Oleh: Basuki Rachmad, SE, MAP

 

RISIKO perekonomian Indonesia pada tahun 2022 telah mengalami pergeseran dari ketidakpastian akibat Pandemi Covid-19 ketidakpastian perekonomian global yang dipicu oleh ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina. 

Ketegangan geopolitik ini berdampak pada, pertama, inflasi global yang melonjak; kedua, pengetatan likuiditas dan kenaikan tingkat suku bunga; ketiga, potensi krisis utang global; dan keempat, potensi stagflasi. Hal ini berakibat perlambatan perekonomian global.

Di tengah tren perlambatan ekonomi global, perekonomian Indonesia dan juga Jawa Timur sepanjang triwulan III tahun 2022 masih cukup tinggi terutama ditopang oleh konsumsi masyarakat yang masih kuat dan peran Pemerintah yang cekatan dalam mengambil kebijakan. 

Penimbangan risiko (balance of risk) untuk tahun 2022 menunjukkan pertumbuhan cenderung bias ke bawah, apabila tidak ditempuh langkah-langkah stimulus khususnya dari kebijakan fiscal. 

Perekonomian Jawa Timur secara sectoral, seluruh sector ekonomi tumbuh cukup tinggi dengan tingkat pertumbuhan teringgi pada sector Transportasi dan Pergudangan, sector Akomodasi dan Makanan/Minuman serta sector Perdagangan dan Reparasi. 

Prospek Perkonomian Jatim

Guna menjawab pertanyaan di atas, tentunya kita harus melihat rekam jejak perekonomian Jawa Timur ke belakang. Kondisi yang perlu dicermati antara lain di antaranya implementasi kebijakan fiscal, kondisi makro ekonomi, tantangan yang dihadapi serta keunggulan yang dimiliki oleh Jawa Timur.

Untuk mendapatkan gambaran komprehensif, Penulis akan merincinya sebagai berikut, pertama, Pertumbuhan Ekonomi. Sepanjang triwulan III tahun 2022, perekonomian Jawa Timur tumbuh sebesar 5,58 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 (y-o-y). 

Pertumbuhan ini didukung oleh semua sektor, di mana 3 sektor terbesar  berkontribusi dalam pertumbuhan dihasilkan yakni sektor Industri Pengolahan sebesar 30,12 persen, sector Perdagangan dan Reparasi sebesar 18,69 persen dan sector Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebesar 12,07 persen. 

Kedua, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB atas dasar harga berlaku (ADHB) pada triwulan III tahun 2022 mencapai Rp700,59 triliun,  yang berarti meningkat dibandingkan dengan PDRB harga berlaku triwulan III tahun 2021 yang mencapai Rp624,87 triliun. Sedangkan PDRB atas dasar harga konstan (ADHK) mencapai Rp447,54 triliun.

Kemudian, ketiga, Komponen PDRB Menurut Pengeluaran. Kontribusi terbesar PDRB pada triwulan III tahun 2022 berasal dari pengeluaran konsumsi rumah tangga yaitu sebesar 58,62 persen, tumbuh 7,15 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 (y-o-y). 

Selanjutnya Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) berkontribusi sebesar 27,41 persen, tumbuh sebesar 4,88 persen (y-o-y). Kontribusi pengeluaran konsumsi Pemerintah sebesar 4,98 persen, tumbuh negatif sebesar 0,41 persen (y-o-y). 

Ekspor dan impor  berkontribusi sebesar 13,35 persen dan 20,87 persen dan tumbuh sebesar 8,53 persen dan 29,38 persen. Yang perlu dicatat adalah net ekspor antar wilayah yang berkontribusi sebesar 14,36 persen dan tumbuh sebesar 29,38 persen (y-o-y). 

Lalu, keempat, Komponen PDRB Berdasarkan Lapangan Usaha. Komponen pendukung pertumbuhan PDRB berdasarkan lapangan usaha pada triwulan III tahun 2022 antara lain adalah Sektor Industri Pengolahan berkontribusi sebesar 30,12 persen, kemudian Sektor Perdagangan dan Reparasi sebesar 18,69 persen, Sektor Pertanian, Perikanan dan Kehutanan sebesar 12,07 persen. 

Sektor-sektor yang lain mengalami pertumbuhan, kecuali Sektor Pertambangan dan Galian yang tumbuh negatif sebesar 6,83 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2021 (y-o-y).

Kelima, Inflasi. Tingkat inflasi bulanan (m-t-m) di Jawa Timur sangat fluktuatif. Pada bulan November 2022, inflasi meningkat sebesar 0,32 persen jika dibandingkan inflasi bulan Oktober 2022 sebesar 0,04 persen.  

Sedangkan tingkat inflasi year on year (November 2022 terhadap November 2021) sebesar 6,62 persen. Sepanjang triwulan III tahun 2022, inflasi tertinggi terjadi pada bulan September 2022 sebesar 1,41 persen (m-t-m), sementara tingkat inflasi secara y-o-y  berada pada level 6,80 persen. 

Masih tingginya tingkat inflasi y-o-y ini disebabkan oleh tingginya inflasi beberapa kelompok pengeluaran seperti Penyedia Transportasi (16,98 persen), Penyedia Makanan dan Minuman/Restoran (9,12 persen) dan Makanan, Minuman dan Tembakau (7,38 persen). 

Upaya pengendalian inflasi yang dilakukan Pemerintah melalui Kebijakan Fiskal diantaranya antara lain mengalihkan subsidi energi menjadi BLT Pengganti Subsidi BBM, Bantuan Langsung Tunai (BLT) Pangan,  Alokasi Belanja Wajib APBD untuk Perlinsos (PMK Nom0r 134 Tahun 2022).

Keenam, Kinerja Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan. Ekspor bulan November 2022 mencapai US$1,97 miliar, tumbuh negatif 9,61% (y-on-y) namun tumbuh positif 2,01% (m-t-m). Ekspor sampai dengan bulan November 2022 US$21,97 miliar, tumbuh 6,00% (c-to-c). Ekspor pada bulan November 2022 ditopang oleh Ekspor Non Migas sebesar US$1,90 miliar dengan kontribusi mencapai 96,61%. 

Impor bulan November 2022 sebesar US$2,65 miliar, tumbuh negatif 6,70% (y-on-y) namun tumbuh positif 3,49% (m-t-m). Impor sampai dengan bulan November 2022 US$30,50 miliar, tumbuh 23,37% (c-to-c). Impor pada bulan November 2022 didominasi oleh Impor Non Migas mencapai US$2,03 Miliar dengan kontribusi mencapai 76,68%. 

Berdasarkan penggunaan barang, Impor bulan November 2022 terdiri dari Bahan baku/Penolong (74,16%), Barang Konsumsi (20,49%), dan Barang Modal (5,35%). Berdasarkan komoditas impor bulan November didominasi oleh Bahan Bakar Motor (13,83%).

Defisit Neraca Perdagangan bulan November 2022 tercatat US$0,68 miliar, Tren defisit masih terus berlanjut dengan akumulasi sampai dengan November 2022 sebesar US$8,53 miliar.

Ketujuh, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Keyakinan Konsumen Kota Surabaya pada bulan November menunjukkan Optimisme yang lebih tinggi dibandingkan Nasional. IKK masih tetap berada di level Optimis (>100) sebesar 122,22 yang mengalami penurunan dibandingkan IKK bulan Okt. 2022 yakni sebesar 129,3. 

Keyakinan konsumen di Kota Surabaya mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya nilai kondisi ekonomi saat ini Hal tersebut tercermin dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) November 2022 kembali melemah yang masing-masing tercatat sebesar 114,4 dan 130,1 yang dimana lebih rendah dari bulan sebelumnya, yakni 122,1 dan 136,4.

Kedelapan, indek penjualan riil. IPR Kota Surabaya pada bulan November 2022 sebesar 411,4, naik 0,61% (m-to-m) dibandingkan IPR Oktober 2022. Selain itu, dibandingkan tahun lalu, IPR November 2022 juga mengalami kenaikan sebesar 5,12% (y-on-y) apabila dibandingkan dengan IPR September 2021 yang hanya sebesar 391,4. IPR bulan November 2022 diperkirakan sebesar 411,4, naik 0,61% (m-to-m) dan naik 5,12% (y-on-y).

Kesembilan, Realisasi Investasi. Realisasi Investasi Jawa Timur sampai dengan Triwulan III 2022 mencapai Rp14,66 triliun, terdiri dari Investasi Domestik Rp0,38 triliun dan Investasi Asing Rp14,28 triliun. 

Realisasi Investasi Triwulan III 2022 naik 45,22% dibanding periode yang sama TAYL, disumbangkan oleh kenaikan Investasi Domestik sebesar 13,85% dan Investasi Asing sebesar 118,30% (US$1=Rp14.500).  Tren kenaikan terjadi mulai Tahun 2018 – 2021 dan diproyeksikan akan terus meningkat pada tahun 2022.

Kesepuluh, Tingkat Kemiskinan. Jawa Timur berhasil menurunkan 391,4 Ribu Penduduk Miskin selama periode Maret 2021 sampai dengan Maret 2022 dan menjadi yang tertinggi se-Indonesia. 

Jumlah Penduduk Miskin di Jatim sebanyak 4,18 Juta Jiwa (10,38%) turun dibandingkan Maret 2021 4,57 Juta Jiwa (11,40%) Berdasarkan wilayah, terdapat 2,46 Juta Jiwa (13,69%) Penduduk Miskin di Pedesaan dan 1,72 Juta Jiwa (7,71%) untuk Perkotaan. Meskipun Tingkat Kemiskinan Jawa Timur terus mengalami penurunan namun masih lebih tinggi Tingkat Kemiskinan Nasional.

Kesebelas, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). Angkatan kerja bertambah sebanyak 549,87 ribu orang secara y-o-y. Penduduk yang bekerja bertambah  sebanyak 575,54 ribu orang secara y-o-y. Pengangguran turun sebanyak 39,25 ribu orang y-o-y. 

Jawa Timur mencatatkan TPT sebesar 5,49% per Agustus 2022, naik secara y-o-y dan mencatatkan posisi terendah dibandingkan TPT nasional dan provinsi se-Jawa lainnya. 

Peningkatan TPT ini dipengaruhi oleh peningkatan pada sektor informal. TPT wilayah perkotaan mengalami peningkatan lebih besar hampir 2,8 kali dari wilayah perdesaan pada Agustus 2022. 

TPT Laki-laki cenderung lebih tinggi dibandingkan TPT Perempuan. Akan tetapi, dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2020 dan 2021, TPT laki-laki cenderung menurun. Penduduk bekerja di kegiatan formal pada Agustus 2022 turun Agustus 2021. 

Peningkatan penduduk bekerja pada kegiatan informal ini seiring dengan peningkatan penduduk yang berstatus Berusaha Sendiri dan Berusaha Dibantu Buruh Tidak Tetap/Pekerja Keluarga. 

Komposisi penduduk bekerja didominasi oleh penduduk berpendidikan SD ke Bawah (44,59%), sementara tenaga kerja berpendidikan tinggi  (D I/II/III dan Universitas) hanya memiliki proporsi 9,89%.

Keduabelas, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Nelayan (NTN). Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur bulan November 2022 turun 0,67% dari 103,57 menjadi 102,88. Penurunan NTP ini disebabkan karena indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 0,36%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,31%.  

Pada bulan November 2022, terdapat tiga subsektor pertanian yang mengalami penurunan NTP sedangkan dua subsektor mengalami kenaikan. Subsektor yang mengalami penurunan NTP terbesar yaitu subsektor Holtikultura (-5,07%), subsektor Perikanan (-1,12%), dan subsektor Tanaman Pangan (-0,65%). 

Sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan NTP terbesar yaitu subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (1,06%) dan subsektor Peternakan (0,92%). Pada bulan November 2022, Provinsi Jawa Timur menjadi provinsi yang mengalami penurunan NTP paling besar yakni sebesar 0,67% dibandingkan dengan provinsi lainnya di Pulau Jawa. 

Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur bulan November 2022 menurun sebesar 0,12% dari 102,83 di bulan Oktober 2022 menjadi 101,78 di bulan November 2022.  Perkembangan NTN bulan November 2022 terhadap Desember 2021 (y-t-d) turun sebesar 0,81%. 

Adapun perkembangan NTN bulan November 2022 terhadap November 2021 (y-on-y) turun sebesar 2,33%. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) turun sebesar 0,85% (menurunnya harga komoditas utama hasil nelayan) sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) naik sebesar 0,17% (meningkatnya Indeks harga BPPBM Oktober 2022 naik 0,20%.

Ketigabelas, Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM di Provinsi Jatim periode 2011-2022 menunjukkan tren yang meningkat. Meskipun masih berada dibawah IPM Nasional dan memiliki IPM terendah dibandingkan provinsi lain di Pulau Jawa. 

Selama periode 2011-2022, IPM di Jatim meningkat dari 66,06 (2011) menjadi 72,75 (2022) atau selama periode tersebut (12tahun) tumbuh 10,13%.  

Laju pertumbuhan IPM Jatim selama periode 2011-2022 menunjukkan ketidakstabilan dimana hanya 5 periode diatas 1% dan 6 periode dibawah 1%.  Laju pertumbuhan IPM terendah terjadi pada tahun 2020 terutama disebabkan oleh Pandemi Covid-19. 

IPM tertinggi Jatim tercatat di Kota Surabaya sebesar 82,74.  Surabaya bersama Kota Malang, Kota Madiun, Kabupaten Sidoarjo merupakan daerah dengan IPM berkategori “sangat tinggi”.  

Daerah dengan kategori IPM “tinggi” sebanyak 22 kabupaten/kota. Daerah berkategori IPM “sedang” sebanyak 12 kabupaten/kota.  Daerah dengan kategori IPM “tinggi” bertambah di tahun 2022. Kabupaten di Jatim yang IPM-nya “naik kelas” tahun 2022 adalah Kabupaten Bojonegoro dari IPM berkategori “sedang” ke “tinggi”.

 

*Penulis adalah Kepala Bidang Pembinaan Pelaksanaan Anggaran II Kanwil Ditjen Perbendaharaan Provinsi Jawa Timur

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry