KETUA Umum APTRI Abdul Wahid saat memberi sambutan. (duta.co: abdul)

 

PASURUAN | duta.co – Petani tebu yang tergabung dalam Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) selama ini mengeluhkan pasokan pupuk saat musim tanam tebu. Tak hanya itu pasokan bahan untuk pemeliharaan dan pengobatan sejak masa tanam hingga jelang panen tebu tersebut makin minim. Bahkan makin langka. Sehingga para petani banyak kelimpungan.

Permasalahan pupuk tersebut terungkap saat pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) APTRI yang dilaksanakan selama 2 hari di Gedung Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Kota Pasuruan, Jumat (12/5) siang. Acara dibuka oleh Dirjen Perkebunan Kementan, Bambang. Yang dihadiri 1Ketua APTRI, Abdul Wahid dan Pembina APTRI, Arum Sabil dan para direksi dari PTPN 10,11 dan 12.

Menurut Abdul Wahid, sejarah pabrik gula di Jawa Timur dibuktikan dengan adanya P3GI. Bahkan pada saat itu di Indonesia bisa swasembada gula. “Di Pasuruan ini yang punya andil besar dalam perkembangan gula. Bahkan mampu mengekspor gula untuk dunia, hingga puluhan tahun lamanya, “ungkapnya saat memberikan sambutan, di hadapan peserta Rakernas.

Dikatakannya, membahas persoalan-persoalan yang dialami kalangan petani tebu dalam rakernas, petani diminta untuk proaktif dan tanggap tentang persoalan yang dialami petani. Di hadapan peserta, Wahid juga menyinggung program kredit petani tebu yang selama ini lamban dalam realisasinya. “Kami berharap untuk kredit usaha rakyat (KUR) bunganya bisa dikurangi lagi hingga 6%, “katanya.

Sebab saat ini, lanjut dia, bunga yang diterapkan pihak bank saat ini mencapai 9% per tahunnya. Sehingga dengan bunga tinggi banyak dikeluhkan kalangan petani tebu. “Petani mintanya bunga kredit ringan dan dipermudah saat proses kredit KUR dan bayar bunga usai panen tak ada batasan. Harapan petani tebu, tiap petani dapat kredit lebih Rp 500 juta. Sebab selama ini hanya dibatasi sekitar Rp 500 juta, “beber Wahid.

Ia juga menjelaskan terkait permasalahan yang banyak dikeluhkan petani tebu soal distribusi pupuk yang hanya dibatasi. Bahkan petani kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi. Harapan petani, lanjut dia, agar dibukanya distributor pupuk khusus petani tebu. Sehingga dengan begitu bisa meningkatkan rendemen sesuai standar pabrik gula dan bisa ke arah swasembada gula dan tak repot lagi pemerintah mengimport gula.

Lebih jauh Wahid menjelaskan terkait kebijakan dari pemerintah yang memberikan subsidi pupuk hanya dibatasi untuk lahan 2 hektar tiap Kepala Keluarga (KK) petani agar ditinjau kembali. Selain itu pihaknya juga meminta agar pergantian tanaman tebu atau bongkar ratoon ditiadakan 2017 -2018. Ia beralasan mekanisasinya masih lemah. Hal ini terbentur sulit cari tenaga tanam hingga panen.

Pihaknya juga meminta keterlibatan pihak P3GI dalam hal pembibitan tebu agar ditingkatkan. Sebab dengan adanya lembaga riset P3GI, terbukti mampu membantu kalangan petani tebu. Di mana dengan hasil riset P3GI ini banyak menghasillan variates tebu yang meningkatkan hasil panen petani. Karenanya pemerintah harus ada kejelasan terkait kelembagaan P3GI punya kepedulian teliti soal gula.

Sementara itu, Dirjen Perkebunan Kementan RI, Bambang MM berharap agar petani kompak untuk untuk lebih meningkatkan kelembagaanya. Dan meminta perbaiki rendemen. “Kami minta perkuat kelembagaan petani. Dengan demikian segala permasalahan akan mudah tertangani, seperti pembentukan mandiri benih dan tentunya meminta tambahan pupuk bisa terealisasi, “tandas Bambang. dul

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry