SURABAYA | duta.co – Muncul varian baru Covid Omicron XBB dan perang Rusia vs Ukraina berdampak pada perekonomian di Jawa Timur. Hal itu diungkapkan Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Direktorat Jendral Perbendaharaan (DJPb) Provinsi Jawa Timur (Jatim), Taukhid, SE, MSc.IB, MBA

“Risiko telah bergeser dari pandemi Covid-19 ke tekanan ekonomi global yang disebabkan antara lain melonjaknya inflasi global, pengetatan likuiditas dan suku bunga, dan memanasnya konfisi geopolitik dunia yang berimbas langsung pada perekonomian Indonesia maupun Jatim,” ungkapnya.

Hal itu, menurut Taukhid yang memicu naiknya harga komoditas (y-t-d sd Oktober 2022) baik energi seperti batubara (126,22%), gas alam (66,58%),  dan minyak mentah (20,07%) maupun pangan seperti gandum (16,39%), kedelai (5,62%), dan jagung (17,35%).

“Itu semua dampak konflik Rusia-Ukraina dan kebijakan OPEC yang memangkas produksi minyak,” katanya dalam Konferensi Pers Alco Regional Jatim periode sampai dengan 30 September 2022, di Aula Majapahit Hybrid, Selasa (29/11/2022) lalu.

Kondisi itu memengaruhi ekonomi di Jatim, dimana tingkat Inflasi bulan Oktober 2022 sebesar 0,04 % (m-to-m), Inflasi Tahun Kalender Oktober 2022 sebesar 5,55 % (y-to-d), Inflasi Tahun ke Tahun di Jatim mencapai 6,65 % (y-on-y).

Pada bulan Oktober ini (mto-m) terdapat dua Indeks Kelompok Pengeluaran penyumbang tingkat inflasi tertinggi yaitu pada kelompok Kesehatan 0,65 %, kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman Restoran 0,38% dengan andil pembentukan inflasi Kesehatan sebesar 0,02% dan penyediaan mamin/restoran sebesar 0,03%.

“Namun berdasarkan inflasi  tahun ke tahun (y-on-y) indeks Kelompok Pengeluaran terbesar terjadi pada kelompok Transportasi 17,14%. Kelompok Penyediaan Mamin/Restoran sebesar 9,60% dan kelompok makanan, minuman dan tembakau (MMT) sebesar 7,31%. Tingginya inflasi pada kelompok Transformasi (y-on-y) karena dipicu oleh kenaikan harga minyak yang diumumkan pemerintah bulan September 2022,” jlentrehnya.

PDRB Jawa Timur Triwulan III-2022 mencapai Rp700,59 Triliun Atas Dasar Harga Berlaku (ADHK), sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp447,54 triliun. Perekonomian Jatim Triwulan III dibanding Triwulan II-2022 secara q-to-q tumbuh sebesar 2,15%, secara y-on-y tumbuh sebesar 5,58% dan secara kumulatif c-to-c mencapai 5,53%. Atas capaian tersebut perekonomian Jawa Timur kuartal ke III 2022 memberikan kontribusi ke perekonomian Nasional sebesar 13,8% berdasarkan ADHB dan sebesar 15% berdasarkan ADHK.

“Berdasarkan Lapangan Usaha, pertumbuhan tertinggi dicapai komponen Transportasi dan Pergudangan sebesar 8,05%, sedangkan berdasarkan Komponen Pengeluaran, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh komponen Pengeluaran Konsumsi Pemerintah sebesar 12,46%,” ungkap Taukhid.

Sementara ityu, lanjutnya, ekspor Provinsi Jatim bulan Oktober 2022 secara m-to-m mengalami penurunan sebesar -4,98% dari USD 2,04  miliar menjadi USD 1,93 miliar. Sementara dibandingkan Oktober 2021 (y-o-y), nilai ekspor mengalami kenaikan sebesar 2,93%. Sedangkan Nilai Impor bulan Oktober 2022 mencapai sebesar USD 2,56 miliar atau turun 9,05% dibandingkan September 2022 (m-to-m), namun dibandingkan September 2021 (y-o-y) meningkat sebesar 1,78%.

Neraca perdagangan Jatim selama bulan Oktober 2022 mengalami defisit sebesar USD 631,01 juta. Defisit Neraca Perdagangan disumbang oleh sektor migas sebesar USD 465,27 juta, dan di sektor nonmigas sebesar USD 165,74 juta. Secara kumulatif selama Januari-Oktober 2022 (y-to-d) neraca perdagangan Jawa Timur juga mengalami defisit sebesar USD 7,85 milyar. Hal ini disebabkan karena defisit pada sektor migas sebesar USD 6,24 miliar dan sektor nonmigas sebesar USD 1,61 miliar

 

Realitas APBN Regional

Kemudian, Realisasi Pendapatan Negara mencapai Rp204,88 T atau 85,41% dari target atau tumbuh 20,98%  dibandingkan periode yg sama TAYL (y-o-y). Realisasi Penerimaan pajak mencapai Rp87,68 T atau sebesar  90,52% dari target dengan rincian penerimaan Pajak Penghasilan sebesar 86,01%, penerimaan PPN sebesar  95,24% yang mencatatkan sebagai realisasi penerimaan tertinggi dan Pajak Lainnya sebesar 83,50%. Realisasi

Penerimaan Bea dan Cukai mencapai Rp111,33 T atau 80,63% yang ditopang pertumbuhan Penerimaan Cukai, Bea Keluar, dan Bea Masuk. Realisasi PNBP mencapai Rp5,87 T atau mencapai 118,52%, namun secara nominal tumbuh negatif -9,31% dibandingkan TAYL.

Realisasi Belanja Negara mencapai Rp101,32 T atau sebesar 83,16%, lebih tinggi Rp371,44 milyar atau tumbuh sebesar 0,37 % dibandingkan dengan periode yang sama TAYL. Realisasi belanja K/L mencapai Rp33,25 T atau sebesar 71,79% atau turun -4,93%) dibandingkan periode yang sama TAYL (y-o-y). Jenis belanja K/L yang mengalami penurunan, yaitu Belanja Barang sebesar -0,23% dan Belanja Modal sebesar 29,34%.

Realisasi TKDD mencapai Rp68,07 T atau sebesar 90,13% (tumbuh sebesar 3,18%) dibadingkan TA 2021. Pertumbuhan ditopang realisasi Dana Bagi Hasil, DAU, DAK Fisik dan Dana Desa, sedangkan penurunan disebabkan adanya DAK Non Fisik, dan DID yang penyalurannya baru terlaksana bulan Juli 2022. Surplus

Anggaran Regional Jatim mencapai Rp103,56 T tumbuh sebesar 51,40% dibandingkan periode yg sama TAYL, menunjukkan signifikansi kontribusi perekonomian Jatim terhadap perekonomian Nasional dan akselerasi  pemulihan perekonomian Jawa Timur.

 

Realisasi APBD Konsolidasian

Sedangkan, Realisasi Pendapatan Daerah Konsolidasian sebesar Rp101,42 T atau sebesar 87,03% secara nominal tumbuh posisif sebesar 2,04% (y-o-y) yang didominasi oleh pendapatan Transfer Pemerintah Pusat (TKDD) sebesar Rp68,07 T atau 90,13% dari total Pendapatan Daerah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp32,20 T dan Pendapatan Lainnya sebesar Rp1,15 T. Sedangkan Realisasi Belanja Daerah Konsolidasian mencapai Rp77,25 T atau sebesar 60,18% tumbuh sebesar 0,15% (y-o-y) yang di dominasi oleh komponen Belanja Pegawai sebesar 68,09% dari total Belanja Daerah, Realisasi Belanja Barang Jasa sebesar 60,57%,

Realisasi Belanja Modal sebesar 37,55%, Realisasi Belanja Bunga sebesar 30,39%, Realisasi Belanja Subsidi sebesar 32,32%, Realisasi Belanja Hibah sebesar 66,21%, belanja Bansos sebesar 56,81%, Realisasi Belanja tak terduga sebesar 13,10% dan Realisasi Belanja Transfer sebesar 66,35%. Dengan demikian s.d. 31 Oktober 2022 terdapat Surplus APBD Konsolidasian sebesar Rp24,17 T atau tumbuh sebesar 8,62% dibandingkan periode

yang sama TAYL. “Selanjutnya terdapat Pembiayaan Netto Daerah Rp8,02 T yang menghasil Akumulasi SiLPA Rp32,19 T,” tandasnya. rum

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry