Gubernur Khofifah s dibantu buruh tani wanita, saat melakukan tanam padi di acara Gerakan Percepatan Tanam Padi di Desa Dempel, Kabupaten Ngawi beberapa waktu lalu. DUTA/end  

SURABAYA | duta.co –  Jawa Timur menjadi daerah penghasil padi terbesar di Indonesia atau lumbung pangan nasional. Bahkan beras dari Jawa Timur bisa memasok ke 16 provinsi di Indonesia Timur kecuali Sulawesi Selatan.

Pada 2021 total penanaman padi di Jawa Timur seluas 1,74 juta hektare dengan jumlah produksi sebesar 9,90 juta ton. Dan pada 2022 ini juga ditargetkan minimal produksi padi sama dengan 2021.

Tak mengherankan jika Pemprov Jawa Timur terus menggenjot produktivitas padi khususnya di beberapa daerah yang memiliki potensi tinggi. Program Pemprov Jawa Timur salah satunya adalah percepatan masa tanam sehingga nantinya bisa panen empat kali dalam setahun atau Indek Penanaman (IP) Padi 400.

Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa menyadari untuk bisa mencapai IP Padi 400 itu membutuhkan dukungan banyak hal dan banyak pihak.

Ditegaskannya, teknologi pertanian mutlak dibutuhkan, seperti penggunaan alat dengan teknologi terkini sehingga bisa memangkas waktu kerja petani karena sudah tidak lagi dikerjakan secara manual.

“Misalnya bagaimana pemupukan itu bisa dilakukan dengan alat sehingga dalam hitungan jam, satu hektar lahan bisa diberi pupuk. Sementara kalau manual bisa berhari-hari baru selesai. Begitupun saat memberi obat pengusir hama. Bahkan saat panen sudah menggunakan alat canggih. Sehingga usai panen dengan cepat lahan bisa diolah kembali,” jelas Khofifah saat hadir dalam kegiatan Gerakan Percepatan Tanam Padi di Desa Dempel, Kabupaten Ngawi beberapa waktu lalu.

Selain teknologi, tentu saja, pupuk berperan penting dalam pemenuhan target ini. Padahal kebijakan pemerintah, alokasi pupuk subsidi dikurangi di setiap daerah, termasuk di Jawa Timur.

Dari data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, walau dibatasi namun alokasi pupuk subsidi di 2022 masih cukup untuk memenuhi kebutuhan petani hingga akhir tahun ini.

Apalagi, pada 2022 ini pupuk subsidi di Jawa Timur direalokasi khususnya urea dan NPK untuk sembilan komoditas yakni padi, jagung, kedelai serta cabai, bawang merah, bawang putih (subsektor hortikultura) dan tebu, kopi serta kakao (subsektor perkebunan).

Dikatakan Hadi, dari alokasi semula sebesar 973.437 ton urea direalokasi menjadi 1.061.017 ton atau naik 87.580 ton. Sedangkan untuk NPK dari 571.147 ton menjadi 682.107 ton.

Hingga September 2022 ini, penyaluran pupuk subsidi urea sebesar 707.926 ton dan masih tersisa 353.091 ton. Sementara untuk NPK penyaluran mencapai 446.795 ton dan  masih tersisa 253.312 ton.  “Itu masih cukup untuk memenuhi kebutuhan petani. Kalau tidak, kita memang ingin petani bisa swadaya untuk memenuhi kebutuhan pupuknya,” ungkap Hadi.

Sumiran (60), salah petani di Desa Jetis, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun mengaku mendapatkan pupuk subsidi sebanyak 2,5 kuintal setiap kali memasuki masa tanam.

Itu dipakai untuk lahan seluas 3.500 meter persegi yang dia kerjakan. Karena subsidi, pupuk itu dia beli seharga Rp 125 ribu per sak (50 kilogram) urea atau NPK. Dia menebus pupuk subsidi itu menggunakan Kartu Tani.

Sumiran mengaku pupuk itu dia bisa ambil sebanyak dua kali yaitu usai tanam dan saat mulai berbuah. “Pemupukan dilakukan dua kali, jadi tebusnya juga dua kali, tidak boleh langsung diambil sekaligus,” katanya.

Pupuk subsidi yang dia dapat itu ‘dicukup – cukupno’ (dicukup-cukupkan). “Tapi kadang juga kurang. Kalau kurang ya beli sendiri. Walau harganya mahal, tapi karena butuh tetap dibeli. Urea kalau bukan subsidi harganya Rp 250 ribu per 25 kilogram,” katanya.

Diakui Sumiran, menanam di saat kondisi seperti ini memang cukup mengkhawatirkan. Namun, profesinya sebagai petani membuatnya tidak bisa melihat lahan ‘nganggur’.

“Ya tetap digarap.  Kalau menghitung untung rugi, ya tidak akan ada habisnya. Buat makan sehari-hari saja, nanti kalau ada sisanya, dijual. Penuhi kebutuhan rumah dulu,” tukasnya.

Pupuk Indonesia Kenalkan Aplikasi REKAN

Karena keterbatasan pupuk subsidi itu, maka pengawasan distribusi diperketat. Sesuai ketentuan dalam Permendag No 15 Tahun 2013 sepenuhnya dilaksanakan oleh PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) mulai dari produsen, distributor sampai dengan kios/pengecer yang dipantau oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

Pupuk Indonesia awalnya menerapkan mekanisme penebusan untuk pupuk subsidi dengan menggunakan sistem T-Pubers (Tebus Pupuk Bersubsidi) yang sepenuhnya dilaksanakan oleh kios/pengecer. Dan untuk daerah yang sudah siap infrastrukturnya menggunakan Kartu Tani.

Namun, seiring dengan semakin masifnya teknologi, digitalisasi juga terus dilakukan dan ditingkatkan. Juli 2022 lalu, Pupuk Indonesia memperkenalkan aplikasi  kios Retail Management System (RMS) atau REKAN.

Direktur Transformasi Bisnis Pupuk Indonesia, Panji Winanteya Ruky mengatakan aplikasi ini dapat menyederhanakan proses penebusan pupuk bersubsidi oleh petani. Karena aplikasi REKAN dapat diintegrasikan dengan Kartu Tani milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) dan E-RDKK (Sistem elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok) milik Kementerian Pertanian.

Lewat aplikasi REKAN, Pupuk Indonesia juga dapat memantau jumlah stok di kios secara real time, mampu beroperasi secara offline pada wilayah terpencil dan berbagai keunggulan lainnya.

“Sehingga seluruh aktivitas pada aplikasi REKAN ini dapat ditelusuri, karena ada jejak digitalnya, dan pada akhirnya dapat meningkatkan transparansi dan akuntabilitas penyaluran pupuk bersubsidi,” jelas Panji.

Ada banyak manfaat aplikasi Rekan, pertama adalah digitalisasi perbaikan tata kelola dan penyederhanaan proses penebusan pupuk bersubsidi. Kedua, mampu telusuri penyaluran pupuk bersubsidi di tingkat kios yang berdasarkan nomor induk kependudukan (NIK) para petani dan geo-tagging. Ketiga, sistem pembayaran yang terintegrasi dengan Kartu Tani dan metode pembayaran elektronik lainnya.

Keempat, menyediakan laporan penebusan dan penagihan secara digital. Kelima, kemudahan administrasi kios dalam melakukan pencatatan transaksi, pelaporan keuangan, pengelolaan stok dan manajemen pegawai.

Keenam, terdapat mode offline yang bertujuan agar tetap bisa berfungsi pada remote arena dengan kualitas sinyal yang kurang baik. Ketujuh, sistem point of sales penjualan produk non subsidi atau produk-produk lain yang ada di kios. Kedelapan, mempermudah kontrol stok produk dan barang secara realtime.

Dengan aplikasi REKAN, Panji menjelaskan sistem digital ini mempermudah dan mempercepat kios dalam memproses penjualan pupuk baik ritel, komersil, maupun pupuk bersubsidi. Aplikasi ini juga membantu para kios untuk memonitor penjualan kepada petani.

“Jadi kita cukup datang ke kios dan pakai KTP, nanti kami cek ke database Kementerian Pertanian, sepanjang dia (petani) ada dalam data (RDKK) kami kasih. Aplikasi Rekan akan menghubungkan barang dari kami dan uang dari pemerintah untuk penagihan,” jelas Panji.

Jaringan jadi Kendala Mengakses Aplikasi REKAN

Erni Farida (41), admin distributor pupuk CV Citra Tani di Bangkalan Madura mengaku pekerjaannya sangat banyak untuk mengurusi pupuk subsidi. Administrasi yang harus dipenuhi sangat banyak dan harus detail dari 13 kios yang berada di wilayahnya di tiga kecamatan yakni Labang, Kamal dan Geger.

Erni memang harus memenuhi semua persyaratan administrasi itu. Agar pupuk bersubsidi bisa tepat sasaran dan tidak disalahgunakan.

Karenanya Erni senang, sejak Juli 2022 lalu, ada aplikasi REKAN yang dibuat Pupuk Indonesia Holding Company.  Aplikasi ini sepengetahuannya memudahkan administrasi distributor dan kios dalam melakukan pencatatan transaksi, pelaporan keuangan, pengelolaan stok dan  pegawai.

Namun, Erni mengaku merasa sedih karena sampai kini  aplikasi ini masih belum memudahkan pekerjaannya. Hal itu karena tidak didukung oleh kios yang juga memanfaatkan aplikasi serupa.

“Aplikasi ini ada yang untuk distributor dan ada yang untuk kios. Jadi dua-duanya harusnya menggunakan. Tapi kenyataaannya, kios susah melakukannya. Sedih, aplikasi yang seharusnya bisa memudahkan namun justru belum maksimal pemanfaatannya,” kata Ermi.

Alasan kios belum menggunakan kata Erni, karena kendala jaringan internet sehingga tidak bisa maksimal. “Katanya internetnya turun naik, sehingga ketika hendak memasukkan data selalu terputus dan gagal dilakukan. Padahal sepengetahuan saya, katanya bisa digunakan walau tanpa internet. Tapi saya ya kurang tahu juga karena saya sendiri juga tidak bisa menjelaskan secara detail kepada kios,” ungkapnya.

Erni menyadari, di wilayah kerjanya itu tergolong daerah susah sinyal.” Sehingga kalau dari kios tidak bisa mengunggah data, kita yang di distributor tidak bisa juga. Akhirnya ya tetap dengan cara manual,” tuturnya.

Erni mengaku kehadiran aplikasi REKAN ini sebenarnya sangat bisa membantu dan mempermudah kerja kios dan distributor. Karenanya, Erni meminta ke depan pelatihan harus diberikan secara masif sehingga kios dan distributor bisa lebih paham dan mengerti betul kemudahan-kemudahan dengan menggunakan aplikasi REKAN ini.

“Pelatihan harus dilakukan berkala sehingga kami bisa paham betul penggunaanya, jangan hanya sekali atau dua kali, apalagi dilakukan online. Karena pupuk ini berurusan dengan orang-orang yang kelas pendidikannya masih rendah sehingga memang harus sabar untuk terus mengedukasi,” tukas Erni. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry