KELUAR KELAS : Ratusan siswa keluar kelas menuntut kepala sekolah dicopot. Duta.co/arif

MOJOKERTO | duta.co – Proses ujian akhir semester (UAS) di SMKN I Trowulan Kabupaten Mojokerto, Senin (2/12) terganggu. Ratusan siswa sekolah kejuruan itu mengelar unjuk rasa memprotes punggutan pihak sekolah dengan kedok tabungan wajib siswa yang penggunaannya dinilai tidak transparan. Tak hanya itu, pihak sekolah dituding melakukan korupsi dana BOS.

Dari pantauan di lapangan, ratusan siswa gabungan kelas X, XI dan XII itu tak masuk ke kelas, mereka memilih berorasi di halaman SMKN 1 Trowulan yang berada di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan. Siswa juga membentangkan poster kecaman kepada pihak sekolah.

Tak lama berselang, massa pelajar ini ditemui Kepala Sekolah mereka Irni Istiqomah. Sempat berdialog dengan siswa, namun ratusan siswa ini merasa tak puas dengan jawaban yang dilontarkan Kepala sekolah. Ratusan siswa lantas memilih meninggalkan sekolah.

Mereka meninggalkan sekolah dengan menggeber sepeda motor masing-masing sembari keluar dari pintu gerbang sekolah. Sementara sebagian siswa lainnya tetap berada di sekolah.”Kami minta Kepala Sekolah diganti. Kebijakan tabungan wajib tidak jelas peruntukannya,” kata koordinator para siswa yang berunjuk rasa, Rizki Wijayanto.

Ia menjelaskan, aksi demonstrasi ratusan siswa hari ini memprotes adanya pungutan berkedok tabungan wajib siswa. Meski SPP telah dihapus, setiap siswa SMKN 1 Trowulan masih saja diminta membayar tabungan wajib antara Rp 75.000 sampai Rp 145.000 per bulan. Sekolah kejuruan ini mempunyai 27 kelas dengan total siswa mencapai 800 anak. Rata-rata setiap kelas berisi 30 siswa.

“Kami minta klarifikasi sebenarnya tabungan wajib itu dibuat apa. Kami minta Kepala Sekolah transparan seperti Kepala Sekolah yang dulu,” jelas siswa kelas XII SMKN 1 Trowulan ini.

Tabungan wajib siswa yang bergulir sejak Juli 2019 ini, lanjut Rizki, bersifat mengikat. Saat ini pihak sekolah mengharuksan setiap siswa melunasi tabungan wajib hingga Desember 2019. Para siswa yang tak sanggup melunasi tidak diberi kartu tanda peserta UAS.

“Ada siswa yang dikeluarkan (tidak boleh ikut ujian) karena belum punya kartu ujian karena belum lunas tabungan wajib. Dulu tidak pernah ada siswa yang dikeluarkan. Tabungan wajib ini menurut kami menabung, kenapa dipaksa? Di sisi lain kami minta transparan penggunaannya,” terangnya.

Tabungan wajib juga dikeluhkan siswa lainnya. Seperti yang dikatakan Amelia Faradila, siswi kelas XII jurusan Usaha Perjalanan Wisata (UPW) SMKN 1 Trowulan. Setiap bulan dirinya diwajibkan oleh sekolah membayar Rp 145.000 untuk tabungan wajib.

“Namanya tabungan seharusnya tidak ada deadline pembayaran. Ini kenapa sekolah yang menentukan batas pembayaran sampai Desember 2019?,” ungkapnya.

Amelia juga mempertanyakan penggunaan tabungan wajib siswa. Sampai bulan ini, menurut dia, setiap siswa sudah membayar 5 kali ke sekolah.

“Penggunaan tabungan wajib ini tidak dijelaskan. Saat kami tanya juga tidak ada penjelasan. Katanya untuk study tour. Tapi kami ke Bali malah bayar sendiri,” tandasnya.

Sementara itu menurut Wakasek SMKN 1 Trowulan, Umi Hasanah, mengatakan jika demo tuntutan ratusan siswa lantaran adanya miskomunikasi.”Ini cuma kesalahpahaman ada miskomunikasi,” katanya singkat.ari

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry