HARI SATRI : Satrio Aji (kanan) siswa kelas 8 serius membaca Alquran di halaman SMP Khadijah 2 Darmo Permai Surabaya, Selasa (22/10). DUTA/endang

SURABAYA | duta.co –  Siswa-siswi SMP khadijah 2 Darmo Permai Surabaya turut memperingati Hari Santri Nasional, Selasa (22/10). Peringatan itu bukan dengan upacara bendera melainkan khotmil Quran.

Siswa kelas 7,8 dan 9 mengenakan pakaian khusus ala santri. Bagi siswa mengenakan  baju koko putih, bersarung, dan berkopyah. Sementara siswi mengenakan busana muslim, atasan putih dan rok motif batik serta kerudung.

Uniknya, Khotmil Quran digelar bukan di ruangan khusus. Melainkan menyebar di setiap sudut ruang dan halaman sekolah.

Membaca Alquran di manapun secara berkelompok. DUTA/endang

Inilah nuansa pondok pesantren yang coba diaplikasikan sekolah yang memiliki visi sebagai pesantren kota ini.

Berkelompok, siswa-siswi bersila beralaskan koran dan terpal. Ada sembilan kelompok dari 106 siswa siswi yang ada. Per kelompok ada yang membaca dua juz, tiga juz hingga empat juz.

Mohammad Syarifuddin, guru Pendidikan Agama Islam  (PAI) sekaligus panitia khotmil Quran mengatakan, di Hari Santri Nasional ini, SMP Khadijah 2 Darmo Permai memang ingin membawa suasana pesantren ke sekolah.

“Jadi sebagai pesantren kota, kita ingin ada suasana pesantren ada di sekolah ini. Salah satunya belajar berkelompok, tidak di satu tempat tapi bisa di semua tempat yang ada,” ujar Syarif.

Pembiasaan yang ada di pesantren diterapkan di SMP Khadijah 2 Surabaya. DUTA/endang

Dalam satu jam, khotmil Quran itu sudah harus selesai. Siswa siswi harus menyelesaikan bacaan yang sudah ditentukan.

“Selain itu kami juga gelar Rebo Wekasan yakni Rabu terakhir di bulan Syafar. Di mana saat itu biasanya aka nada balak (bencana) yang terjadi. Kita gelar doa bersama untuk tolak balak itu. Dilanjutkan minum air yang sudah didoakan,” jelas Syarif.

Kepala SMP Khadijah 2 Darmo Permai, Umi Muntafiah menegaskan kembali tentang visi sekolah sebagai pesantren kota. Karenanya, pihaknya menginternalisasi kurikulum pesantren ke dalam kurikulum sekolah.

Tidak hanya suasana belajar, tapi juga pembelajaran yang diterapkan. Salah satunya adalah membiasakan belajar kitab-kitab syalaf.

Selain itu, untuk mencerminkan pesantren kota yang diinginkan pihak sekolah, dengan membiasakan siswa untuk memiliki akhlak seperti para santri di pesantren konvensional.

“Misalnya menjaga performa santri yang sederhana tapi bersahaja dengan memakai kopyah. Menghormati gurunya, mengucapkan salam dan sebagainya. Bahkan kami menerapkan 5S di dalam sekolah yakni salam, senyum, sapa, sopan santun,” jelas Umi Muntafiah.

SMP Khadijah 2 memang berkomitmen mencetak generasi santri milenial. Karena itu, Umi mengaku kecanggihan teknologi yang saat ini berkembang pesat di Indonesia tidak mungkin ditolak, apalagi untuk siswa. Namun kecanggihan teknologi itu diimbangi dengan pengetahuan agama yang lengkap.

“Kita ingin siswa siswi itu memilihara kebiasaan yang baik, mengambil sesuatu yang baru yang baik,” tandasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry