Survivor kanker payudara, Ika Damayanti (tengah) mendapatkan sertifikat sebagai pembicara dari CEO National Hospital, Ang Hoey Tiong usai jadi pembicara Pink Talk di National Hospiral, Senin (31/10/2022). DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Siapa bilang, pasien kanker payudara tidak bisa bertahan hidup lama. Buktinya, Ika Damayanti. Mantan Public Relations Manager Hyatt Regency (Hotel Bumi) Surabaya. Sudah 22 tahun, Ika bisa bertahan hidup dan menjadi survivor.

Hal itu diungkapkan Ika saat menjadi pembicara dalam Pink Talk yang digelar National Hospital, Sabtu (31/10/2022).

Ika mengatakan dia divonis kanker saat usianya 28 tahun pada 2022 lalu. Awalnya, Ika tidak sengaja memegang payudaranya dan terasa ada benjolan. Karena tidak sakit, Ika mengaku santai. Dia tidak melakukan pemeriksaan apapun.

Sampai akhirnya, dia menikah dan pindah ke Surabaya dari Jakarta. Saat itu, dia merasa ada yang tidak ‘nyaman’ dengan payudaranya. “Saya tiduran tidak nyaman rasanya. Saya pegang, eh kok benjolan yang bertambah besar. Memang tidak kelihatan mata sehingga tidak mengganggu penampilan,” ujarnya.

Ika mengaku, atas dorongan suami dan keluarga, akhirnya dia memeriksakan diri. Rangkaian pemeriksaan dilakukan. Sampai akhirnya dia dinyatakan harus operasi. “Saya sempat menolak dan mencari pengobatan alternatif. Karena kalau operasi pasti rangkaiannya akan dikemo dan diradiasi. Saya ingin punya anak, makanya saya tidak mau operasi karena kemo itu katanya sulit punya anak,” jelasnya.

Sampai akhirnya, dia memutuskan untuk operasi. Rangkaian pengobatan dilakukan. Operasi, kemo dan sebagainya. Sampai akhirnya Ika dinyatakan jadi survivor. “Karena kanker itu tidak bisa sembuh. Adanya jadi survivor,” tandasnya.

Sampai akhirnya setelah tujuh tahun pengobatan, Ika bisa hamil. “Saya bersyukur banget bisa memiliki anak. Jadi memang harus yakin dan usaha,” tandasnya.

Ahli bedah onkologi National Hospital, dr Andy mengatakan, kanker payudara masih menjadi kanker terbanyak nomor satu di Indonesia. Sampai saat ini, penyebab kanker ini tidak diketahui. “10 persen karena genetika dan 90 persennya tidak diketahui,” ujarnya.

Namun, kata dr Andy, ada hal-hal yang memicu risiko timbulnya kanker payudara ini. Karena paparan estrogen yang lama misalnya tidak memiliki anak, tidak pernah menyusui dan sebagainya. “Suntik hormon estrogen juga bisa menyebabkan kanker payudara ini, bahkan KB oral yang lebih dari dua tahun bisa menjadi pemicu,” jelasnya.

Benjolan kanker payudara ini awalnya memang tidak nyeri. Jika benjolan itu nyeri, kata dr Andy itu karena infeksi. Namun kalau karena sel kanker, tidak akan merasakan nyeri. “Makanya waspada ada benjolan di payudara yang tidak nyeri. Sebelum terlambat lebih baik memeriksakan diri,” tuturnya. ril/end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry