Rahayu Anggraini dkk - Dari Fakultas Kesehatan (FKes)

Rahayu Anggraini dkk – Dari Fakultas Kesehatan (FKes)

Negara Indonesia yang berada pada iklim tropis menyebabkan munculnya berbagai macam penyakit infeksi tropis. Salah satu penyakit tropis tersebut adalah penyakit toxoplasmosis yang disebabkan oleh parasit protozoa bersel satu Toxoplasma gondii.

Angka kejadian (insidensi) yang diperkirakan WHO terjadi 1,5 kasus toxoplasmosis kongenital per 1000 kelahiran hidup. Secara umum, prevalensi toxoplasmosis di dunia diasumsikan sebesar 25–30% dan bervariasi bergantung dari berbagai faktor di setiap negara.

Negara dengan iklim tropis dan kondisi cuaca yang hangat memiliki prevalensi yang lebih besar. Faktor lain yang berpengaruh adalah variasi antropogenik seperti kebiasaan makan makanan mentah atau setengah matang dan higienitas yang buruk. Prevalensi toksoplasmosis pada manusia di Indonesia dilaporkan sebesar 43–88%.

Prevalensi ini diperkirakan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan perubahan pola hidup yang ada pada masyarakat. Disamping peningkatan prevalensi toxoplasmosis juga ditunjang dengan keadaan sanitasi lingkungan yang kurang dan banyaknya sumber penularan terutama oleh kucing dan famili Felidae.

Di lingkungan penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing, tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, kambing, kelinci dan hewan peliharaan lainnya. Penularan melalui vektor mekanik (lalat, lipas dan tikus) ikut berkontribusi, juga penularan bisa terjadi pada orang yang gemar mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang, sayuran mentah serta buah-buahan yang terkontaminasi Toxoplasma gondii.

Kali ini kami dari Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya melakukan pengabdian masyarakat untuk mengetahui kejadian toxoplasmosis di lingkungan pasar burung di jalan Bratang, Surabaya. Tujuan pengabdian masyarakat adalah diseminasi cara hidup sehat dalam lingkungan sehat dan memperkenalkan cara makan makanan bergizi yang harus dimasak matang.

Pada daging mentah atau setengan matang parasit Toxoplasma gondii masih hidup, karena hidupnya di jaringan tubuh hospes (diantara otot) pada semua hewan berdarah panas dan manusia berupa Oosista atau ookista. Oosista ini berasal dari usus hewan keluar bersama tinja dan mampu bertahan di lingkungan (tanah/debu) sebagai sumber infeksi bagi makhluk hidup lain, termasuk manusia.

Sebagian besar orang yang terinfeksi oleh parasit ini tidak memperlihatkan adanya gejala klinis yang nyata (asimptomatis). Sebagian kecil dari penderita menunjukkan gejala-gejala yang menyerupai “flu”, disertai pembesaran kelenjar limfe atau mengeluh sakit otot dan nyeri yang berlangsung selama berbulan-bulan.

Info Lebih Lengkap Buka Website Resmi Unusa

Sifat yang asimptomatis ini seringkali menjadikan penyakit ini terabaikan, padahal akibat yang ditimbulkan bisa sangat berat bahkan dapat berakibat fatal seperti kerusakan jaringan otak, mata, atau organ-organ lainnya, yang mengakibatkan pembesaran hati, paru, sampai komplikasi neurologik yang serius seperti gangguan kepribadian, gangguan kejiwaan misalnya depresi, ansitas (anxiety) dan juga skizofrenia.

Hasil pengabdian masyarakat dengan melakukan pemeriksaan uji serologi Rapid test IgG/IgM Toxoplasma gondii pada penjual hewan di Pasar Burung Bratang Surabaya sebanyak 30 orang. Pada hasil uji IgG(-)/IgM(-) didapat  sebanyak 13,3% (4/30), yang artinya pedagang tersebut tidak pernah terpapar/ terinfeksi oleh parasit  Toxoplasma gondii. Pada hasil IgG(+)/IgM(-) didapat sebanyak 86,7% (26/30), yang artinya para pedagang hewan tersebut pernah terinfeksi beberapa tahun yang lalu ( > 1 tahun).

Pada hasil IgG(-)/IgM(+)  dan IgG(+)/IgM(+) tidak dijumpai, yang artinya tidak terjadi infeksi parasit Toxoplasma gondii baru-baru ini ketika dilakukan pengabdian masyarakat pada para pedagang hewan. Interpretasi hasil serologi Rapid IgG/IgM Toxoplasma gondii, bila kadar lg M positif, menyatakan bahwa infeksi Toxoplasma gondii masih sedang berlangsung atau infeksi akut karena lg M dibentuk pertama kali pada respon imun primer.

Dan bila kadar Ig G positif, yang menyatakan bahwa penderita tersebut pernah terinfeksi, karena pada saat awal infeksi Toxoplasma gondii masuk ke dalam tubuh antibodi yang akan terbentuk pertama kali adalah Ig M dan kemudian disusul peningkatan kadar lg G setelah 1-2 minggu infeksi dan kadar IgG akan terus meningkat hingga 6-8 minggu, dan akan bertahan hingga 1 -2 tahun bahkan pada beberapa kasus akan bertahan seumur hidupnya.

Hasil pengabdian pada masyarakat  terbanyak adalah IgG(+)/IgM(-) sebanyak 86,7%  hasil ini sesuai dengan penelitian Retmanasari dan kawan-kawan pada tahun 2017 yang meneliti “Prevalence and risk factors for Toxoplasmosis in Middle Java, Indonesia sebesar 43–88%.

Kucing merupakan host definit dari Toxoplama gondii. Di dalam usus kucing terjadi perkembangbiakan Toxoplasma gondii secara seksual dengan menghasilkan ookista. Stadium seksual diawali dengan perkembangan merozoite menjadi makrogamet dan mikrogamet di dalam sel epitel usus. Kedua gamet mengalami proses fertilisasi dan terbentuk zigot yang akan tumbuh menjadi ookista.

Ookista masuk ke dalam lumen usus dan keluar dari tubuh kucing bersama dengan kotoran kucing. Tinja kucing yang terinfeksi oleh Toxoplama gondii mengandung jutaan ookista. Setelah 3–4 hari berada di lingkungan dengan suhu 24°C ookista akan mengalami sporulasi dan pathogen bagi manusia dan hewan berdarah panas lainnya.

Penelitian Sasmita (2006) tentang keberadaan Toxoplasma gondii pada kucing menunjukkan bahwa di dalam tubuh kucing mampu menghasilkan 31.200.000 ookista setelah mengonsumsi jaringan mencit yang mengandung kista Toxoplama gondii. Namun pengabdian masyarakat ini dilakukan pada pedagang penjual burung, kemungkinan siklus hidup Toxoplasma gondii dalam tubuh burung sama seperti pada tubuh kucing, karena hampir seluruh pedagang burung di pasar burung Bratang Surabaya terinfeksi Toxoplasma gondii.

Hasil penelitian Andi Asnifatima pada tahun 2020, juga menunjukkan bahwa keberadaan hewan peliharaan (kucing p=0.007 OR=3.183, anjing p=0.030 OR=5.571 dan burung p=0.001<0.05 OR=5.690), serta faktor hygiene dan sanitasi berupa kebiasaan tidak memakai alas kaki ketika di luar rumah (p=0.008 OR=0.211) secara signifikan berhubungan dengan kejadian penyakit toksoplamosis. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry