SURABAYA | duta.co – Prof Mohammad Nuh, tampak begitu santai, menanggapi berita heboh yang mengabarkan dia meninggal di media sosial, Jumat (4/3/2022). Mantan Menkominfo dan Mendikbud ini, hanya mengucapkan Alhamdulillah, karena baginya ini adalah pengingat bahwa semua orang akan meninggal termasuk dirinya.

“Tinggal tunggu waktu, tunggu giliran. Kita hanya tinggal menyiapkan ‘sangu’ (bekal)nya menuju pulang itu,” begitu Prof Nuh.

Menurut Ketua Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Yarsis) ini, mendengar kabar meninggalnya dirinya itu justru ramai di media sosial, bukan di media mainstream. Ini menandakan bahwa informasi dari media sosial itu harus dilakukan cek dan ricek, agar terbukti kebenarannya.

“Masyarakat perlu memilah dan memilih, ada self of sensoring sehingga tidak gampang termakan isu,” ungkapnya.

Menyambut 100 Tahun NU

Saat berita meninggalnya Prof Nuh mencuat, justru suami dari drg Laily Rachmawati itu tengah meresmikan lahan parkir roda empat RSI Surabaya Ahmad Yani. Prof Nuh juga menerima bantuan ambulan untuk rumah sakit di bawah naungan Yarsis itu.

Saat itu, Prof Nuh tampak lebih antusias membicarakan masalah perkembangan RSI Surabaya Ahmad Yani. Dikatakannya, apa yang dilakukan Yarsis terhadap rumah sakitnya itu, karena banyak hal. Yarsis menginginkan RSI Surabaya A Yani menjadi lebih modern.

“Itu bagian dari Khitthah menyambut 100 tahun NU (Nahdlatul Ulama),” ungkapnya.

Selain itu, ke depan kebutuhan masyarakat akan layanan kesehatan sudah semakin bagus. Sehingga RSI  A Yani harus terus berbenah agar bisa lebih meningkatkan layanan dalam banyak hal.

“RSI A Yani juga ingin mendukung Pemkot Surabaya menuju health tourism, agar menjadi jujukan wisata kesehatan. Mendukung, berarti rumah sakitnya harus proper, harus bagus agar masyarakat di luar Surabaya mau berobat di Surabaya,” tandasnya. (end)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry