PONPES : Kyai Muh. Ahyar Sya’roni, Pengasuh Ponpes Mifa (Kintan Kinari Astuti/duta.co)

KEDIRI|duta.co – Adanya sejumlah permasalahan konflik di Luar Pulau Jawa, menjadikan inisiatif sejumlah wali santri untuk mendirikan pondok pesantren secara gotong royong bertempat di Desa Dukuh Kecamatan Ngadiluwih. Ditemui disela – sela acara kerja bakti, (Senin (15/03), Kyai Muh. Ahyar Sya’roni, selaku Pengasuh Ponpes Mifa menjelaskan ada sekitar 70 santri berasal dari sejumlah daerah yang membutuhkan bimbingan ilmu agama.

Tidak berkenan menjelaskan permasalahan apa sebelumnya terjadi, namun kepedulian wali santri mendirikan pondok pesantren merupakan bentuk amal ibadah patut menjadi inspirasi kita. Tanah seluas 150 ru merupakan wakaf sejumlah orang termasuk H. Mahmud menyerahkan 60 ru.

“Ada 70 santri dari sekitar Jawa Timur dan luar Pulau Jawa. Disana ada sedikit permasalahan lalu ada inisiatif sebagian wali santri untuk membuat cabang pondok di salah satu tanah wali santri,” terang Ahyar Sya’roni. Keberadaan pondok ini rupanya mendapatkan respon dari pemerintah desa dan akan memberikan alokasi dari dana desa untuk program pemberdayaan.

“Kami ajukan Dana Desa dialokasikan ke  pemberdayaan. Nanti bias diperuntukkan untuk berternak lele atau bercocok tanam disawah serta kegiatan lainnya,” ungkap Alan Salahuddin, mewakili BPD Dukuh. Kerja bakti para santri dibantu warga setempat ini digelar Seminggu sekali dan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan.

“Kerja bakti hanya seminggu sekali tiap hari Ahad, telah berjalan dua Minggu namun kegiatan harian pembelajaran masih aktif pagi dan malam. Sementara memakai rumah wali santri Pak Haji Mahmud yang kemarin ikut memikirkan bagaimana kegiatan tetap berjalan. Yang penting terus melangkah, karena ada fasilitas ada lokasi yang dibuat anak – anak belajar itu sudah cukup,” ungkap pengasuh ponpes.

Selain belajar ilmu agama, para santri juga diijinkan mencari ilmu di Pendidikan umum. “Anak – anak 90% lebih, masih mengikuti pelajaran formal mulai dari SD, SMP, SMA sampai kuliah, selain pelajaran Kitab Kuning diajarkan di madrasah,” imbuhnya. Salah satu satu santri dari Kupang Nusa Tenggara Timur, Don Dasilva Dona menjelaskan jika dirinya telah ikut Kyai Ahyar Sya’roni selama 4 tahun.

“Awalnya ada permasalahan internal di pondok, saya memilih ikut di sini karena ikut kyai. Saya sudah mondok sini 4 tahun dari umur 13 tahun. Disini rumah wali santri rencana, mau bangun pondok. Insya Allah santri putra dan putri bisa ditampung di Pondok Mifa,” jelasnya. (kin/nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry