Dr Hernani Sirikit MA (tengah)

SURABAYA | duta.co – Innalillahi wa innailaihi rajiun! Keluarga besar Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur, berkabung. Salah satu Dewan Pakar PKS Jatim, Dr Hernani Sirikit MA atau yang lebih kita kenal Sirikit Syah, berpulang, kembali ke Ilahi Robbi. Ia meninggal dunia Selasa 26 April 2022 di RS Haji, Sukolilo, Surabaya.

“Kami berkabung. Ungkapan dan dorongan agar kader PKS terus berjuang membela rakyat kecil, masih terngiang di telinga. Beliau orang baik, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik untuknya. Allahummaghfirlaha warhamha waafiha wafuanha, al faatihah,” demikian Imam Budi Utomo, kader PKS Jatim kepada duta.co, Selasa (26/4/22).

Ya! Ahli di bidang media dan komunikasi ini, memang sempat PKS lantik sebagai salah satu Dewan Pakar PKS sebagai dewan pakar PKS Jawa Timur, Sabtu (13/11/2021) di Dyandra Convention Hall Surabaya.

Bahkan saking bangganya, dalam akun facebooknya, Sirikit mengunggah foto saat ia dan 23 tokoh lainnya dikukuhkan menjadi Dewan Pakar PKS Jatim. Dalam unggahannya, ia juga bersyukur dan berharap bisa memenuhi amanah PKS Jatim.

“Alhamdulillah disediakan ladang amal oleh Allah melalui PKS. Permohonan mereka pada saya untuk menjadi anggota dewan pakar, saya terima dengan doa agar saya bisa amanah dan memenuhi harapan mereka,” tulisnya.

Mantan Pimpinan Redaksi Harian Surabaya Post ini bahkan mengapresiasi penyelenggaraan pengukuhan Dewan Pakar PKS Jatim. “Saya sangat terkesan dgn penyelenggaraan acara pelantikan di Dyandra tadi pagi. Prokes ketat termasuk swab antigen, dapat buku2 dan jas, ruangan luas undangan terbatas, jarak aman, acara tepat waktu, efisien. Hiburan musik dengan seniman dari kalangan kader sendiri. Amazing,” jelas Sirikit.

Sirikit bahkan sudah membayangkan kepakaran apa yang bisa disumbangkan untuk PKS Jawa Timur. “Lalu, kepakaran apa yang bisa saya sumbangkan? Insya Allah saya bisa membekali atau memperkaya kader-kader dengan pengetahuan Komunikasi Publik-Komunikasi Politik (termasuk di dalamnya Retorika, Public Speaking and Writing), Riset Media, dll yang sesuai ilmu dan pengalaman yg kumiliki. Semoga diridloi Allah, barokah, dan tercapai tujuan PKS untuk kemenangan 2024,” tulis Sirikit.

Gemetar Mbrebes Mili

Menjelasan media sosial Sirikit kita juga bisa membaca, bagaimana ketabahannya. Ia pernah menulis artikel berjudul ‘Ketika Tetanggaku Meninggal Dunia’. Ini menunjukkan betapa putih-bersih hatinya. “Dia memiliki hati yang putih-bersih, dia seakan sudah siap menghadapi Ilahi Robbi,” jelas Imam.

Sirikit pernah menulis: “Lagi, seorang tetanggaku meninggal dunia. Beliau (saya tak menyebut nama) jauh lebih muda dari saya, beberapa kali menengok saya saat saya terkapar kena kemo atau pasca operasi. Beliau sangat ramah dan penuh perhatian, peduli. Kalau papasan di jalan, beliau selalu menyalami dan bertanya: “Bu Anam sehat ya?” Sebulan yang lalu beliau masih tampak sehat saat ada olahraga RT di depan rumah saya. Kata ibu-ibu, beliau memang sempat opname, operasi usus buntu, masuk ICU, lalu meninggal, dalam kurun waktu pendek,” tulisnya.

“Saya gemetaran dan mbrebes mili. Selain ingat beliau orang yang baik, juga karena sekali lagi aku diloncati. Sejak aku divonis kanker, kemoterapi, operasi pengangkatan, kemoterapi lagi, dan radiasi, sudah ada sekitar 5 atau 7 orang meninggal di tetanggaku satu RT atau RW. Minggu kemarin saja seminggu 2. Aku miris, setelah melayat aku buru-buru pulang dan merenung. Antara lain, itulah yang membuatku membaca posting Pak Khoiri tentang mengisi sisa hidup berkali-kali, tanpa bisa berkomentar. I am speechless,” jelasnya.

Beri Aku Waktu

“Tetanggaku yang meninggal ada yang stroke, kanker, usus buntu, dll. Ketika aku baru siklus kemo pertama, ada tetanggaku yang kena kanker juga. Mula-mula paru-paru. Beliau kemudian memakai rompi warsito. Lalu kanker menyebar ke leher, beliau juga beli rompi leher, lalu ke kepala, beliau beli rompi helm utk kepala. Terakhir ke prostat, dia beli kancut warsito. Sambil tertatih-tatih dengan bimbingan suami saya, saya membezoek beliaunya (karena saya sendiri dalam perawatan),” urainya.

“Maksud saya sebagai sesama penderita kanker harus saling menguatkan. Kata istrinya, beliau sudah tidak mau pakai segala macam rompi biaya mahal itu, karena efeknya panas dan berbau tak sedap. Belum susahnya buka pasang. Dia sudah lemah. Mengapa tidak pengobatan medis? Nah, ini masalah pilihan,” tegasnya.

“Tak lama kemudian, beliau meninggal. Aku kena pukulan pertama. Aku nangis-nangis tiap sholat dan sujud berlama-lama, permohonanku “Izinkan aku melihat cucuku, ya Allah …. , beri aku waktu …”. Lalu setiap mandi, kuelus seluruh tubuhku sambil mohon “Sel jahat, pergilah; sel sehat bertahanlah ..” tambahnya.

“Ya Allah terimakasih atas karuniamu berupa bonus perpanjangan usia, sehingga aku bisa melihat wajah cucuku, memperbaiki hidupku, meningkatkan skala dan kualitas ibadahku, lebih berorientasi ke akhirat daripada duniawi, mengajar lebih baik, menulis lebih baik, menjadi manusia yang lebih baik. Aamiiin,” tutupnya pada Surabaya, 18 April 2014.

Kini, Sirikit Syah benar-benar kembali ke Allah SWT untuk selamanya. Selamat Jalan Bu Sirikit, Allah SWT pasti akan memberikan tempat terbaik untuk almarhumah. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry