LULUS S3 : Promotor Prof Dr dr Budi Santoso, SpOG (K) menyerahkan ijazah kepada Dr dr Eighty Mardian Kurniawati, SpOG(K) disaksikan Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K). DUTA/endang

Mantan Wartawan Raih Gelar Doktor

Mantan wartawan sebuah media di Surabaya kini bisa menyandang gelar Doktor (Dr) di depan namanya. Gelar itu menambah panjang gelar akademiknya. Dr dr Eighty Mardian Kurniawati SpOG(K) bisa bernafas lega setelah dinyatakan lulus atas disertasinya yang membahas masalah Vesikovagina itu  dengan sangat memuaskan. Waktu 5,5 tahun untuk mendapatkan gelar ini akhirnya ditebus dengan sesuatu yang membanggakan.

Profesinya sebagai seorang dokter kandungan membuatnya sibuk luar biasa. Apalagi juga harus menjalankan peran sebagai staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Belum lagi memerankan tugas sebagai seorang ibu dari tiga anak laki-laki yang masih membutuhkan sentuhan dan belaian tangannya.

Bahkan, tugasnya sebagai seorang ibu komandan di sebuah kesatuan TNI AL kadang terabaikan karena tugas-tugasnya sendiri yang menumpuk. Beruntung, suaminya Mayor Laut (K) dr Abdul Haris, SpBS bisa memahami dan mendukung semua langkahnya.

“Makanya saya bersyukur tak henti-hentinya semua bisa saya lewati walau terseok-seok. Lulus S3 ini sebuah keharusan bagi saya sebagai seorang dosen. Karena seorang pengajar itu harus bisa belajar setinggi-tingginya,” jelasnya usai pengukuhannya sebagai seorang doktor ke-866 FK Unair, Jumat (23/1/2029).

Dekan FK Unair, Prof Dr dr Soetojo, SpU(K) mengaku yang menjadi ketua majelis sidang terhadap dr Eighty mengaku bangga dengan keberhasilan stafnya menjadi doctor. “Karena kita memang memacu semua dosen untuk bergelar doktor. Karena dengan gelar itu, selangkah lagi menuju guru besar,” ungkapnya.

Prof Soetojo menyebut bahwa ini adalah berkat ketekunan dr Eighty untuk bisa menyelesaikan kuliahnya. Bahkan, dr Eighty bisa menguasai materi yang disajikan dalam disertasinya dengan baik.

“Dokter Eighty menjadi doktor ke-866 di FK Unair. Semoga ini memacu semua dosen di FK Unair untuk terus memacu diri,” tukasnya.

Stemcell untuk Atasi Fistula Vesikovagina

Dalam disertasi yang berjudul “Pengaruh Seeding Sel Punca Amnion terhadap PDGF, VEGF, EGF Occludin, Claudin-4, dan Karakterisasi Histologi Proses Penyembuhan Luka Model Fistula Vesikovagina”, dr Eighty dipromotori oleh Prof Dr Budi Iman Santoso dr Sp OG(K), co-promotor oleh Prof Dr drh Fendik Abdul Rantam dan Co-promotor II oleh Dr Pudjo Hartono dr Sp OG(K).

Fistula vesikovagina yang dibahas dalam disertasi itu merupakan bagian dari fistula vesikourogenital yakni suatu keadaan ditandai fistel antara kandung kemih dengan vagina yang menyebabkan rembesan urin keluar melalui vagina atau biasa disebut beser. Kasus Fistula vesikovaginalis biasa muncul di negara berkembang.

Kasus tersebut juga banyak terjadi di Indonesia, menurut dr Eighty angka kesembuhannya tidak terlalu besar tercatat di RSUD Dr Soetomo, hanya 65 – 90 persen yang berhasil dan sisanya gagal.

Yakni dalam hitungan 40 kasus Fistula Vesikovagina, 25 orang telah dioperasi dengan tingkat keberhasilan 65 persen.

Padahal di Jawa Timur ahli Urigenokologi Rekontruksi Vagina termasuk banyak dan mumpuni tetapi kegagalan masih menjadi bayang-bayang. Hal ini dikarenakan penanganan fistula vesiko vagina memiliki tingkat kesulitan yang tinggi serta masih baru diteliti dan menjadi tugas rumah bagi dunia kedokteran.

“Tingkat kegagalan masih tinggi meskipun ditangani oleh ahli di bidangnya. Dan jika dalam operasi pertama gagal maka operasi kedua akan jauh lebih sulit,” ujarnya.

Penelitian itu dilatarbelakangi, prosedur penyembuhan jahitan Fistula Vesikovagina membutuhkan proses yang lama kualitas penyembuhannya menjadi salah satu penentu keberhasilan.

Karenanya, penelitian ini diyakini mampu memberikan hasil penyembuhan luka yang lebih baik dari pada prosedur umum yang biasa dilakukan untuk Fistula Vesikovagina.

 “Prosedur yang bisa dipakai adalah menjahit lubang yang menyebabkan rembesan itu. Hasil penyembuhan jahitannya sangat lama dan kadang tidak terlalu bisa maksimal. Oleh karenanya saya menggunakan sel punca Amnion yang mampu memberikan Seeding dan merepair sel sel yang ada agar meregenerasi lebih cepat sehingga penyatuan dan penutupan lubang dapat maksimal,” terang dr Eighty.

Dr Eighty pun mengaku bahwa memang sudah seharusnya dirinya melakukan penelitian tersebut karena ia berkecimpung dalam spesialisasi obserti yang menghasilkan banyak sel punca Amnion yang bermanfaat sekali dalam mempererat jaringan.

“Pemberian sel punca amnion setelah penjahitan itu membuktikan penyembuhan yang lebih baik dengan parameter growth factor dari Occludin dan Claudin-4 yang bertugas sebagai pemererat jaringan dan sel sel,” tukasnya.

Penelitian dr Eighty ini masih dilakukan pada hewan kelinci sebagai media prakteknya. Ia mengatakan bahwa pengunaan kepada manusia masih harus melalui banyak langkah dan prosedur yang harus dilakukan.

“Di luar negeri pun masih belum ada prosedur penggunaan sel punca ini kepada manusia. Jadi masih banyak yang harus dilakukan dan dikaji untuk sampai bisa diterapkan kepada manusia secara luas,” pungkasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry