PONOROGO | duta.co — Seiring bertambah banyaknya pasien terkonfirmasi positif covid 19, maka RS dan shelter yang ada di Ponorogo seluruhnya penuh. Kewalahan. Maka akan dibuatkan shelter baru, salah satunya adalah gedung SMA PGRI Ponorogo di Kelurahan Tambakbayan, Kecamatan Ponorogo,yang sudah lama tidak dipakai.

Namun rencana itu ditolak warga setempat dengan alasan kawasan tersebut adalah padat penduduk, dan juga berdekatan dengan masjid.

Selasa pagi ,(6/10/2020), puluhan  warga RT 3 RW 1 Kelurahan Tambakbayan melakukan aksi demo. Warga setempat demo untuk menolak rencana pemerintah yang akan menjadikan kawasan tersebut, yakni gedung SMA PGRI untuk menjadi shelter bagi masyarakat yang positif covid 19 ( OTG).

Alasannya, karena lingkungan itu merupakan kawasan padat penduduk, dan halaman sekolah tempat bermain bagi anak-anak setempat.

“Karena lingkungan kami padat penduduk dan halaman sekolah ini biasanya untuk bermain  anak-anak. Selain itu  jalan masuk ke sekolah ada masjid Jami’ Tambakbayan, kalau sore hari untuk mengaji anak-anak  TPA. Di belakang sekolah ada masjid LDII yang  jamaahnya dari luar Tambakbayan. Pokoknya di sini padat penduduk, kayaknya tidak pas untuk shelter,” kata Mudayaroh, warga setempat.

Untuk itu pihaknya meminta agar pemerintah tidak menggunakan gedung sekolah di Jl. Astrokoro itu sebagai shelter. Karena letaknya berada di tengah-tengah kawasan penduduk. Diakui, informasi bahwa tempat itu akan dijadikan shelter didapat  dari RT setempat. Dan tanpa dikomnado warga pun beramai-ramai melakukan penolakan.

“Kabar tadi pagi dari pak RT, selain itu beberapa hari ini sudah ada kegiatan bersih-bersih oleh Babnisa dan Babinkamtibmas. Makanya kami lakukan  demo ke kantor kelurahan minta diterima aspirasi kami, karena kami  keberatan. Kalau ada kalanjutan maka kami tetap menolak keras dan akan demo lebih besar lagi,” imbuhnya.

Belum juga dijadikan shelter, dengan adanya kegiatan pembersihkan di kawasan SMA PGRi sudah membuat warga setempat khawatir bahkan stres. “ Secara piskis jelas kami stres membayangkan nanti setiap hari ada ambulance lewat keluar masuk,” pungaksnya.

Sementara itu Lurah Tambakbayan Luki Erwanto menyatakan, memang mendapat mandat  dari Satgas Penanggulangan Covid 19 Kabupaten Ponorogo melalui Camat, dan ternyata sudah didengar warga sejak Senin malam. Padahal itu baru wacana, jika memang masyarakat menolak, maka pihaknya akan mengajukan keberatan itu.

“Baru wacana, kalau memang warga menolak keras, maka saya akan sampaikan ke atas (pimpinan),  mungkin bisa menjadi bahan peritmbangan. Dan saya berkewajiban menyampaikan aspirasi masyarakat ini,” ujar Luki.

Penolakan warga yang dilakukan melalui orasi dan penulisan pada poster, yang dilakukan  di depan SMA PGRI dan Kantor Lurah Tambakbayan antara lain berbunyi :  Kami mendukung penanggulangan Covid 19, Tapi kami menolak lingkungan kami dijadikan penampungan bagi OTG; Jangan ganggu kami; Pikirkan kami, Pak. (sna)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry