KUNJUNGAN: Sejumlah anggota PWI Ponorogo dan Kelompok Wanita Tani Harapan Desa Lembah Kecamatan Babadan mengunjungi keluarga Kateno-Somir, warga desa setempat yang tertimpa musibah hujan angin dan mengakibatkan atap rumahnya ambruk. (duta.co/siti)

PONOROGO | duta.co – Melakukan kegiatan sosial tidak kenal waktu dan bisa dilakukan oleh siapa pun. Sejumlah wartawan Ponorogo yang tergabung dalam Persatuan Wartawan Indonesia ( PWI) Cabang Ponorogo memberikan perhatian kepada para korban bencana alam di Ponorogo. Warga Desa Lembah Babadan, Ponorogo yang menjadi korban hujan angin sepekan lalu, kehilangan seluruh harta bendanya setelah rumah sederhana yang dimiliki habis tersapu angin.

Musibah itu dialami oleh pasangan Kateno dan Somir (45), warga Dusun Malang, Desa Lembah, Babadan. Hujan  deras disertai angin di wilayah itu  membuat seluruh genting rumahnya ambrol. Rumah yang dibangun oleh TNI dalam TMMD beberapa tahun lalu itu rusak parah.

MInggu (5/3/2017)  PWI Cabang  Ponorogo bersama ibu-ibu Kelompok Wanita Tani Harapan di Desa Lembah, Babadan, mengunjungi Kateno dan Somir untuk menyerahkan bantuan berupa sembako, sejumlah uang tunai dan beberapa barang pecah belah.

“Ini bentuk kepedulian kami. Bukan hanya mendatangi korban bencana untuk diliput lalu diberitakan, tapi kami menyerahkan bantuan untuk meringankan beban hidup korban. Tidak banyak, tapi semoga bisa membantu untuk menopang kehidupan beberapa waktu ke depan,” ungkap Ketua PWI Ponorogo Hadi Sanyoto, kemarin.

Menurutnya, aksi yang disebut dengan Sambang Kerabat ini, merupakan salah satu rangkaian dari peringatan Hari Pers Nasional (HPN) 2017 yang digelar PWI Ponorogo. Dan kegiatan ini merupakan aksi PWI Ponorogo yang pertama, setelah PWI dilantik pada akhir tahun lalu. Dan kegiatan ini akan digelar rutin dan menjadi agenda sosial PWI, meski peringtan HPN 2017 telah usai.

Ketua Kelompok Wanita Tani Harapan Endang Widayati mengatakan,  kegiatan sosial ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap warga dan anggotanya yang kali ini sedang tertimpa musibah. Hal ini juga menunjukkan kepedulian yang tinggi dari para ibu yang sehari-hari bergelut dengan lumpur dan berbagai tanaman di sawah dan ladang mereka.

“Kami pun menyisihkan penghasilan untuk dikumpulkan lalu dibelikan beberapa alat rumah tangga. Kami berupaya membangun semangat hidup mbak Somir yang rumahnya ambruk. Ada kami, teman-temannya, yang peduli pada dia,” ujarnya.

Selain mengunjungi pasangan Kateno-Somir, tim Sambang Kerabat PWI Ponorogo juga mendatangi rumah Kobir (79), warga Dusun Jajar, desa setempat, yang mengalami kesulitan buang air kecil. Kini sehari-hari ia harus menggunakan kateter agar tetap bisa beraktifitas.

“Tidak tahu sakit apa, tapi sama pak mantri dipasangi ini (kateter),” ungkap Kobir.

Selain itu,  Tim juga mengunjungi Guno (80), tetangga Kobir, yang menderita asma dan telah bertahun-tahun tidak bisa berkegiatan. Istri Guno mengaku kebingungan dengan penyakit yang diderita suaminya. Kehidupan mereka yang jauh dari kata cukup membuat mereka menyerah dan hampir tidak pernah berobat.

“Ya hanya dibelikan obat semprot (inhaler) sama anaknya yang tinggal di Tulungagung. Itu pun tidak mesti (tersedia),” ujar istri Guno.

Ia berharap, pihak Puskesmas setempat bisa melakukan kunjungan untuk penyakit suaminya. Juga memberikan obat seperlunya agar tidak terlalu sering kumat.

“Saya tidak bisa membawa bapaknya ke Puskesmas, tidak bisa ngantar. Tapi kalau pak mantrinya ke sini saya sangat senang,” harapnya. sna

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry