Tampak musyawarah yang menghasilkan kesepakatan dan dituangkan dalam SURAT PERJANJIAN untuk tidak akan membuat kegiatan Wahabi-HTI. (FT/DUTA.CO/IST)

NGANJUK | duta.co – Umat Islam di Kabupaten Nganjuk tak ingin kebobolan virus radikal. Pengajian rutin Ahad Pagi dengan tajuk ‘Indahnya Berdakwah’ yang mendatangkan DR Muhammad Arifin Badri, MA (Rektor Sekolah Tinggi Dirosat Islamiyah Imam Safi’i Jember), Ahad (7/5/2017) di Islamic Center Gontor Jl KH Agus Salim Kabupaten Nganjuk, tak luput dari perhatian GP Ansor dan Banser serta seluruh Banom NU.

Apalagi, Ust Muhammad Arifin Badri sendiri, selama ini diidentifikasi sebagai ulama salafi wahabi. Pengajian yang dihadiri sekitar 250 jamaah itu berjalan dalam pantuan umat Islam lainnya. “Ya kami tidak ingin Nganjuk kemasukan virus radikal. Sekarang ini sedang bergerak massif kekuatan yang ingin merongrong NKRI lewat pengajian. Mereka juga mengusung khilafah dan membid’ah-bid’ahkan amalan nahdliyah,” demikian disampaikan sumber duta.co usai pengajian Ust Muhammad Arifin Badri, yang berlangsung dari pukul 06.15 wib samai 07.30 pagi.

Seperti biasa, dakwah Muhammad Arifin Badri berlangsung meledak-ledak. Menurut Ust Badri, orang yang beriman itu dalam kehidupan sehari harinya akan mendapatkan cibiran, hasutan dan hinaan, namun hal itu anggaplah sebagai ujian.

“Resiko orang yang berdakwah atau mengajak orang-orang ke jalan Allah pasti akan mendapat tuduhan keji dari orang kafir dan liberalis seperti dituduh sebagai teroris radikal, wahabi dan fundamentalis, salah satu tujuannya adalah agar orang Islam ribut sendiri dan terpecah belah,” katanya.

Dia menolak kalau dikatakan Islam tidak boleh meniru Arab. “Umat Islam harus ke Arab-Araban karena Alquran dan hadits berbahasa dan tulisan arab, Nabi Muhammad juga berasal dari Arab, masak diganti dari China. Kalau kita cinta negeri kita, maka tegakkan amar makruf nahi mungkar, kenapa umat Islam dibelenggu atau dituduh makar?” jelasnya.

Pengajian berjalan sampai tuntas. Seluruh jamaah juga pulang secara tertib dan aman. Di saat yang sama, di tempat yang bersebelahan dengan Kantor PCNU Nganjuk itu berkumpul elemen mahasiswa, dan warga NU. Begitu acara selesai, seluruh elemen masyarakat Nganjuk mendatangi  pengurus Islamic Center, minta agar tidak menghadirkan penceramah wahabi dan HTI serta kelompok radikal, pengusung khilafah yang bisa membuat kisruh masyarakat luas.

SURAT PERJANJIAN yang memuat empat point penting demi kondusifitas Kabupaten Nganjuk. (FT/IST)

Aspirasi GP Ansor dan Banser serta Banom NU ini, diterima dengan baik oleh staf Islamic Center Gontor Nganjuk. Saat itu pula dibuat surat perjanjian yang memuat empat point penting. “Kami pemuda pemudi Isamic Center dan pemuda pemudi Ansor Banser dan seluruh Banom NU berjanji: Pertama, Selalu setia kepada Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945. Kedua, Selalu menjaga Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia. Ketiga, Tidak akan membuat kegiatan yang bersifat provokatif, bernuansa radikalisme, dan meresahkan masyarakat (termasuk Wahabi dan HTI). Keempat, Bersinergi memberantas faham-faham khilafah di bumi Indonesia.

“Jadi, tidak ada pembubaran. Yang ada perjanjian serta kesepakatan bersama demi kondusifitas Kabupaten Ngajuk serta tegaknya NKRI. Kesepakatan itu dihadiri perwakilan Ormas Islam dari NU yang diwakili Gus Halim Al Farobi (Ponpes Mojosari), Gus Mujib Hakim (Ponpes Misbahul Islam Sekarputih Bagor), Gus Sokib (Banser), Gus Rifai (Banser) dan Ali Mustofa (LKSI) dengan Staf Islamic Center Gontor yang diwakili  Ustad  Mukhlas Firmansyah, S.Fil.l didampingi Ustads  Sukpandiar, SH (Kuasa hukum). Ada pun hasil kesepakatan kedua belah pihak dituangkan dalam surat perjanjian tertanggal 7 Mei 2017 dan bermaterai Rp 6.000,-,” jelas sumber duta.co. (win)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry