Abdul Aziz, Supervisor Lingkungan PT PJB UBJOM Paiton, Abdul Aziz (kanan) berbincang dengan salah satu rekannya di Rumah Lestari yang dibuat dari limbah batubara (faba), Jumat (4/2/2022). DUTA/Wiwiek Wulandari

PROBOLINGGO | duta.co – Limbah batubara (faba) di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB), Unit Paiton Probolinggo mulai dimanfaatkan. Ini dilakukan setelah adanya PP No 22/2021 yang mengeluarkan faba dari daftar limbah B3 (bahan berbahaya beracun).

Tahap awal, faba dimanfaatkan untuk pembuatan paving, batako dan batu bata yang dicampur dengan pasir dan sedikit semen. Produksi masih dilakukan di lokasi PLTU Paiton. Dan hasil pemanfaatan masih digunakan untuk corporate social responsibility (CSR) bagi warga yang ada di sekitar PLTU.

Kekuatan produk dengan bahan baku faba ini sudah teruji. Bahkan batu batanya yang dibuat interlock atau saling mengait itu sudah bisa dibuat sebagai bahan utama rumah. Salah satunya rumah contoh di Desa Binor Kecamatan Paiton, sekat denga PLTU Paiton.

Rumah dengan ukuran bangunan 6×9 meter dengan luas tanah 120 meter persegi itu dibangun menggunakan bata dari faba ini. Dibutuhkan sebanyak 7.200 bata yang terbuat dari 40 ton faba untuk bisa membangun rumah dua kamar, satu kamar mandi, dapur dan ruang tamu serta teras dan garasi itu

Rumah ini lebih irit biaya dibandingkan dengan menggunakan bata biasa. Bata interlock dari faba ini tidak lagi penggunakan semen sebagai perekat seperti halnya bata biasa. Sehingga lebih efisien dan hemat biaya. Karena umah seluas itu dibuat hanya dalam waktu tiga minggu. “Yang terpenting ramah lingkungan dan anti gempa juga,” kata Abdul Aziz, Supervisor Lingkungan PT PJB.

Desain rumah ini menjadi juara kedua lomba yang digelar PLN Group untuk katagori rumah sehat terjangkau dan ramah lingkungan.

Abdul Aziz menambahkan sampat saat ini, pemanfaatan faba yang dilakukan PJB masih sangat sedikit dari jumlah limbah faba yang mencapai 350 ton per hari. Diakuinya untuk memproduksi bata interlock, paving atau batako, PJB masih belum bisa melakukannya secara maksimal.

Karenanya, ke depan PJB akan bekerjasama dengan usaha kecil yang selama ini memproduksi bata, paving atau batako. “Kalau kita yang produksi, investasinya mahal. Lebih baik kita kerjasama dengan pelaku usaha kecil untuk memproduksinya,” tandas Aziz.

Selama ini, faba ini dimanfaatkan industri semen untuk campuran bahan pembuatan semen. PJB menjualnya seharga Rp 30 ribu per ton. “Kalau masyarakat umum mau memanfaatkannya, silahkan saja, hanya dengan mengajukan proposal untuk permintaan limbah faba ini,” jelasnya. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry