Ghofirin, M.Pd – Dosen FEB dan Direktur OPOP Training Center

SANTRIPRENEUR berasal dari kata “santri” dan  “entrepreneur”. Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mendalami ilmu  agama Islam di pesantren. Biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai, disebut santri Mukim. Namun ada pula santri yang  pulang ke rumah setiap hari setelah selesai mengikuti pembelajaran di pesantren, disebut santri kalong.

Entrepreneur atau wirausaha adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Sehingga apabila kedua istilah tersebut digabungkan menjadi Santripreneur kurang lebih artinya adalah seseorang yang menuntut ilmu di pondok pesantren yang mampu berwirausaha dengan produk-produk kreatif dan inovatif.

Fondasi bagi para santri dalam berwirausaha itu ada tiga, yaitu:

  1. Tauhid dalam Wirausaha

Tauhid adalah suatu konsep tentang keesaan Allah, yaitu konsep dalam akidah Islam yang berarti Allah adalah satu. Jadi ketika melakukan kegiatan wirausaha diniatkan hanya untuk beribadah kepada Allah.

  1. Syariah dalam Wirausaha

Seorang wirausahawan haruslah mengetahui syariah, atau hukum-hukum yang terkait dengan fikih muamalat, yang membahas tentang bagaimana model-model transaksi yang diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan.

  1. Akhlak dalam Wirausaha

Akhlak adalah sifat yang sangat tampak di permukaan, akhlak merupakan jamak dari kata khuluk, yang berarti perangai, tingkah laku dan juga tabiat.

Motivasi Santri menjadi Entrepreneur

Saat ini terjadi suatu fenomena bahwa generasi milenial  cenderung untuk memilih berwirausaha daripada menjadi karyawan di perusahaan. Kondisi tersebut, dinilai berbeda dengan generasi sebelumnya, yang lebih memilih bekerja di perusahaan mapan dibandingkan wirausaha. Terdapat sejumlah alasan mengapa para generasi milenial  lebih memilih untuk berwirausaha daripada harus menjadi karyawan , yaitu :

  • kebebasan untuk mengendalikan nasib sendiri.
  • mencapai potensi diri sepenuhnya.
  • meraih minat atau hobinya sendiri.
  • berperan aktif dalam masyarakat dan mendapatkan pengakuan atas usahanya.
  • melakukan sesuatu yang disukai dan menumbuhkan rasa senang dalam mengerjakannya.

Sebagai generasi milenial, motivasi santri untuk berwirausaha tidaklah jauh berbeda, namun ada hal penting yang membedakan antara santripreneur dengan entrepreneur lain yaitu keinginan untuk meneladani Rasulullah SAW, yaitu menjadi pengusaha, dimana Muhammad SAW adalah sosok entrepreneur sejati. Selama 25 Tahun dari usia hidup Rasulullah dijalani dengan berprofesi sebagai pengusaha sukses.

Selain itu terdapat motivasi yang datangnya dari luar diri santri atau motivasi eksternal, yaitu : persaingan pasar bebas Asean (MEA), bonus demografi dan keterbatasan kesempatan kerja.

  • Persaingan pasar bebas Asean (MEA), dengan terbentuknya kawasan ekonomi terintegrasi di wilayah Asia Tenggara yang dikenal dengan istilah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) atau ASEAN Economic Community (AEC), Indonesia dan sembilan anggota ASEAN lainnya memasuki persaingan yang sangat ketat di bidang ekonomi.
  • Bonus demografi, pada tahun 2020 – 2030, Indonesia diprediksi mengalami puncak masa bonus demografi, yakni penduduk usia produktif mencapai 64 persen dari total jumlah penduduk sebesar 297 juta jiwa. Adanya bonus demografi menyebabkan suatu negara akan banyak sekali memiliki sumber daya manusia usia produktif yang dapat membantu perekonomian negara. Akan tetapi, di lain pihak, apabila Bonus Demografi tidak dikelola dengan baik akan menyebabkan banyak pengangguran sehingga justru memperburuk perekonomian negara. Oleh karena itu, perlu dipersiapkan santripreneur – santripreneur  yang tak hanya menyerap tenaga kerja namun juga siap menghadapi era revolusi industri 4.0.
  • Keterbatasan kesempatan kerja, berkembangnya revolusi industri 4.0 berdampak pada berkurangnya tenaga kerja manusia dan tergantikan dengan robot dan dikendalikan internet. Agar tidak menjadi korban modernisasi dan industrialisasi maka sudah selayaknya santripreneur mengambil bagian sebagai perencana dan perancang industri melalui berbagai macam kemudahan teknologi.

Bagaimana cara kita menyiapkan santri-santri menjadi seorang santriprenuer? Setidaknya ada 3 cara yang dapat dilakukan, yaitu:

  • Memasukkan mata pelajaran kewirausahaan dalam kurikulum pesantren
  • Menciptakan kegiatan ekstra kurikuler kewirausahaan sebagai media belajar para santri
  • Membuat kompetisi ajang kreatifitas wirausaha melalui Program Santri Wirausaha (PSW)

One Pesantren One Product adalah suatu  program peningkatan kesejahteraan  masyarakat berbasis Pondok Pesantren  melalui pemberdayaan Santri, Pesantren,  dan Masyarakat sekitar Pesantren. Dari itulah muncul 3 tiga pilar OPOP Jawa Timur:

  • Pilar Santripreneur, dimana aktornya adalah Santri
  • Pilar Pesantrenpreneur, dimana aktornya adalah koperasi pondok pesantren
  • Pilar Sosipreneur, dimana aktornya adalah alumni pondok pesantren
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry