Cak Firman (kiri) dan Prof Mahfud MD. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Polemik boleh tidaknya libur sementara salat Jumat, gegara virus corona, jadi perbincangan umat. Fatwa MUI yang memperbolehkan umat islam mengganti salat Jumat dengan salat dzuhur, juga mendapat tanggapan cendikiawan muda NU, Firman Syah Ali yang akrab disapa Cak Firman.

Menurut Cak Firman fatwa MUI itu sangat tepat, apalagi Arab Saudi dan Al-Azhar juga mengeluarkan fatwa serupa.  Alasannya sangat singkat, jelas dan padat. “Lha wong Baginda Nabi Besar Muhammad SAW saja selalu menghindari penyakit menular, kok kita tidak? Apa kita lebih hebat dari Rasulullah SAW?,” jelasnya kepada duta.co Rabu (18/3/2020).

Masih menurut Cak Firman, Rasulullah pernah menolak jabatan tangan dari orang berpenyakit menular. Rasulullah juga pernah memerintahkan beberapa orang berpenyakit menular untuk tidak ikut jamaah di Masjid.

“Bahkan hanya karena alasan hujan deras, Rasulullah perbolehkan orang-orang tidak salat Jumat. Ini hanya hujan deras lho, bukan penyakit ganas dan menular yang belum ditemukan obatnya,” lanjut Keponakan Menkopolhukam Mahfud MD ini.

Jangan Merasa Lebih Hebat

“Orang dengan bau mulut tak sedap, juga dilarang salat jamaah ke masjid oleh Rasulullah. Begitu pun orang sakit dan orang yang sedang ketakutan. Lha apa kita lebih hebat dari Rasulullah? Kok maksa-maksa orang untuk tetap mengadakan ibadah massal di tengah wabah corona?” lanjut Bendum IKA PMII Jatim ini.

Cak Firman meminta umat Islam masa kini tidak perlu merasa lebih hebat dari Rasulullah SAW. Rasulullah SAW saja berikhtiar secara fisik untuk terhindar dari penyakit menular, lha malah kita yang hanya umatnya merasa lebih hebat dari beliau.

“Agama Islam bukan agama ngawur, hukum sebab akibat berlaku. Untuk memperoleh akibat  kita harus laksanakan sebab. Dengan sebab kita menghindari penularan virus corona, maka kita akan peroleh akibat berupa keselamatan dari virus corona. ini semua disebut ikhtiar. Rasulullah  yang agung dan mulia selalu melakukan itu, yaitu ikhtiar,” lanjut Pengurus Harian LP Ma’arif NU Jatim ini.

“Jangan apa-apa ditimpakan Allah, pokoknya ada Allah. Rasulullah tidak begitu. Rasulullah berusaha fisik secara maksimal baru tawakal. Kalau lapar Rasulullah makan, kalau haus beliau minum, kalau diserang beliau melawan, kalau perang beliau angkat pedang, kalau ada  penyakit menular beliau menghindar.”

“Itulah contoh mulia dari Baginda Rasul. Jangan salah kaprah, nanti perut lapar hanya berdoa tahu-tahu kenyang, maju perang hanya berdoa kemudian musuh mati sendiri tanpa ditebas pedang, ada penyakit menular hanya berdoa tahu-tahu tidak tertular. Tidak bisa begitu. Agama tidaklah seperti itu,” pungkas Alumni IPNU ini. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry