Puluhan Budayawan, tokoh budaya dan pegiat budaya berkumpul peringati hari Kartini. (FT/Dok.Duta/Nizam)

SURABAYA | duta.co – Puluhan budayawan, pegiat budaya dan tokoh budaya dari Surabaya, Sidoarjo dan sekitarnya berkumpul di halaman Monumen Kapal Selam (Monkasel), Minggu, (24/4/22) malam untuk menghidupkan budaya Jawa “Damar Kambang Kebangkitan Budaya Nusantara” memperingati Hari Kartini 2022.

Kegiatan ini sebagai tujuan memperingati hari Kartini, nuansa nilai-nilai budaya yang berbasis Nasional. “Memang jarang, bahkan tidak pernah diadakan selama dekade, siapapun melakukan efek kegiatan disini wujud kita melaksanakan giat budaya sesuai dengan temanya, Habis gelap harus terbitlah terang. Nilai budaya sudah waktunya muncul terang,” ujar Bagus Empu Batu, salah satu pengiat budaya Jawa Timur sekaligus pegiat budaya Surabaya yang juga panitia tersebut.

“Memberikan penghargaan pelaku khususnya wanita sekarang,sudah beberapa waktu lalu selama ini berperan aktif didalam kiprah giat-giat budaya dan ini memang belum pernah ada,” terang Empu Batu.

Lentera itu, lanjutnya, simbol suatu semangat dan kebangkitan kebudayaan nusantara, sehingga kebudayaan itu akan mengalir terus.

Senada, Muhammad Cengho Jadi Galajapo, Imam Besar Pelawak Indonesia Peladen Nusantara, sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. “Saya salut dan hormat kepada panitia pelaksana untuk nguri-nguri budaya nusantara,” ujarnya.

Masih kata Abah Jadi (biasa disapa), ini sekaligus memperingati hari Kartini, karena habis gelap terbitlah terang tentu tidak bisa diam saja, tetapi harus diupayakan untuk terang itu makin terang menerangi bumi Nusantara dan menyongsong Kebangkitan Nusantara salah satu upayanya pelarungan damar Kambang ini.

“Penerang cahaya ini harus terus mengalir pada anak cucu kita, jangan sampai anak cucu nusantara tidak punya kebanggaan pada budayanya,” tegas Abah Jadi.

“Saya belum mengetahui bagaimana seorang Mubaliq, seorang Da’i orang Jawa tetapi kemudian mampu untuk bisa memberikan keteladanan sosok-sosok Jawa dan filosofi Jawa. Tugas kita jangan terpesona berhenti sampai disini, kita harus menemukan sosok piantun- piantun Jawa yang layak diteladani dalam buku sekaligus filosofi seperti Raden Mas Panji Sosro Kartono, kakak kandung RA Kartini,” paparnya.

Pelarungan Lentera: menuju bangkitnya budaya Nusantara.

Abah Jadi melanjutkan, dirinya yakin sebetulnya yang ingin nguri-nguri budaya Nusantara, budaya Jawa khususnya, tapi takut dianggap itu musyrik, itu bid’ah, tahayul, dianggap itu kurofat sehingga kemudian tidak berani.

“Kematian untuk anak cucu kita yang tidak akan bangga dengan bangsanya. Dan itu adalah cara orang luar menguasai Indonesia bukan dengan senjata, tapi melalui budaya dan ini harus kita bentengi,” pungkas Muhammad Cengho Jadi Galajapo.

Diberikannya penghargaan ini berarti dihargainya sosok wanita yang selama ini ditiadakan, bahwa sejatinya wanita juga berperan aktif dalam bangkitnya Budaya Nusantara melalui caranya masing-masing. “Jangan takut bersuara, teruslah berkarya, gali potensi diri, jadilah wanita Nusantara yang berbudi pekerti luhur,” pungkas Bunda Ayu warga Sidoarjo tersebut. (loe/nzm).

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry