TUTUP : Deretan toko yang tutup akibat pemasangan saluran. Warga harus bayar jika ingin pengerjaannya didahulukan. Duta.co/Arif

MOJOKERTO | duta.co – Proyek saluran air dan trotoar di jalan R.A. Basuni Kecamatan Sooko ternyata menyimpan banyak masalah. Satu per satu warga terdampak pengerjaan buka suara. Setelah mencuat keluhan warga soal ditutupnya jalan sisi barat, proyek u-gutter senilai Rp 9 miliar ternyata diduga jadi ajang pungli oknum tak bertanggung jawab.

Sejumlah pemilik usaha di jalur protokol ini mengaku terpaksa membayar oknum pekerja proyek dengan besaran tertentu  agar mendapat prioritas jalan. Mencuatnya dugaan pungli ini diduga lantaran tidak adanya Standar Operasional Operasional (SOP) proyek yang dikerjakan CV Dwi Mulya Jaya.

“Kami beri uang kepada pegawai (proyek). Agar segera di kasih jalan, usaha kami ini nyewa ada yang Rp 30-50 juta pertahun. Kalau tak segera didulukan pengerjaannya bisa bangkrut, ” beber seorang pemilik usaha di jalan R. A. Basuni, Rabu (27/11).

Ketika disinggung berapa besaran uang yang diberikan, salah satu pemilik usaha yang enggan disebut jati dirinya ini menolak menyebutkan nominal uang tersebut.

” Pokoknya adalah, mereka juga butuh buat beli rokok. Nggak kalau sampai Rp 1.5 juta, ” imbuhnya.

Ia mengungkapkan terpaksa mengeluarkan uang jatah tersebut. Sebab jika tidak maka pengerukan saluran air selebar kurang lebih 2 meter akan mematikan usahanya.

” Kalau (u ditchnya) tidak segera dipasang maka kami nggak bisa buka. Kalau nunggu giliran, mau kapan baru selesai, ” imbuhnya lagi.

Menurut ia, sejak proyek tersebut dikerjakan sekitar dua bulan lalu usahanya praktis sepi.”Gimana lagi pak gini terus. Sepi, lihat itu, ” keluhnya sembari menunjukkan tokonya.

Sejumlah warga mulai mengeluhkan dampak proyek pendestrian jalur protokol R. A Basuni. Sejak hampir dua bulan lalu dirasa cukup menganggu mata pencaharian mereka. Tak hanya dampak pengerukan saluran dengan alat berat yang membuat pemilik toko, variasi mobil dan depot makanan menutup usahanya, namun aksi buka tutup jalan yang kerap dilakukan membuat keadaan makin runyam.

Rekanan diduga tak mempunyai skala prioritas untuk meminimalisir dampak proyek. Nyatanya,  penempatan material-material u-gutter dan proyek untuk pekerjaan sepanjang 512 meter di sisi barat (lebar kerukan 4-5 meter) dan timur sepanjang 516 meter (dengan lebar kerukan 1.5 meter) membuat lalu lintas setempat sering tersendat.

“Mohon solusinya pihak terkait. Perempatan Sooko ke utara bolak-balik ditutup. Yang punya usaha bisa bekerja maksimal, ” keluh pemilik akun Louis yang memposting keluhannya disebuah media sosial.

Keluhan tersebut tak ayal mengundang pro dan kontra di jaga maya. Sayangnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Mojokerto Bambang Purwanto diduga sengaja menghindar ketika dikonfirmasi soal dampak proyeknya. Dihubungi via HP ia melimpahkan permasalahan ini ke anak buahnya.

Sementara itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) proyek pendestrian R. A. Basuni, Heri Subekti malah melimpahkan persoalan tersebut ke kepala desa setempat jika ada keluhan.

“Kalau warga waktu mau action, ada kades selaku wakil desa. Kalau ada keluhan silahkan ke Kades. Kalau usahanya sepi ya silahkan ngomong kades. Kalau kita menangani warga satu-satu tidak ketemu. la sosialisasinya dulu gimana loh,” sergahnya balik.

Heri yang juga Kabid Tata Bangunan dan Prasarana Jalan tersebut mengungkapkan pihaknya sudah berkoordinasi dengan Polres setempat dalam proyek tersebut.

“Soal penutupan jalan saya sudah ke Kasatlantas karena kalau dibuka malah tidak selesai – selesai,” tandasnya.

Ia juga membantah tidak adanya skala prioritas dalam proyek tersebut. “Jalan itu buka tutup kok, begitu yudit datang langsung kita masukan. Lalu lintas tetap jalan, jadi tidak menganggu kok. Untuk soal ini saya sudah ke Kasatlantas kok dan langsung di survei,” akunya.ari

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry