PENGERINGAN : Gubernur menyaksikan proses pengeringan kopi Jenis Arabika dalam kunjungannya ke Bondowoso beberapa waktu lalu. (duta.co/haryono)

BONDOWOSO | duta.co – Kopi Bondowoso memang jadi andalan karna kopi yang ada di lereng gunung ijen menjadi menyumbang besar pada peningkatan kesejahteraan masyarakat disektor pertanian dan perkebunan.

Sebagai salah satu daerah penghasil kopi berkualitas ekspor, khususnya jenis Arabica. Namun demikian, petani kopi masih berharap, terus ada penguatan nilai jual kopi.

Hal tersebut disampaikan oleh Moh Ishak, salah satu pelaku usaha kopi di Dusun Kluncing Desa Sukorejo Sumberwringin, berharap penguatan di lini penjualan, yakni salah satunya satunya dengan ekspor.

Kopi Arabika ini Lanjutnya, tumbuh di hutan-hutan dengan ketinggian di atas 900 mdpl dengan varian blue fire yang layak ekspor dan tersebar di kecamatan Ijen, Sumberwringin, Tlogosari, Cermee, dan Botolinggo.

“Karena selama ini, sudah banyak kopi Bondowoso yang memenuhi standar ekspor. Sayangnya, ekspor tersebut harus melalui mata rantai yang cukup panjang,” ujarnya.

Padahal, lanjut dia, Bondowoso sudah mendeklarasikan diri sebagai Republik Kopi. Tapi ekspornya harus pakai rekanan.  Pada musim panen kali ini, petani kopi Arabica di Bondowoso mampu menjual kopi dalam kondisi HS Kering di kisaran Rp 10 ribu per kilogram.

Harga ini jelas dia, jauh lebih baik dari tahun lalu, yang ada di bawah Rp 9.500. Tapi dia jual lewat temannya yang punya jaringan dengan buyer dari Amerika Serikat. Bahkan bisa sampai Rp 11.500 per kilogramnya.

“Namun akses dan pembelian perantara buyer dari AS tersebut masih terbatas. Belum semua petani kopi Arabica bisa menjual melalui perantara buyer dari AS tersebut,” jelasnya.

Maka dengan begitu, Ishak menyarankan agar BUMD yang bergerak di bidang perkopian ini bisa mulai merancang ekspor kopi langsung tanpa melalui rekanan.

Memang kata dia, modalnya besar. Tetapi penghasilan yang masuk ke PAD akan lebih optimal ketimbang hanya menjual lewat perantara atau dijual di dalam negeri.

“Juga multiplier effect terhadap apa yang dihasilkan akan lebih bagus untuk masyarakat, terutama petani kopi yang ada di Bondowoso,” Imbuhnya.

Dengan Kopi Bondowoso Lanjutnya, yang punya cita rasa asam Jawa, bukan jeruk dengan sedikit pedas tak kentara. Pahit biji kopi pun tak pekat dan aromanya ada bebungaan hutan.

Dengan sangat getolnya, Pemkab mendorong wilayah-wilayah lain yang berpotensi untuk di kembangkannya kopi Jenis spesialti. Pemkab saat ini tengah mengembangkan kopi di kawasan Gunung Argopuro.(yon)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry