Dua pusaka sejarah berdirinya Kabupaten Trenggalek dijamasi sebelum diarak.

Oleh: Hamzah Abdillah*

RINGKASAN Sejarah Trenggalek ini diambil dari buku Induk “Sejarah Trenggalek” yang  dihimpun dan diterbitkan oleh Panitia Sejarah Trenggalek bersama para sarjana sejarah  Institute Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Dalam ringkasan ini hanya akan  disebutkan bab-bab yang penting saja, yakni:

A. Zaman Pra Perdikan

B. Zaman Perdikan:

  1. Perdikan Hindu
  2. Perdikan Islam

C. Zaman Trenggalek Awal

D. Zaman Trenggalek Gemilang

E. Zaman Trenggalek Wibawa

 

A. Zaman Pra Perdikan

Pada zaman Pra Perdikan atau zaman Pra Sejarah, di kawasan Trenggalek sudah ada manusia  yang bertempat tinggal, kendati dengan kebudayaan yang masih sangat sederhana, sebagaimana biasa terjadi di kawasan lainnya. Banyak benda-benda peninggalan sejarah yang  ditemukan di daerah ini yang menunjukkan hasil budaya zaman Nirleka, seperti: Watu  Saji, Watu Dakon, Lumpang Watu, Watu Palinggih, dan sebagainya. Benda-benda ini ditemukan di tempat-tempat yang merupakan lokasi lalu-lintas dan tempat tinggal manusia kala itu,  di antara Pacitan-Panggul-Wajak-Tulungagung. Ini adalah zaman Megalitikum atau zaman  Neolitikum.

B. Zaman Perdikan

Zaman Pra-Sejarah diakhiri oleh zaman Sejarah atau zaman Perdikan, yakni masa di mana  manusia sudah mengenal sastra-tulis kendati dengan wujud yang masih sangat sederhana.  Pada zaman ini kawasan Trenggalek termasuk dalam kekuasaan mPu Sindhok. Ini dibuktikan  banyaknya ditemukan prasasti buatan Mpu Sindhok, yang menjadi bukti sejarah ialah Prasasti Kampak. Mpu Sindhok berkuasan di Jawa Timur antara tahun 851 Saka bertepatan dengan 929 Masehi.

Dari Prasasti Kampak bisa diketahui bahwa Trenggalek pernah menerima anugerah berupa  kemerdekaan yang diberikan pada daerah Perdikan Kampak. Prasasti ini juga menunjukkan seberapa luas kekuasaan Raja Mpu Sindhok, yakni ke selatan sampai ke Samudera Indonesia, termasuk daerah Panggul, Munjungan dan Prigi. Di bagian utara kekuasaan Mpu Sindhok mencapai daerah Dawuhan yang sekarang merupakan kawasan utara Kota Trenggalek.

Dalam Prasasti Kampak menunjukkan bahwa bumi kawasan ini memang diistimewakan, karena  kawasan ini merupakan hadiah dari Bathara I Sang Hyang Prasadha Kabhaktian I  Pangurumbigyan I Kampak.

Kerajaan Kahuripan runtuh dan selanjutnya menjadi wilayah Kerajaan Kediri, yang dikuasai  oleh Trah Airlangga. Dinasti kerajaan Kediri yang menjadi raja terakhir adalah Prabu Kertajaya dengan julukan Sri Sarweswara Triwikramamawatara Ninditya Srenggalancana Digwijayatunggadewa yang dikenal pula dengan Prabu Dhandhanggendhis.

Pada zaman Prabu Kertajaya, Trenggalek sudah muncul di panggung sejarah dan masuk dalam masa Perdikan. Sebagai bukti kesungguhan perhatian Prabu Kertajaya terhadap Trenggalek,  bisa dilihat pada prasasti Kamulan yang dibuat pada Tahun 1116 Saka atau 1194 Masehi.

Prasasti Kamulan ditemukan di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Bagian depan prasasti memuat 31 baris kalimat dan bagian belakang mencantumkan 33  baris. Sebagian dari prasasti menceritakan, kala itu Prabu Kertajaya terpaksa harus  hengkang dari Keraton Kediri sampai di Kamulan, akibat serbuan musuh kerajaan. Berkat  bantuan dan perlindungan dari seluruh rakyat di Kamulan, Prabu Kertajaya berhasil  memenangkan peperangan dan mengusir musuh, lalu kembali ke Keraton Kediri. Selanjutnya  atas jasa-jasanya ini, rakyat Kamulan dianugerahi Tanah Perdikan di Kamulan, Trenggalek. Berdasarkan Prasasti Kamulan tersebut menunjukkan bahwa sejak kala itu Trenggalek sudah  menjadi daerah Swatantra.

Menurut para budayawan dan hasil penelitian para ahli sejarah, Prasasti Kamulan  peninggalan Prabu Kertajaya inilah yang terkuat untuk dijadikan patokan untuk membedah  Sejarah Trenggalek. Prasasti Kamulan ditulis pada bulan “Bhadrawaulan da perangan Suklapaksa, dinten Budha Kaliwuan tahun Saka 1116”. Dengan demikian, berpedoman pada  Prasasti Kamulan ini, lahir dan berdirinya Trenggalek bisa dipastikan jatuh pada hari  Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194 Masehi.

Zaman Perdikan terbagi dalam dua fase, yakni fase Perdikan Hindu dan fase Perdikan Islam.  Di pasa Hindu banyak ditemukan bukti kebudayaan yang berwujud candi, patung, lingga, yoni  dan sejenisnya. Peninggalan tersebut sampai kini masih dapat dilihat di Desa Dombyong, Kecamatan Bendungan, Ngreco di Sukorame, Kecamatan Gandusari, juga di Watulimo dan  lain-lain.

Sesudah fase Perdikan Hindu, disusul fase Perdikan Islam, di mana Agama Islam berkembang sangat pesat di wilayah Trenggalek, sehingga perdikan-perdikan Hindu tersebut menyatakan diri sebagai bagian dari perdikan Islam. Kendati demikian, yang berhasil  dicatat ahli sejarah hanya ada dua bukti, yakni:

  1. Pondok Pesantren Sumbergayam yang terhitung paling tua.
  2. Makam Menak Sopal, di batu nisan isterinya tertulis “Candra Sengkala Memet” yang  berbunyi “Sirnaning Puspita Cinatur Wulan” yang berarti tahun 1490 Saka, atau tahun 1568  Masehi.
(bersambung)

Baca: Ringkasan Sejarah Trenggalek (Bagian II)

*Ketua PWI Kabupaten Trenggalek

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry