Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar saat disuntik vaksin oleh vaksinator dr Enny Laraswati Endang Maduretno, didampingi Direktur RSI AYani, dr Dodo Anondo. DUTA/endang
SURABAYA  | duta.co – Rumah Sakit Islam Surabaya Ahmad Yani (RSI AYani) melakukan vaksinasi kedua bagi 130 pengurus Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur.
Vaksinasi kedua ini dibagi dua tahap untuk mengatur agar tidak terjadi antrean panjang dan kerumunan. Pada Rabu (10/3/2021), vaksinasi dilakukan untuk 90 orang yang berusia di bawah 60 tahun. Sementara tahap kedua akan dilakukan pada 40 orang yang berusia di atas 60 tahun pada 14 hari mendatang.
Salah satu yang vaksin kedua pada Rabu (10/3/2021) adalah Ketua PWNU Jatim, KH Marzuki Mustamar. Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad Gasek, Sukun, Malang ini mengaku senang sudah dua kali melalukan vaksinasi Covid-19. “Sudah lengkap, tidak sakit. Semua kiai sepuh sudah vaksin, apalagi yang diragukan,” katanya usai divaksin yang didampingi Direktur RSI AYani, dr Dodo Anondo.
Direktur RSI AYani, dr Dodo Anondo (kanan) didampingi Wakil Direktur Medism drg Laily Rachmawati memberikan edukasi singkat tentang vaksin Covid-19 kepada pengurus PWNU Jatim, Rabu (10/3/2021). DUTA/ ist

Direktur RSI AYani dr Dodo Anondo mengaku terhormat bisa melayani vaksinasi Covid-19 untuk masyayikh. “Karena vaksin pertama sudah dilakukan di kantor PWNU Jatim, yang kedua di RSI AYani, makanya kami siapkan semuanya,” kata dr Dodo.

Selama proses vaksinasi berlangsung, RSI AYani sudah melayani hampir 2 ribu orang. RSI AYani menyiapkan beberapa vaksinator yang konpeten, salah satunya dr Enny Laraswati Endang Maduretno.
Vaksinasi kedua ini didampingi Sekretaris Lembaga Kesehatan (LK) PWNU Jatim, dr Tri Wahyu Sarwiyata dan dr Ivan Rovian selaku Ketua Lembaga Kemaslahatan Keluarga (LKK) PWNU.
Dikatakan dr Tri Wahyu, dampak dari vaksinasi pada masyayikh ini sangat luar biasa. Sekarang ini banyak sekali pondok pesantren yang mengajukan untuk vaksinasi bagi para pengurus, pendidik, murobbi dan santri yang berusia di atas 18 tahun.
“Pondok pesantren mulai mengajukan vaksinasi itu ke Dinas Kesehatan daerah masing-masing. Kami bantu mendorong ke Kementerian Kesehatan agar vaksin untuk pondok pesantren bisa tersedia dan segera dilaksanakan,” tutur dr Tri Wahyu.
Sementara dr Ivan Rovian  menegaskan, dengan antusiasnya masyarakat tidak hanya dari dalam pondok pesantren tapi juga dari masyarakat sekitarnya.”Kalau panutannya sudah memberi contoh yang baik, masyarakat yang awalnya ragu-ragu jadi haqqul yaqin,” tukas dr Ivan.
Dengan langkah ini, dihadapkan cakupan vaksin akan lebih luas dan target semua masyatakat bisa divaksin bisa lebih cepat dari waktu yang ditentukan. end
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry