Prof Rochmat Wahab (tiga dari kanan) dan Prof Dr M Nuh (tiga dari kiri). FT/IST

LAMPUNG | duta.co – Seluruh panitia Muktamar ke-34 NU, memang, patut mendapat acungan jempol. Proses muktamar yang berjalan kilat, dua hari — mestinya berakhir Kamis (23/12/21) — terpaksa harus molor Jumat (24/12/21). Kendati begitu, semua berjalan lancar, dan penuh dengan semangat kekeluargaan.

“Ya, semua patut kita apresiasi. Terlebih Prof Nuh yang memimpin jalannya persidangan. Beliau layak mendapat Bintang Sembilan. Luar biasa kesejukan dan kecerdasannya dalam menghadapi muktamirin yang bermacam-macam karakter,” demikian Prof Dr H Rochmat Wahab, kepada duta.co, Jumat (24/12/21).

Secara garis besar, Prof Rochmat memberikan 6 catatan penting terkait Muktamar ke-34 ini, termasuk memberikan apresiasi kepada pimpinan Sidang Pleno. Panitia telah menunjukkan kinerja dan partisipasi terbaiknya. “Sehingga persidangan berlangsung lancar dan tuntas, walaupun ada sedikit ketegangan yang pada akhirnya bisa teratasi dengan baik. Salut dengan pimpinan sidang. Salut kepada Prof Nuh,” katanya.

Lebih rigit disampaikan Dr H Ahmad Fahrur Rozi, Wakil Ketua PWNU Jatim, Pengasuh PP ANNUR 1 Bululawang Malang yang ikut dalam persidangan. Dia mengapresiasi kecerdasan emosional (EQ) Prof Dr M Nuh DEA, saat memimpin sidang pleno tatib dan sidang tabulasi AHWA. “Kepiawaiannya memimpin sidang, menunjukkan, bahwa, beliau mempunyai kemampuan sempurna  untuk memahami, mengendalikan dan mengevaluasi emosi peserta siding,” tulisnya.

Bayangkan, jelas Gus Fahrur, panggilan akrabnya, sebuah pleno dengan ribuan orang dan berlangsung keras, penuh hujan interupsi dan teriakan keras yang membuat sidang harus di skors puluhan kali. “Saya yakin tidak semua orang mampu sesabar itu, menghadapi sekian banyak orang yang ngeyel tidak bisa mau saling mengerti ketika orang lain bicara dan berebut microphone,” tambahnya.

Ia kemudian mengutip pendapat para psikolog yang, menyebut kemampuan ini sebagai kecerdasan emosional. Beberapa ahli bahkan menyatakan  kecerdasan itu lebih penting daripada IQ dalam keseluruhan kesuksesan dalam hidup.

Semoga Kuat

Gus Fahrur merujuk poin pembahasan tentang keabsahan peserta dalam sidang tatib. Saat itu ada  sekelompok pria maju bareng di sisi kanan dan kiri panggung. Saling berdebat dan ada yang  saling menudingkan jari sambil mengatakan ketidaksetujuan pada pembahasan rapat pleno tersebut.

“Pak Nuh tetap tenang dan berulang kali menskors sidang sambil tetap tersenyum untuk mengendalikan situasi. Ketika hujan interupsi semakin gencar, beliau mendinginkan situasi dengan melakukan skors, lalu turun panggung melakukan lobi kepada tokoh dua kandidat yang bersaing di arena, situasi pun akhirnya terkendali dengan trik dia pending di satu bagian yang disengketakan,” urainya.

Menurutnya, sungguh ini tidak mudah untuk bisa memahamkan banyak orang. Biasanya orang dengan EQ rendah akan suka berdebat tentang sesuatu yang remeh sementara menolak untuk mendengarkan apa yang orang lain katakan. “Bahkan jika Anda memberi mereka bukti, bahwa mereka salah, mereka tetap akan berargumen bahwa fakta Anda yang  salah,” jelasnya.

Untuk itu, Gus Fahrur tak segan-segan mengucapkan terima kasihnya. “Maturnuwun Pak Nuh, semoga bapak panjang umur, senantiasa sehat dan kuat untuk terus berkhidmat di NU,” pungkasnya dari lokasi Muktamar ke-34 Lampung, Jumat 24 Desember 2021. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry