Prof Din Syamsuddin. Keterangan FT/suaraislam.id

SURABAYA | duta.co – Berita bertajuk ‘Sudah Siapkan Koper, Akankah Din Syamsuddin Ditangkap?’ di web resmi Muhammadiyah https://pwmu.co sampai Sabtu (17/10/2020) sudah dibaca puluhan ribu warganet.

Berita yang diunggah pada Jumat (16/10/2020) pukul 13.21 wib itu, diawali dengan pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD di website CNNIndonesia.

Menurut Menkopolhukam Mahfud MD—seperti dikutip CNN Indonesia — penangkapan terhadap apa yang disebut sebagai pihak yang menunggangi aksi penolakan UU Cipta Kerja yang berujung ricuh, itu akan terus dilakukan.

Dia (Mahfud MD) menegaskan, aparat sudah memiliki informasi intelijen. “Kita sudah punya siapa bertemu siapa, ngomong apa, di mana, itu ada. Dan sekarang mulai ditangkap-tangkap, dan masih akan berlanjut,” kata Mahfud MD.

Media Muhammadiyah ini kemudian menganalisa dengan satu pertanyaan: Apakah penangkapan akan berlanjut terhadap Presidium KAMI, termasuk Prof Din Syamsuddin? Editor https://pwmu.co, Mohammad Nurfatoni menyuguhkan kisah tentang siapa Din Syamsuddin.

Menurutnya, Prof Din memang punya akun media sosial, tetapi, akun itu pernah diretas orang tak bertanggung jawab. Kemudian bikin lagi @M-dinsyamsuddin. “Tapi Din Syamsuddin tidak menggunakan media sosial sebagai alat untuk menyampakan pemikiran kritisnya pada penguasa. Dia lebih memilih media massa sebagai cara menyebarluaskan gagasan-gagasannya,” demikian catatan Nurfatoni.

Karena itu, lanjutnya, cara Prof Din ini cukup cerdas dan, tentu, aman. Mengapa? Karena sebelum dimuat media massa—online atau cetak—pasti ada proses editing. Jadi relatif bisa menghindari risiko terjerat UU ITE yang kini sering dipakai penguasa untuk membungkam suara-suara kritis. Inilah alasannya mengapa bahwa Din Syamsuddin tidak akan ditangkap.

“Jadi, Din Syamsuddin akan aman. Kecuali aparat nekat menciduk lawan-lawan politik rezim penguasa. Entah dengan mencari pasal apa? Kalau ini yang terjadi—dan ini yang kita khawatirkan—para pendukungnya juga akan nekat,” demikian analisanya berikutnya.

PWMU.CO, Kamis (15/10/2020) melakukan konfirmasi kepada prof Din perihal kondisi tersebut. Pertanyaan ini dijawab singkat: “Insya Allah (aman),” kata Prof Din kepada https://pwmu.co.

Meski demikian, Din tak gentar jika harus ditangkap. “Alhamdulillah saya sudah selesai dengan dunia. Karena perjuangan ini diniatkan lillah. Maka saya bertawakkal ‘alallah. Saya sudah siapkan koper berisi pakaian, al-Quran dan beberapa buku, jika suatu waktu saya ditangkap bahkan ditahan,” tambahnya Jumat (16/10/2020).

Pendusta Menuju Kejatuhan

Sebelumnya, ia sudah memberi ‘kode keras’. Melihat kondisi kehidupan kebangsaan akhir-akhir ini, Prof Din, pemilik nama Dr KH Muhammad Sirajuddin Syamsuddin, MA, sudah memberikan kesimpulan, bahwa, ‘Tangan Langit Sudah Menerpa di Bumi’ Indonesia.

“Saya menggunakan istilah itu saja. Dan ini sedang berlangsung terus, secara teleologis (pertimbangan moral) ke arah kejatuhan. Ini sudah tidak soft lagi bicara seperti ini. Karena Alquran sudah mengatakan (silakan periksa bagi yang muslim), surat al Ar’af ayat 182,” jelas Prof Din dalam video berdurasi 08 menit 56 detik yang terlihat duta.co, Selasa (4/8/2020).

Wallażīna każżabụ bi`āyātinā, Dan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Ayat-ayat kebenaran, ayat-ayat keadilan. Mereka yang mendustai itu, mengkristalkan diri menjadi penguasa, menciptakan negara menjadi negara kekuasaan. Apa balasannya? Sanastadrijuhum min ḥaiṡu lā ya’lamụn, nanti Kami (Allah swt) akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan), dengan cara yang tidak mereka ketahui. Ini yang tengah terjadi sekarang,” tegas Din.

Masih menurut Din, yang mereka lakukan sekarang, hanyalah ber-istidraj (penguluran waktu semata). Pada saatnya akan jatuh juga. “Maka, setiap yang dikatakan, direncanakan, yang dilakukan itu blundering, terjadi blundering, ini yang tengah terjadi. Belum selesai satu, muncul lagi satu. Paling akhir tadi, Solo. Jangan dikira ini bukan blundering,” tambahnya.

Mengapa? Karena bagi pendusta nilai-nilai Allah, nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai kejujuran, nilai-nilai keadilan, mereka ber-istidraj, mentang-mentang berkuasa, mentang-mentang punya kekuasaan, bisa berbuat apa saja. Ini pelan-pelan menuju kejatuhan.

Apa artinya ini? “Secara teleologis ini mengarah kepada kejatuhan. Apalagi kalau ada sebuah sikap yang anti ketidakjujuran, anti ketidakadilan. Itulah mereka yang menurut ayat Alquran sebelumnya, (surat al Ar’af ayat 181) Wa mim man khalaqnā ummatuy yahdụna bil-ḥaqqi wa bihī ya’dilụn (Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan),” kutipnya.

“Kelompok masyarakat atau ummah, yang memberikan pencerahan, yang menunjukkan jalan bagi bangsanya dengan haq, dan betul-betul mereka berlaku adil, bukan karena pencitraan, motif lain, dan semata-mata untuk menegakkan kebenaran dan keadilan. Semakin jelas. Ini ayat Allah swt sebelumnya,” tegas Prof Din.

Ini ayat, amat menarik. Lalu apa yang kita kerjakan? Opsinya, jelas Din, ada yang pilih dibiarkan saja, toh yakin (hasil dari istidraj) jatuh sendiri. Ada yang memilih berbuat sekedarnya. Tetapi, itu lama. “Katanya sekarang sudah tidak sabar. Kesabaran itu relative, maka, menurut saya, sikap (saran) Mas Rocky Gerung, bagus. Kita harus melakukan langkah-langkah amar makruf nahi munkar. Ini bukan power politics. Kita dorong DPR RI untuk berbuat dengan keterbatasannya, juga masyarakat luas yang begitu banyak, kita perbaiki bersama-sama. Bersatu lintas agama, lintas suku, lintas profesi, ini yang tengah kita lakukan,” urainya.

Prof Din lalu warning DPR RI. “Moho maaf, tolong sampaikan kepada kawan di DPR, jangan bermain-main dengan aspirasi ini. Kita sudah berkumpul, tokoh agama, majelis agama, semua elemen-elemen Islam, non-Islam, semua, kita harus bergerak,” ujarnya lagi.

Misalnya, kita harus cabut RUU HIP dari Prolegnas, sampai terakhir kemarin, belum. “Jangan bermain-main dengan mengganti nama lain, ini akan mempercepat istidraj tadi. Saya pesankan betul, jangan main-main. Bukan hanya Babe Haikal yang berani turun, saya pun yang (usia) 62 tahun, akan turun,” jelasnya.

Catatan duta.co apa yang disampaikan Prof Din (saat) itu, belum termasuk isu besar terbaru yang melanda negeri ini, yakini UU Omnibus Law. Padahal, UU Cipta Kerja yang dikenal dengan sebutan UU Sapujagat itu, kini menjadi perekat seluruh elemen masyarakat untuk turun ke jalan. “Semoga pemerintah mendengar aspirasi rakyatnya,” demikian komentar warganet. (mky,net,pwmu.co)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry