Tampak Kiai Said Aqil Sirodj (KH SAS) sedang berbicara. (FT/IST)

SEMARANG | duta.co – Merinding menyaksikan konflik kepentingan di PBNU. Setelah surat ‘veto’ Pj Rois Aam, KH Miftachul Akhyar (Kiai Mif) disoal, tidak sah lantaran tanpa menyertakan Ketua Umum dan Sekjend PBNU, kini giliran surat Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Sirodj (Kiai SAS) disebut tidak sah, karena tidak menyertakan Rois Aam dan Katib PBNU.

“Ini aneh. Benar aneh. Sama-sama klaim, serang tidak sah. Ini semua akibat muktamar ke-33 NU di Jombang yang cacat hukum dan penuh dengan prilaku preman. Saya teringat buku Cak Anam, bahwa NU di bawah PBNU sekarang menjadi tumbal politik kekuasaan. Nah? Siapa yang harus bertanggungjawab?” demikian H Tjetjep Mohammad Yasien, Ketua Harian Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyyah kepada duta.co, Ahad (5/12/21).

Seperti diberitakan, Ketua PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul) mengomentari surat ajakan rapat gabungan dari Ketua Umum PBNU. Menurut Gus Ipul, surat itu tidak sah. Karena dalam surat tidak ada tanda tangan Rais Aam dan Katib Aam.

“Rapat gabungan Tanfidziyah dan Syuriah harus tanda tangan lengkap Rais Aam, Katib Aam, Ketum dan Sekjen,” kata Gus Ipul, Sabtu (4/12/2021) seperti warta detik.com.

Pernyataan Gus Ipul ini menanggapi surat undangan rapat gabungan dari Ketua Umum PBNU kepada Rais Aam, untuk bersama-sama menggelar rapat harian syuriyah dan tanfidziyah PBNU. Termasuk membahas mengenai jadwal penyelenggaraan Muktamar ke-34 NU di Lampung. Rapat harian syuriyah dan harian tanfidizyah itu rencananya pada Selasa (7/12).

“Selain tak sah, undangan ini juga sudah sangat terlambat. Waktunya sangat mepet. Dua minggu lalu sudah diajak rapat resmi Ketum dan Sekjen hanya datang sehari dan hari berikutnya malah ndak datang dengan alasan tak jelas,” ujar Gus Ipul.

MAJMA BUHUTS

Sinyal Gus Ipul ini, menandakan ‘veto’ PJ Rois Aam akan tetap jalan, artinya Muktamar ke-34 NU tetap maju, Jumat 17 Desember 2021. Apalagi, kabarnya, Presiden Jokowi sudah siap hadir,  begitu juga aparat keamanan. Jika dipaksanakan, PBNU terancam pecah.

“Bagaimana kalau kemudian tanggal 31 Januari 2022, kubu Ketum dan Sekjen juga membuat muktamar yang sama. Kacau bukan,” tulis Musa, warga nahdliyin di media sosial.

Ia pun berharap ada jalan keluar. “Kabarnya ada MAJMA BUHUTS AN-NAHDLIYAH hari ini (Ahad, 5 Desember 2021) di Pondok Pesantren Asshodiqiyah Kota Semarang. Sedikitnya 22 tokoh NU datang. Semoga menjadi solusi yang menyejukkan,” tambahnya.

Keterangan foto IST

Menurutnya, nama 22 kiai itu sudah beredar di media sosial. Beliau adalah KH Ahmad Mustofa Bisri, KH. Dimyathi. Habib Luthfi bin Yahya. KH. Miftachul Achyar. KH. Said Agil Shiraj. KH. Yahya Cholil Staquf. KH. Idris Hamid. KH. Abdul Hakim Jombang. KH. Asad Said Ali. KH. Asep.  KH. Husain Muhammad Cirebon. KH. Kafabih Lirboyo. KH. Muadz Thohir. KH. Dian Nafi’. KH. Najib Kudus. KH. Said Asrori. KH. Ubaidillah Shodaqah. KH. Ahmad Bahauddin Nursalim. KH. Ulil Abshor. KH. Lukman Hakim. Ning Alissa Wahid dan KH. Bisri Adib. “Hasilnya kita tunggu,” jelasnya. (*)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry