Arifah saat menjahit sol sepatu dan sandal di trotoar jalan langganan obrakan Satpol PP, Rabu, (18/5/22). (FT/LOETFI)

SIDOARJO | duta.co – Kepala rumah tangga khususnya laki-laki berkewajiban mencukupi kebutuhan hidup. Hal ini berlaku pada siapapun yang merasa bertanggung jawab. Namun tidak demikian, hal ini terjadi dan menjadikan seorang ibu rumah tangga menjadi kepala rumah tangga (penopang hidup) tiga putri-putrinya.

Pasalnya, sejak ditinggal suaminya meninggal dunia sepuluh tahun silam, Arifah (45), warga kampung Praban Barat Kelurahan Sidokare Kecamatan Sidoarjo Kota, janda yang memiliki tiga orang putri tersebut harus bekerja meneruskan usaha suaminya sebagai penjahit sepatu dan sandal (sol sepatu).

Kepada duta.co, Rabu, (18/5/22), Arifah menceritakan awal mula dirinya menjadi penjahit sol sepatu demi mencukupi kebutuhan hidup bersama tiga anak perempuannya yang saat itu masih kecil-kecil.

Kulo nerusaken usaha bapake semenjak ditinggal. sampun sedoso taon (sudah sepuluh tahun saya meneruskan usaha suami mas. Sembilan tahun ya disini mas di trotoar jalan Sunandar Priyo Sudarmo, Sidoarjo,” terangnya.

“Alhamdulillah wonten mawon langganan, dulu pertama buka enggeh kaleh rayat kulo (suami saya). Karena sakit kena angin duduk. Tiga anak saya saat itu ditinggal bapaknya sewaktu masih kecil-kecil mas. Sampai sekarang yang pertama sudah keluarga, yang kedua baru lulus SMA tahun ini dan yang ketiga masih kelas 7 (SMP kelas 1),” tambahnya.

Sosok Arifah adalah Kartini masa kini. Karena pekerjaan yang harusnya dilakukan seorang laki-laki dan jarang ditemui, hal ini membuktikan dirinya wanita yang tangguh dan bertanggung jawab.

Ditanya keluh kesahnya sebagai penjahit sol sepatu dan sandal, perempuan tersebut menjawab jika ada obrakan ia pun sedih. “Mpun sering (langganan). Pernah ikut sidang sekali mas,” ujarnya.

“Pernah ada beberapa langganan terkejut sewaktu mau menjahit dan bertanya, Lo bu kok sampeyan bu,bapak pundi? Saya jawab ya bapak sudah meninggal,” ceritanya.

Masih kata Arifah, jahit sandal kalau keliling ongkosnya Rp15 ribu, kalau sandal kalepnya saja 5 ribu, sepatu 15 ribu. Dan ramai-ramainya tanggal muda sampai tanggal 15.

“Susahnya itu kalau obrakan Satpol PP dan banyak yang tidak diambil. Biasanya lupa. Ada yang sampai setahun, akhirnya sampai saya buang mas, itu ada serombong kotak itu sembari menunjuk gerobak kecil,” lanjutnya.

Sementara, salah satu pelanggan, ibu Evi, warga Keramaian Ngetan, Candi, yang kebetulan mengambil kepada duta.co mengatakan sering menjahitkan sepatu atau sandal disini. “Sudah langganan ya sudah tidak kaget,namun memang pada umumnya pria mas penjahit sol sepatu dan sandal,” ucapnya.

Arifah menambahkan, dirinya juga berharap ada bantuan baik modal maupun lainnya. “Karena saya janda dan ini usaha juga sudah lama digeluti suami saya,” pungkasnya. (loe)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry