Dari Kanan: Amin Said Husni, Gus Fahrur dan Nusron Wahid. (foto/timesindonesia.co.id)

SURABAYA | duta.co – Sejumlah nama disebu-sebut layak menempati posisi stretegis, Sekretaris Jenderal (Sekjen) PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) periode 2021-2026. Sedikitnya ada tiga nama yang terendus nahdiyin. Ada Nusron Wahid (Wakil Rais Syuriah PWNU DKI Jakarta), KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) dan Amin Said Husni (Mas Amin) mantan Bupati Bondowoso, Jawa Timur dua periode.

Pengamat politik dari Universitas Paramadina, Akhmad Khoirul Umam cenderung melihat politikus Nusron Wahid yang cocok menjadi Sekjen (Sekretaris Jenderal) PBNU mendampingi KH Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya periode 2021-2026.

Umam, begitu dirinya disapa, menyebut Nusron Wahid bisa menjadi pendukung yang memadai untuk mengelola fungsi keorganisasian PBNU secara efektif. “Dia juga memiliki kemampuan komunikasi politik publik yang lebih luwes, mudah cair dengan berbagai elemen bangsa,” katanya kepada pikiran-rakyat.com, Jumat, 24 Desember 2021.

Selain itu, Umam menilai, Nusron Wahid  memiliki energi besar untuk turun basis dan mengonsolidasikan struktur jamiyyah Nahdlatul Ulama se-Indonesia dan juga PCI-NU di 39 negara di dunia.

Hanya saja, Umam berpendapat, ketika Nusron Wahid mau bergabung di kepengurusan PBNU, ia harus mengundurkan diri dari struktur Golkar. “Selanjutnya bisa fokus berkhidmat untuk PBNU,” ujarnya.

Selain Nusron, ada nama KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) yang layak ‘memegang’ stempel PBNU. Ketua Ikatan Gus Gus Indonesia (IGGI) ini, telah berjibaku untuk menggolkan Gus Yahya sebagai Ketum PBNU. Jaringan Gus Fahrur di pesantren dan PCNU se-Indonesia, termasuk seluruh PCI, membuat posisinya jauh lebih penting bagi PBNU mendatang.

Kolaborasi HMI-PMII

Tak kalah santer adalah Drs Amin Said Husni (Mas Amin), mantan Bupati Bondowoso, Jawa Timur dua periode. Selain pernah menjadi Anggota Komisi X DPR-RI periode 2004-2009, kini Amin Said Husni lebih kita kenal sebagai Ketua IKA PMII Jawa Timur.

Nama Mas Amin, panggilan akrabnya, menurut Mabroer MS, aktivis NU yang juga Ketua Komisi Infokom MUI Pusat, sebagai sosok yang paling pas mendampingi Gus Yahya. “Penampilannya yang low profile, kecakapannya menguasai kesekjenan luar biasa. Ia pernah menjadi Sekjen PP GP Ansor 1995-2000. Jadi dia lebih mumpuni mendampingi sekaligus melengkapi Gus Yahya,” tegas Mabroer kepada duta.co.

Tak kalah penting, lanjutnya, mantan Ketua PB PMII Jakarta 1991-1994 ini bisa menjadi simbol sinergitas PMII dan HMI. “Gus Yahya yang berlatar HMI, dan Mas Amin PMII akan menjadi kolaborasi handal bagi NU ke depan,” tegasnya.

Jaringan pesantrennya? Tidak perlu kita ragukan. Selain alumni Pesantren Tebuireng, Jombang, Amin sebelumnya juga nyantri di Pesantren Nurul Jadid, Paiton, Probolinggo. Selama kuliah di Fakultas Syari’ah Institut Keislaman Hasyim Asy’ari, Jombang dia aktif di PMII dan menjadi ketua cabang tahun 1990-1991. Lalu, karirnya sebagai insan pergerakan melambung ke Ibu Kota sebagai Ketua 1 Pengurus Besar (PB) PMII, era Iqbal Asegaf sebagai ketua umumnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry