Didik Purwanto, Pengamat Sosial PolitikĀ (duta.co/dok)

NGAWI | duta.co -Suhu politik menjelang Pilkada Ngawi 2020 mulai menunjukan eskalasinya. Akhir tahun hingga awal 2020 ini masih diwarnai lobi-lobi oleh para pialang politik antara mencari kendaraan atau sekedar memperkuatĀ  barisan untuk memuluskan pencalonanya ke komisi Pemilihan Umum (KPU).

Terus, bagaimana sepak terjang dengan si jawara PDIP. Tentu saja keberadaan calon yang bakal diberangkatkan oleh partai berlogo banteng moncong putih jelas tidak figur instant atau boleh dikata bukan badut politik. Meskipun dalam tanda kutip surat sakti alias rekomendasi dari sang empunya pusat partai hingga saat ini masih belum digenggaman tangan.

Tapi fakta sudah mengatakan watak PDIP dalam membangun konsepsi politik pun diolah sedemikian matang. Muaranya agar semaksimal mungkin merebut suara dalam setiap kontestasi politik. Dan itu sukses dilakoni PDIP dalam satu dasawarsa terakhir khususnya di Ngawi.

Menilik dari pernyataan Jumirin demikian juga bakal calon bupati maupun wakil bupati lainya yang melakukan safari politik ke PKB. Pada poin utamanya mereka menghendaki partai besutan para kyai dari kalangan nahdliyin itu bisa dijadikan kendaraan politik.

Tentu saja menjadi persoalan berat ketika rivalnya kader PDIP entah itu Ony Anwar plus Dwi Rianto Jatmiko/Antok. Gamblangnya adalah sejauh mana mereka ‘melawan’ kader partai penguasa itu. Sebagai pihak yang menginginkan kursi kelas satu didaerah Ngawi pun tidak segampang dengan teori diatas kertas.

Melawan calon yang diusung PDIP sungguh berat apalagi keberadaan Antok punya multi power politik apalagi jika positif bakal duet dengan Ony yang notabene Wakil Bupati Ngawi dua periode. Simak dulu perjalanan PDIP dalam dua kali pesta demokrasi, torehan suaranya di Ngawi langsung meroket seperti Pemilu 2015 mengantongi 15 kursi di lembaga legislatif dan Pemilu 2019 lalu makin berkibar dengan 20 kursi.

Kembali lagi ini Pilkada, jelas kehadiran figur turut mendukung sepenuhnya dihadapan konstituen namun prestasi ditangan sewaktu-waktu bisa berubah menjadi satu petaka. Artinya, politk itu tidak konstan melainkan capaian positif bisa beralih menjadi proses degradasi. Tidak mudah mempertahankan kekuasaan atau sesuatu yang diperoleh dalam politik.

Disini penulis yakin, PDIP pasti melakukan shifting paradigm atau perubahan paradigma untuk memenangkan kontestasi. Dari gaya berpolitik yang terkesan tertutup, menuju ke capaian-capaian yang lebih menantang, terbuka dan demokratis. Mengutamakan kader untuk meningkatkan grade partai itu penting. Amat perlu juga diperhatikan ialah bagaimana mengkombinasikan kekuatan. Faktor segmentasi pemilih ditengah masyarakat.

Dari catatan itu, keberadaan PDIP di Ngawi sudah start lebih awal dibanding partai lainya.

Semua kelompok masyarakat pun disentuh dalam bermacam warna merah, putih dan sekalipun itu masih semu. Tunggu dulu para calon yang diberangkatkan PDIP nantinya jangan terlalu jumawa. Fakta tersebut sudah banyak ditemukan.

Tumbangnya para politisi yang menjadi petahana dalam rebutan kursi kekuasaan politik. Seperti itu pula, lahirnya politisi instan. Mereka yang baru bergabung dalam kancah perpolitikan mengalahkan para politisi kawakan. Itulah realitas politik. Relatif berbeda antara imajinasi politik, ekspektasi dan aktualisasinya dilapangan.

Dari sedikit uraian diatas, syarat mutlak yang dibutuhkan para penantang calon yang diusung PDIP harus peka terhadap situasi masyarakat di Ngawi. Subtansinya adalah siapapun calon perebut kursi bupati dan wakil bupati Ngawi diluar PDIP harus mendeteksi keberadaan isu politik yang bakal diusung.

Varian isu sebagai modal awal penggeser kekuatan PDIP dibangun secara masif dan terstruktur. Maksudnya apa? agar para calon penantang PDIP seefektif mungkin dapat membedah kekuatan dan kelemahan PDIP.

Sekali lagi perlu diingat, demokrasi kita terutama dalam pemilihan kepala daerah secara umum tidak sepenuhnya berpangkal dari kepartaian melainkan unsur personal atau figur turut menentukan.

Jadi, bagi calon lain tidak perlu kecil hati semuanya serba berpotensi untuk dimainkan. Bukan hanya soal financial sebagai amunisi politik, melainkan figuritas. Sehingga siapapun itu calonya diluar PDIP bisa memetakan semua yang diharapkan masyarakat tentu sangat akomodatif terhadap program yang dihembuskan.

Hanya saja yang perlu ditekankan, posisi politik PDIP di Ngawi berada diatas angin untuk saat ini entah disadari atau tidak. Paling tidak sudah jelas alur politiknya yakni PDIP pasti ‘mengunci’ lawan dengan memborong semua rekomendasi parpol. Terbukti kan..??

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry