YOGYAKARTA | duta.co – Prestasi membanggakan kembali ditorehkan dosen Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Pontianak. Salah seorang dosen terbaiknya yakni Nur Hamzah, MPd berhasil meraih gelar doktoral Studi Islam Bidang  Pendidikan Anak Usia Dini Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Selasa, (15/10/22).

Ia berhasil mempertahankan disertasinya berjudul “HABITUS MUSLIM MELAYU PERKOTAAN DI PONTIANAK: Perubahan Praktik Beragama dan Pengasuhan dalam Pendidikan Islam Anak Usia Dini” di hadapan tim penguji yang terdiri dari Dr Amanah Nurish, MA, Prof Dr Hj Erni Munastiwi, MM, Dr Suhadi, SAg., MA. Prof. Dr. Farida Hanum, M.Si. serta didampingu dua orang prootor yakni Prof. Dr. H. Sangkot Sirait, M.Ag dan Zulkipli Lessy, M.Ag, MSW, PhD.

Dalam paparannya, ia menyatakan bahwa disertasinya ini dilatarbelakangi oleh fakta praktik pengasuhan yang telah bergeser atau berubah. Hal itu terjadi sebab para muslim Melayu perkotaan menurunkan kesadaran tentang kelas sosial dan corak ekspresi beragama mereka ke dalam praktik pengasuhan.

Menurutnya, perubahan praktik pengasuhan tersebut diketahui ketika membandingkan praktik pengasuhan muslim Melayu perkotaan sebelumnya dengan praktik pengasuhan muslim Melayu perkotaan saat ini.

Perbedaannya dapat dilihat dari rumusan tujuan, metode, dan materi pengasuhan. Sehingga kemudian riset ini bertujuan untuk meneliti praktik pengasuhan orang tua muslim Melayu perkotaan.

Ia menyimpulkan, pertama, habitus muslim Melayu perkotaan kelas menengah dapat dicermati dari perilaku dan pilihan mereka terhadap selera atau gaya hidup. Muslim Melayu perkotaan kelas menengah juga tercermin dalam ekspresi keberagamaan yang dikelompokkan menjadi corak moderat-tradisional, moderat-modern, dan islamis-puritan.

Kedua, praktik pengasuhan muslim Melayu perkotaan kelas menengah dapat digambarkan sebagai berikut. a) Berkaitan dengan tipe pola asuh, orang tua kelompok moderat-tradisional dan islamis-puritan lebih dominan melakukan pola asuhotoriter.

Sementara orang tua kelompok moderat-modern menggunakan pola asuh otoritatif. b) Terdapat tiga komponen, yaitu tujuan, materi, dan metode pengasuhan, yang dipahami sebagai tindakan.

Adapun tindakan tersebut dilakukan berdasarkan kesadaran kelas sosial, alat perjuangan kelas, Tindakan penegasan identitas sosial, tindakan melakukan upaya dominasi simbolis, praktik distingsi sosial, dan alat mekanisme bertahan.

“Dengan demikian, telah terjadi perubahan dalam orientasi dan makna pengasuhan,” ujar Dr Nur Hamzah yang juga merupakan Ketua umum Pengurus Pusat Pendidikan Islam anak Usia Dini Indonesia.

Apresiasi mendalam datang  dari Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Kerjasama, dan Alumni IAIN Pontianak Dr.Ismail Ruslan, M.Si. atas capaian gelar doktoral studi Islam bidang PIAUD yag diraih oleh Dr. Nur Hamzah, MPd .

“Selamat atas capaian yang diraih oleh Dr. Nur Hamzah, M.Pd. Ini satu kebanggan bagi kami keluarga besar IAIN Pontianak karena para dosennya Kembali meraih capaian Prestasi gemilang khususnya dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini. Kita mendorong agar seluruh civitas akademika khususnya di IAIN Pontianak dapat mengikuti jejak positif yang telah diraih oleh Dr. Nur Hamzah” ujarnya.

Lebih lanjut Dirinya menyampaikan  bahwa Riset yang diangkat Dr. Nur Hamzah dalam disertasinya sangat mencerminkan kondisi keberagamaan masyarakat Melayu khususnya dalam pengasuhan anak di Kota Pontianak.

“Fenomena yang diangkat cukup menarik mengingat pola pengasuhan anak sangat berpengaruh terhadap perkembangan pemahaman keagamaan anak termasuk di dalamnya ekspresi mereka dalam mengaktualisasikan pemahaman agamanya. Ini tentu perlu menjadi perhatian khususnya pihak-pihak yang hari ini mengusung isu moderasi beragama dimana ekspresi keagamaan dipengaruhi oleh pola asuh anak yang dilakukan di dalam keluarga,” ujar Dr Ismail yang juga merupakan Ketua FKUB Kalimantan Barat ini.

Dirinya juga menyambut baik hasil riset disertasi yang ditulis oleh Dr. Nur Hamzah ini karena mengangkat khazanah dan fenomena lokal yang terjadi akhir-akhir ini.

“Riset ini menjadikan fenomena lokal sebagai objek penelitian strategis. Ini tentu sejalan dengan visi IAIN Pontianak sebagai pusat keilmuan, Keislaman, dan Kebudayaan Borneo,” pungkasnya. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry