Bupati Bojonegoro Suyoto

BOJONEGORO |duta.co – Rekonstruksi pendidikan yang digulirkan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, disikapi pemerintah daerah dan kalangan akademisi.  Saat membuka Musyawarah Wilayah V Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah VII JawaTimur gubernur menyatakan, rekonstruksi pendidikan sudah harus dilakukan, sesuai dengan perekonomian global.

Dengan demikian, pendidikan akan membantu penyelesaian  permasalahan di masyarakat. Karena itu, perguruan tinggi swasta harus mampu melihat jenis pendidikan yang ditawarkan kepada mahasiswanya.

Gubernur memberi gambaran, saat ini struktur tenaga kerja di Jatim 36,49 persen di bidang pertanian, 21,01 persen perdagangan, dan 14,47 persen bidang industri. Sementara, sebagian besar penduduk Jatim petani.

“Sayangnya, kontribusi terhadap PDRB hanya  13,31 persen. Angka ini,  jauh dibanding dengan industri yang kontribusi terhadap PDRB sebesar 28,92 persen,” ujarnya.

Menanggapi masalah itu, Bupati Bojonegoro Suyoto menilai, sudah waktunya guru dan sekolah, harus berorientasi pada melatih ketrampilan hidup (life skill). “Dekatkan sekolah dengan dunia nyata.  Mari bawa masalah nyata dalam kehidupan di sekolah,” ujarnya.

Sebagai kepala daerah, Kang Yoto menangkap fenomena di lapangan.  “Ada kesan sebagian masyarakat, bahwa sekolah dinilai tidak terlalu penting.”

Faktanya banyak menyaksikan anak lulusan SLTP dan SLTA, bahkan alumni perguruan tinggi, tidak mampu hidup lebih baik. “Banyak yang lulusan sekolah dan pulang kampung hanya mampu jual sawah atau ladang orang tuanya,” ujarnya.

Kang Yoto mencontohkan wilayah Sekar, salah satu wilayah Bojonegoro, yang jaraknya 70 km dari kota Bojonegoro.  Masyarakat di sana, lebih mementingkan ketrampilan –terutama pertanian— dibanding pendidikan. Mereka belum melihat jelas hubungan peningkatan pertanian, kualitas lingkungan dan ketangguhan sosial dengan proses pendidikan sekolahan.

“Mereka merasa lebih mulia mengolah apa yang ada di lingkungannya. Mereka menilai, sekolah tidak lebih dari menghafal, membaca buku yang isinya jauh dari kebutuhan,” katanya.

Sekolah, dinilai menjauhkan dari kehidupan mereka sehari hari dan tantangan nyata yang dihadapinya.  “Pertanyaannya, Apakah lembaga pendidikan para guru yang gagal meyakinkan bahwa sekolah itu penting.” Karena itu, Kang Yoto menilai, sudah saatnya sekolah lebih mendekatkan diri dengan dunia nyata. (imm)

 

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry