Keterangan Foto (dari atas ke kiri) KH Miftahul Akhyar (FT/ngopibareng.id), Maulana Habib Luthfi bin Yahya (FT/nu.or.id) Prof Dr KH R Said Aqil Siradj (FT/IST) dan KH Yahya Cholil Staquf (FT/cnnindonesia.com).

SURABAYA | duta.co – Muktamar ke-34 Nahdlatul Ulama (NU), tinggal menghitung hari. Forum tertinggi jam’iyah NU itu akan berlangsung di Bandar Lampung, Kamis 23 s/d 25 Desember 2021.

“Belum terdengar agenda serius, selain ‘pertempuran’ calon Rais Aam dan Ketua Umum PBNU. Harapan kami, tentu, tidak membuat masalah keumatan kedodoran,” demikian H Tjetjep Muhammad Yasin, SH, MH, Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah (PPKN) kepada duta.co, Ahad (17/10/21).

Menurut Gus Yasin, panggilan akrabnya, NU harus benar-benar menjadi pilar NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Harus peka dengan masalah kebangsaan.

“Misal, soal pernyataan Gubernur Lemhannas Agus Widjojo, bahwa rakyat milik presiden. Sementara TNI selalu berusaha manunggal dengan rakyat. NU harus bicara,” jelas alumni PP Tebuireng, Jombang ini.

Selain itu, masih kata Gus Yasin, NU perlu memantapkan aqidah ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah. Belakangan, jelasnya, wajah liberal lebih dominan. “Harapan kami, Muktamar ke-34 NU nanti, terpilih pengurus NU yang benar-benar peduli terhadap aqidah ahlussunnah wal jamaah an-nahdliyah. Bukan wajah-wajah liberal yang membingungkan umat,” tegasnya.

Harapan yang sama juga muncul dari KH Fahmi Amrullah Hadizk (Gus Fahmi), Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng yang, notabene cucu Pendiri NU almaghfurlah KH Hasyim Asy’ari. Menurut Gus Fahmi, menjadi pengurus NU itu, memang, tidak gampang. Banyak godaan. Apalagi belakangan, ‘serangan’ politik kian tajam.

Gus Fahmi menyarankan berpegang kuat kepada dawuh almaghfurlah Gus Solah (KH Salahuddin Wahid red.). Simpel. “Cukup pegang dawuh Gus Solah untuk memperbaiki NU. Intinya, harus kembali kepada hati nurani. Tinggalkan dan tanggalkan kepentingan pribadi. Berilah NU manfaat, bukan memanfaatkan NU. Pesan Gus Solah ini harus kita pegang dan jalankan,” demikian Gus Fahmi dengan nada kalem sebagaimana warta kabarnahdliyin.com.

Pertempuran ‘Paket Khusus’

Lazim, agenda paling seru menghadapi muktamar adalah figur kandidat Calon Rais Aam dan Calon Ketum PBNU. Bahkan kali ini, ‘jago-jago’ yang akan meramaikan muktamar semakin transparan, jika tidak disebut jauh dari kebiasaan muktamar NU.

“Bagi saya, ini pertama kali membaca surat keputusan PWNU menjagokan paket khusus Rais Aam dan Ketum PBNU. Sudah begitu, kontroversial lagi. Model suratnya tidak lazim, ada yang ngaku tertekan,” jelas Gus Yasin.

Tak kalah menarik, soal pertempuran ‘paket khusus’. Ahad (17/10) beredar tulisan atas nama Cicit Sunan Kudus. Tidak menyebut nama, tetapi menyebut alumni Ponpes Denanyar, Jombang. Judulnya serem: PWNU Jawa Timur dan Mentalitas Sungkanisme. Tulisan itu ‘menerobos’ medsos nahdliyin, termasuk duta.co.

Menurutnya, di Muktamar ke-34 NU di Bandar Lampung nanti, ada persaingan ketat antara paket PWNU Jatim yang menduetkan KH Miftahul Akhyar Calon Rais Aam PBNU (Jawa Timur) dan KH Yahya Cholil Staquf Calom Ketum Tanfidziyah PBNU (Jawa Tengah) melawan ‘paket’ Maulana Habib Luthfi bin Yahya Calon Rais Aam PBNU (Jawa Tengah) dan Prof Dr KH R Said Aqil Siradj Calon Ketua Umum PBNU (Jawa Barat).

“Rasanya, kalaulah kedua pasangan ini disandingkan untuk berkontestasi pada Muktamar NU ke 34 di Bandar Lampung, pasangan NU dari Jawa Tengah-Jawa Barat (Maulana Habib Luthfi bin Yahya dan Prof Dr KH R Said Aqil Siradj) akan menang dari pasangan Jawa Timur-Jawa Tengah (KH Miftahul Akhyar Calon Rais Aam PBNU dan KH Yahya Cholil Staquf Calom Ketum PBNU red.),” tulisnya.

Penulis yang, mengaku dekat dengan mantan Ketua DPRD Jawa Timur 2004-2009 Almarhum H Fathorrosjid itu, juga ‘mengurai’ siapa yang bermain di (PWNU) Jawa Timur. “Saling klaim dan saling revisi dukungan di Jawa Timur sudah menjadi tradisi…,” tulisnya sambil menyebut sejumlah nama yang memainkan peran penting dukungan PWNU Jawa Timur itu. Waallahu’alam. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry