SIDOARJO | duta.co – Prosesi Pemilihan Ketua RW di Sidoarjo, tepatnya di RW 10 Perumahan Graha Permata Sidorejo Indah (GPSI), Desa Sidorejo, Kecamatan Krian, Sidoarjo, Minggu (17/7/22) berlangsung rukun dan guyub.

Warga tampak begitu antusias mendatangi TPS (tempat pemungutan suara) yang digelar panitia pemilihan di sebelah Pos Keamanan.

“Ada yang menyebut ini sebagai ‘Demokrasi Syar’i’. Sah-sah saja. Karena saling mendukung alias rebutan tidak jadi. Saya sudah sampaikan ke Pak Solikan (No 1), bahwa, saya akan memilih dia. Ternyata, dia juga demikian. Intinya, jabatan bukan untuk diperebutkan,” demikian Mokhammad Kaiyis, yang ikut meramaikan jalannya pemilihan Ketua RW 10, pemegang nomor urut 2.

Menurut alumni Institut Keislaman KH Hasyim Asy’ari, Jombang ini, semangat kebersamaan, itu jauh lebih penting ketimbang persaingan. Duduk bersama, mengurai semua ‘benang ruwet’ di lingkungan RW, itu jauh lebih urgen ketimbang berebut menjadi ‘imam’.

“Kita akui, problem warga kian kompleks. Bukan sekedar masalah lingkungan, tetapi juga menghadapi ‘paham import’ yang bisa mengancam keutuhan kita dalam berbangsa dan bernegera,” jelasnya.

Solikan pun mengapresiasi semangat kebersamaan warga RW 10. “Terus terang saya juga berterima kasih karena jenengan (Mokhammad Kaiyis red) berkenan duduk di sini. Kalau kita memasang ego di depan, semua orang tidak ada yang mau menjadi Ketua RW,” jelas Solikan notabene Ketua RW periode sebelumnya.

Hal yang sama disampaikan Mokhammad Kaiyis. Anggota Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indopnesia (PWI) Jawa Timur ini, mengakui, bahwa, problem warga perumahan GPSI kian banyak. Dan itu bisa teratasi jika warga kompak.

“Seperti status perumahan yang belum jelas. Sudah 20 tahun lebih keberadaan perumahan ini, tetapi, belum juga diserahkan kepada Pemkab. Akibatnya pembangunan lingkungan tidak tercover Dana Desa (DD). Padahal, kondisinya kian rapuh, tak mungkin hanya mengandalkan iuran warga. Maka, kita sepakat sowan pengembang, bagaimana baiknya,” tegasnya.

Selain itu, urainya, perlu dilakukan terobosan baru, misalnya, MEMUDAHKAN LAYANAN ADMINISTRASI. Ini harus melibatkan Generasi Y-Z, untuk menguasai aplikasi SiPraja 3.0 karya Pemkab Sidoarjo.

“Tak kalah penting, adalah membuat jejaring eksternal, membuat institusi bisnis yang halal seperti Koperasi, Badan Usaha milik Warga (BMW). Intinya, harus ada terobosan untuk mengatasi problem infrastuktur kita,” tegasnya.

Jadi? Pilket RW 10 intinya untuk menyelesaikan masalah. Bukan berebut menang. “Masing-masing rebutan kalah. Hakekatnya yang kalah itu pemenangnya. Yang menang, kita dukung bersama karena harus memikul amanah warga,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry