Dua siswa Smamda Surabaya mempraktikkan alat help doctor untuk mendeteksi pembuluh darah seseorang. DUTA/wiwik

Bantu Kerja Sang Ayah Menemukan Pembuluh Darah Pasien

SURABAYA | duta.co – Bagi dokter anastesi, menemukan pembuluh darah pasien gampang-gampang susah. Ada karakteristik orang-orang tertentu yang sulit ditemukan pembuluh darahnya.

Hal itu dialami dr Mohammad Lukman Sungkar, SpAn, seorang ahli anastesi tang bertugas di RS Semen Gresik. Kesulitan itu sering dikeluhkan dr Lukman kepada kedua anaknya, Muhammad Syahnabil Hammam Sungkar (siswa Kelas XII MIPA 1) dan Abyan Ermansyah Sungkar (siswa Kelas X MIPA 4).

Mendengar keluhan sang ayah, membuat kedua anak itu siswa SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya itu resah. Keduanya berpikir bagaimana membuat alat deteksi pembuluh darah.

“Ada alatnya tapi harganya bisa mencapai Rp90 juta. Banyak rumah sakit yang tidak mampu membelinya,” ujar Abyan.

Kakak beradik ini mencoba mencari referensi dan berkonsultasi dengan mentornya bidang robotika bagaimana menciptakan alat itu. Dari hasil diskusi akhirnya ditemukan solusi. “Sejak November 2020 memulai mencari referensi, Alhamdulillah ada solusi,” ungkapnya.

Keduanya mencari alat yang dibutuhkan, terutama yang harganya terjangkau. “Kebutuhan utama alat infra merah untuk mendeteksi pembuluh darah seseorang yang dilengkapi dengan kamera khusus sehingga bisa dihubungkan langsung ke komputer. “Infra merahnya kami beli bekas dari CCTV. Harganya murah,” tambah Abyan.

Dari sana, semua dirangkai dengan baik sehingga jadilah alat yang diberinama Help Doctor. Alat ini masih dibuat untuk mendeteksi pembuluh darah yang ada di tangan. Ke depan akan dibuat untuk mendeteksi pembuluh darah di bagian tubuh yang lain, salah satunya di pinggang bagian belakang. Karena biasanya bagi wanita yang akan melahirkan secara sesar, akan membutuhkan pembuluh darah di pinggang belakang untuk proses pembiusan.

“Ke depan akan dikembangkan karena pada dasarnya alatnya sama hanya butuh penyangganya yang lebih besar,” ungkap Abyan.

Walau sampai saat ini, alat buatan ini masih belum diujicobakan pada pasien di RS di mana ayahnya bertugas, namun sudah memiliki akurasi yang sangat signifikan untuk mendeteksi pembuluh darah seseorang.

“Masih takut ke rumah sakit karena banyak pasien Covid-19. Ayah sendiri tidak belum bisa mengoperasionalkannya dengan baik. Nanti kalau Covid-19 sudah mereda baru akan diujicobakan,” jelas Abyan.

Hasil inovasi Abyan dan Nabil ini ternyata mendapatkan apresiasai di ajang Indonesian Science Project Olympiad (ISPO) 2021 yang Edukasi Universal Indonesia (Eduversal) sebagai juara pertama. Keduanya nantinya akan mewakili Indonesia dalam ajang  Informatix tingkat internasional di Rumania.

“Alhamdulillah. Menuju ke Rumania masih harus banyak memperbaiki alat ini terutama untuk infra merahnya. Karena dengan ukuran yang kami pakai sekarang kurang begitu jelas membaca pembuluh darah, butuh ukuran infra merah yang berada di bawahnya,” tutur Abyan.

Beruntung keduanya memiliki kedua orang tua yang mendukung penuh bakatnya. Sehingga sang bunda Era Wardhani Krisnayanti  terus memotivasi anak-anaknya untuk menampilkan inovasi yang terbaik. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry