Tampak KH Aziz Masyhuri, pengasuh Pondok Pesantren Al-Aziziyah, Jombang (kanan) dan KHR Ahmad Azaim Ibrahimy. (DUTA.CO/MUHTAZUDDIN)

Oleh: Muhtazuddin

Seperti warga nahdliyin lainnya, rasanya begitu cepat Allah swt memanggil panutan kita. Setelah ditinggal kiai karismatik NU asal Cirebon, Jawa Barat, KH Makhtum Hannan, lalu KH Hasyim Muzadi (Malang), H Muhyiddin Arubusman (tokoh NU dari NTT), Sabtu (15/4/2017) KH Abdul Aziz Masyhuri, Pengasuh Pesantren Al Aziziah Denanyar, Jombang meninggalkan kita.

Bagi warga NU nama Kiai Aziz sudah tidak asing lagi. Beliau salah satu ulama terkemuka di kalangan Nahdlatul Ulama. Almarhum merupakan sosok pemikir NU sekaligus tokoh dokumentator perjalanan NU. Semangat ke-NU-annya jangan ditanya, jauh melebihi yang muda-muda.

Kecintaan terhadap kitab-kitab klasik luar biasa, sampai-sampai Martin Van Bruinessen menyebutnya sebagai ensiklopedi hidup NU. Di samping itu, semangat silaturrahim ke ulama-ulama pesantren begitu tinggi. Saking semangatnya, tidak jarang beliau ‘melupakan’ kesehatan dirinya.

Hari Sabtu itu, ada jadwal beliau sowan ke KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) Pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin, Rembang, Jawa Tengah. Saya beruntung sekali sering diajak beliau sowan kiai-kiai sepuh. Pagi itu, saya sudah menunggu kabar dari Gus Muiz, jam berapa berangkat ke Rembang? “Saya sudah disuruh ngabari ente untuk diajak sowan Gus Mus. Kata beliau, ‘Muh ditelepon, mau saya ajak sowan Gus Mus’,” begitu kisah Gus Muiz.

Betapa kaget, sekitar pukul 13.00 wib. ada kabar beliau menghadap Allah swt. Innalillahi wa innailaihirajiun, kiai kharismatik NU yang tekun mempelajari, mengajari  serta mengamalkan kitab-kitab klasik itu, meninggalkan kita untuk selama-lamanya.

Bicara NU tidak bisa meninggalkan Kiai Aziz Masyhuri. Beliau bukan saja telaten membukukan Bahtsul Masail NU, tetapi juga pelaku sejarah bagi NU. Dalam berbagai acara Kiai Aziz Masyhuri selalu didapuk sebagai sesepuh NU yang bertugas menjelaskan bagaimana sesungguhnya kemurnian aqidah NU.

Salah satu yang menjadi perhatian beliau adalah proses Muktamar ke-33 NU yang berlangsung di Alun-alun Jombang, Jawa Timur. Dengan berbagai hujjah sampai digelar sebuah Bahtsul Masail tentang sah tidaknya Muktamar ke-33 NU tersebut, di Pondok Pesantren Al-Aziziyah Denanyar Jombang. Barangkali inilah satu-satunya bahtsul masail kiai-kiai pesantren  yang membahas tentang prosesi muktamar.

Kiai Aziz adalah sosok yang begitu cermat melihat kata perkata materi tentang ke-NU-an. Misalnya materi Muktamar ke 33 NU Jombang  terkait masalah aqidah NU. Karena sejak dulu aqidah NU mengikuti al-Asy’ari al-Maturidi, sementara dalam materi dikatakan aqidah NU seperti mengikuti Al Asy’ari dan al-Maturidi.

“Kata ‘seperti’ dalam materi muktamar itu membahayakan, nanti aliran apa saja masuk ke NU ini bahaya,” kata Kiai Aziz kali itu. Bahkan Kiai Aziz kala itu sempat mengajak diskusi para kiai kenapa para pendiri NU dulu menetapkan aqidah NU mengikuti al-Asy’ari al-Maturidi.

Selain itu, ada usulan Kiai Aziz yang belum terwujud. Menurut beliau pengurus NU sekarang sebaiknya dipecah menjadi dua. Pertama, Pengurus NU Dakwah Tarbiyah. Kedua Pengurus NU Politik. Dengan begitu, pondok pesantren tidak mudah diseret seret ke ranah politik. Karena pondok pesantren berada dalam wilayah Dakwah Tarbiyah. Kini beliau sudah menghadap Sang Kholiq, sebelum gagasan itu terwujud. Semoga generasi penerus mampu mewujudkan seluruh cita-cita baik beliau.

Selamat Jalan Almaghfurlah Kiai Aziz! Semoga Allah swt. menerima seluruh amal baik panjenengan. Amien!

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry