MERATA : Plt Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Hudiyono (kanan) berbincang dengan Sofa salah seorang pekerja serabutan di Surabaya yang anaknya Nurul Jannah diterima sekolah di SMA 5 Surabaya. DUTA/istimewa

SURABAYA | duta.co – Sistem zonasi memang banyak dikeluhkan orang tua siswa. Terutama untuk sekolah menengah atas (SMA) dan sekolah menengah kejuruan (SMK).

Namun, tidak sedikit yang merasa diuntungkan dengan sistem ini, terutama mereka yang dari kalangan keluarga miskin.

Salah satu keluarga yang senang dengan sistem zonasi ini adalah Sofa. Warga Ploso Tambaksari ini senang bukan kepalang anaknya Nurul Jannah bisa diterima menjadi siswa di SMAN 5 Surabaya. Sesuatu yang dulunya tidak mungkin kini hal itu terjadi.

Apalagi Sofa adalah pria yang bekerja apa adanya alias serabutan. “Saya tidak punya apa-apa. Beruntung anak saya bisa diterima di SMAN 5 Surabaya,” ujar Sofa saat mendaftar ulang di sekolah di kawasan Kusuma Bangsa itu, Senin (17/6).

Memang sesuatu yang mustahil. Ketika sistem zonasi belum diterapkan, SMAN di kawasan Kusuma Bangsa (dikenal dengan SMA Komplek) hanya bisa dimasuki mereka yang pintar dan kaya. Namun sekarang, nampaknya hal itu tidak akan terjadi.

“Sistem zonasi memang mengutamakan mereka yang tinggalnya dekat dengan sekolah, 50 persen porsinya. Baru 20 persen mereka yang pandai dan 30 persen dari jalur lainnya,” ujar Plt Kepala Dinas Pendidikan Jatim, Hudiyono saat meninjau pelaksaan PPDB di SMAN 5 Surabaya.

Dikatakan Hudiyono, dengan sistem zonasi ini memang memberikan kesempatan bagi mereka yang tidak mampu untuk bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Pemerintah Provinsi Jawa Timur memang berkomitmen untuk memberikan akses itu seluas-luasnya.

“Bahkan, masa pendaftarannya kita tambah satu hari (Senin 17 Juni) untuk memberikan kesempatan bagi mereka yang belum mendaftar,” tandas mantan Kabid SMK di Dindik Jatim ini. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry