BANYUWANGI | duta.co – Tuna netra tidak mampu menyurutkan aktivitas prajurit TNI yang bertugas di Kantor Administrasi Veteran dan Cadangan (Kanminvetcad) V/23 Banyuwangi ini. Adalah Serka Slamet Hariyono yang mengalami kebutaan akibat kecelakaan saat bertugas inu terus beraktivitas, mengasah keahliannya sebagai terapis otot.

Tahun 2015 menjadi tahun kelabu bagi Slamet Hariyono. Prajurit TNI ini mengalami insiden, sesaat setelah keluar dari kediamannya di Perumahan Puri Brawijaya, Kelurahan Kebalenan. Slamet mengalami kecelakaan lalu lintas yamg memaksanya harus menjalani operasi vital di bagian tempurung kepalanya

Operasi itu berhasil menyelamatkan nyawa Slamet. Namun, dia harus rela kehilangan penglihatannya akibat efek kerusakan saraf mata dari kecelakaan tersebut. Musibah itu menjadi pukulan yang cukup berat bagi kehidupan Slamet.

Cobaan semakin bertambah manakala istri tercinta yang seharusnya mendampingi saat sakit justru meninggalkannya. ’’Waktu itu saya drop. Semuanya terasa berakhir saat itu,’’ ucap Slamet saat ditemui di kantornya.

Untung, Slamet memiliki lingkungan kerja yang peduli dengannya. Di tengah keterpurukan, semua rekan dan pimpinannya tak henti-hentinya memberikan dukungan kepada bapak satu anak itu. Mereka berusaha membangkitkan semangat hidup Slamet.

Dukungan moril tersebut membuat Slamet bisa keluar dari keterpurukan. Sampai kemudian, pimpinannya memberikan kesempatan untuk ikut program rehabilitasi bagi prajurit TNI yang mengalami kecacatan akibat tugas atau sakit.

Slamet memilih program rehabilitasi di bidang massage. Sepulang dari pelatihan, dia ”diserbu” banyak orang yang ingin menggunakan jasanya. Ternyata, banyak pasien (baik dari masyarakat umum maupun sesama kalangan militer) yang cocok dengan pijatan Slamet.

Dalam sehari, Slamet membatasi pasien yang dipijat, maksimal empat sampai lima orang. Dia juga tak pernah memasang tarif untuk jasa pijat itu. Terutama bagi mereka yang berasal dari kalangan menengah ke bawah.

’’Kalau yang minta bantuan tukang serabutan dan dia tidak bekerja karena sakit, di mana hati nurani saya kalau dia harus bayar? Yang penting saya dijemput, selesai diantar pulang. Cukup itu. Kadang saya kasih tahu kalau dompet saya masih ada isinya, tidak usah bayar,’’ tuturnya.

Slamet mengaku puas ketika pasien yang dipijat bisa sembuh. Jasa pijat itu, kata dia, sesuai dengan tugasnya sebagai anggota TNI yang harus membantu masyarakat.

Dalam kesehariannya, Slamet sudah terbiasa hidup mandiri. Dia harus memasak sendiri, mencuci pakaian, menyapu, serta beribadah ke masjid. Aktivitas itu mulai dijalani sejak masuk tempat rehabilitasi untuk prajurit yang mengalami kecacatan.

Di usianya yang masih 46 tahun, Slamet ingin terus menjadi prajurit TNI yang bermanfaat. Mantan anggota Kompi Perhubungan Korem 173 Biak itu bahkan ingin menambah keterampilannya. 

’’Dukungan kesatuan membuat saya bersemangat untuk bisa terus bermanfaat. Saya bisa seperti ini juga karena mereka,’’ tuturnya.

Kepala Kantor Minvetcad V/23 Banyuwangi Mayor (Inf) Mashud menganggap Serka Slamet sebagai sosok prajurit yang mandiri. Dengan keterbatasannya, dia tetap bisa menjadi prajurit yang bermanfaat bagi masyarakat. 

Pribadi Slamet yang ceria membuat suasana kantor Minvetcad semakin nyaman. ’’Selaku pimpinan, kami berusaha mendukung agar tetap bersemangat,’’ katanya. (pendam5)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry