Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban.

TUBAN | duta.co – Angka stunting atau anak kurangnya asupan gizi di Kabupaten Tuban terbilang cukup tinggi. Dari data Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan KB (Dinkes P2KB) Kabupaten Tuban mencatat angka stunting mencapai 25,1 persen, angka tersebut bahkan lebih tinggi dari stunting rata-rata provinsi sebesar 23 persen dan nasional 24, 4 persen.

Kepala Dinkes P2KB, Bambang Priyo Utomo. Kamis (27/1/2022) mengatakan, permasalahan stunting selain menjadi fokus kesehatan nasional, juga menjadi fokus program Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky. Untuk menangani stunting, Dinkes P2KB  tidak bisa melakukan sendirian, tetapi membutuhkan dukungan lintas sektoral.

“Kita akan gandeng Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait mulai Dinas Pendidikan, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Perikanan, dan lainnya,” ujar Bambang.

Lebih lanjut, mantan Kepala Puskesmas Tambakboyo ini juga mengatakan, tingginya angka stunting juga menjadi salah satu indikator naiknya kemiskinan di Tuban. Untuk memutus mata rantai stunting akan dilakukan dengan cara memperhatikan gizi ibu hamil, hingga pada 1.000 Hari Pertama Kelahiran (HPK).

“Tuban punya 72 ahli gizi yang tersebar di semua rumah sakit dan 33 puskesmas. Mereka bertugas untuk memberikan edukasi kepada ibu, calon ibu, sampai remaja,” jelasnya.

Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Menik Musyahadah menuturkan, penurunan angka stunting menjadi perhatian khusus serta program prioritas Bupati Halindra diharapkan lebih maksimal dalam mengintervensi pencegahan stunting.

“Persagi Tuban telah bekerjasama dengan Bunda PAUD agar penanganan bisa dilakukan hingga di akar rumput. Ada enam intervensi yang dilakukan oleh Persagi Tuban mulai promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak (PMBA), promosi dan konseling menyusui atau ASI eksklusif,” terangnya.

Menik juga menambahkan pemantauan pertumbuhan dan perkebangan anak. Pemberian suplemen tablet tambah darah bagi ibu hamil dan remaja serta pemberian vitamin A, penanganan masalah gizi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT),

“Terakhir tatalaksana gizi buruk dengan intervensi spesifik diikuti dengan strategi peningkatan kapasitas SDM, peningkatan kualitas program, penguatan edukasi gizi dan penguatan manajemen intervensi gizi di puskesmas dan posyandu,” ucapnya.

Untuk obesitas, Menik menjelaskan jika angka obesitas di Kabupaten Tuban meningkat di masa pandemi.

“Untuk balita 3,8 persen dan untuk usia 18 tahun keatas ada di angka 21,8 persen,” ungkap Menik.

Faktanya, kemudahan teknologi serta adanya sekolah daring dan sistem Work From Home (WFH) membuat masyarakat kurang bergerak, akibatnya mereka terkena obesitas.

“Ingin makan tinggal pesan online, dan jajan apapun terutama koren food yang saat ini digandrungi, dan makanan kaya natrium lainnya, itu memicu obesitas dan penyakit degenerative,” pungkas Menik. (sad)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry