah cara bungkusnya itu seperti seorang perempuan memakai jarik. Setelah itu diikat menggunakan tali dari pelepah pisang, ibaratnya seperti perempuan memakai jarik dan diikat pakai udet (selendang). Itulah kenapa namanya tempe wedok, atau perempuan,” kata Wachyudi Rosad, Ketua Karta Bhakti Yudha Pertiwi Desa Labruk Kidul, Sumbersuko, Lumajang.

Keunggulan tempe wedok selain memakai bungkus pelepah pisang, bahan yang digunakan murni kedelai tanpa ada campuran apapun. Tempe wedok juga tidak menggunakan plastik dan 100 persen menggunakan bahan alam.

Upaya untuk mengenalkan tempe wedok ini bukan tanpa kendala. Saat ini jumlah perajin tempe tersebut hanya menyisakan dua orang dengan usia memasuki fase senja.

Dua perajin tempe wedok itu adalah Bu Khasanah yang kini sudah berusia 70-an tahun dan Bu Bawon yang kini usianya 60-an tahun. Atas kondisi ini, Karta Bhakti Yudha Pertiwi Desa Labruk Kidul sudah merancang berbagai pelatihan pembuatan tempe agar ada penerus perajin tempe khas desa tersebut.

“Sayang sekali kalau produk dengan kearifan lokal, ramah lingkungan, dan bisa meningkatkan ekonomi warga desa ini punah karena gak ada penerusnya. Kami akan terus berupaya mempromosikan dan akan mengusahakan agar ada penerusnya,” ungkapnya.

Selama ini tempe wedok dijual ke pasar oleh perajin yang bersangkutan. Tempe wedok ini harganya juga lebih terjangkau, tempe dibanderol dengan harga Rp 3.000 satu bungkus isi 10. Soal rasa, tempe wedok dijamin lebih gurih dibanding tempe yang dibungkus dengan plastik seperti yang beredar di pasaran.

Pembina Heppiii Community Lumajang, Miftachul Arif mengatakan pihaknya akan terus berupaya agar produk lokal Desa Labruk Kidul ini tetap lestari. Terlebih produksi tempe wedok jika dikelola dengan maksimal juga bisa meningkatkan potensi dan menguatkan ekonomi warga desa.

“Mudah-mudahan tempe wedok makin berkembang dan akan ada banyak penerusnya, sehingga warga desa bisa semakin produktif dan tetap menjaga kearifan lokal yang ada,” ungkapnya. lk

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry